Super Hero

106 8 3
                                    

'Aku iri dengan hujan. Yang mau jatuh berkali-kali meski kadang manusia membencinya. Aku ingin menjadi hujan. Jatuh berkali-kali untuk menyirami bumi tanpa tau bagaimana cara mengeluh.'
Ara_Azia

"Duh panas." Keluh Senja. Sembari terus menggerutu ia mengelap keringat yang dengan bebas meluncur di pelipisnya.

"Tau nih. Ngapain coba pake upacara segala." Setuju Ara yang memang berbaris di sebelahnya.

Hari ini upacara seperti hari Senin sebelumnya. Entahlah padahal hari ini ada ulangan semester dan juga turnamen antar sekolah. Ntah kepala sekolah yang tak berperikemanusiaan atau memang mereka saja yang lemah.

"Hust. Jangan berisik." Tegur Langit yang baris dibelakang Ara. Ntah apa tujuannya, tapi karna itu Ara jadi tak begitu kepanasan.

"Panas. Lo gak tau ha?" Sungut Senja.

Langit menghela nafas. Padahal Very sudah berdiri dibelakang Senja tapi ntah kenapa cewek itu masih merasa kepanasan.

"Setidaknya lo hormatin mereka yang udah ngibarin itu." Ucap Langit sambil menunjuk bendera merah putih. Bendera kebanggaan mereka.

"Dengerin kata Langit. Kalian cuma kepanasan. Coba mereka? Mereka mati-matian mempertahankan seutas kain warna merah sama putih itu. Jadi lo pada nikmati aja hasil perjuangan mereka tanpa banyak ngeluh. Ok." Ucap Very panjang lebar.

Benar kata Very. Kita yang hanya tinggal mengenang perjuangan mereka lewat upacara, kenapa harus mengeluh. Mereka saja yang harus korban nyawa dan harta tak pernah mengeluh. Apalagi anak zaman sekarang untuk mengingat nama mereka saja tumpul. Hargailah mereka yang mau berjuang untukmu, apalagi berkorban untukmu, karna sesungguhnya mereka itu super hero sejati.

"Seluruhnya bubar barisan jalan." Teriak pemimpin upacara dengan tegas.

Tanpa aba-aba semua siswa dan siswi Galaxkin berhamburan menyelamatkan diri dari matahari yang bersinar. Tidak terkecuali Ara, Senja, Langit dan Very. Bedanya mereka tidak berlari hanya berjalan santai menuju koridor yang aman dari sengatan matahari. Jangan tanyakan dimana Radit, karna ia tak sekelas dengan mereka berempat. Tapi karena Radit adalah teman Langit dari SMP makanya Ara berteman baik dengan Radit.

"Yaudah masuk kelas yuk." Ajak Senja pada mereka bertiga.

"Ah. Bangke banget sih gue gak sekelas sama lo pada." Gerutu Ara.

"He.. salahin nama lo yang berawalan A." Ucap Very diiringi kekehan.

Langit hanya mengusap lembut kepala Ara tanpa ingin menghibur atau menyemangati. Baginya ekspresi marah Ara itu menggemaskan dan sangat bagus untuk moodnya yang kadang suka naik turun sesuka hati.

"Yaudah. Dada Ara. Kita ke kelas dulu. Ketemu istirahat." Ucap Senja ketika mereka sampai di depan ruang tiga, tempat dimana Ara akan melaksanakan ulangan semesternya.

Keberuntungan tak berpihak pada Ara yang memiliki awalan 'A'. Dia tak bisa sekelas dengan teman-temannya. Very, Langit, dan Senja berada diruang empat sedangkan  Radit di berada di ruang enam. Sungguh Ara tak suka suasana ini, bukan karna ia sendirian, tapi  karna ada beberapa pacar Langit yang seruangan dengannya. Prasaan horor menyelimuti Ara. Bagaimana jika ia diterkam pacar Langit? haduh kan dia seneng.

Jadwal ulangan pertama adalah bahasa Indonesia. Setelah soal dibagikan, semua langsung mengerjakan tidak lupa mengisi nama dan asal kelas masing-masing. Ara yang kebagian duduk paling depan pas didepan meja pengawas tak merasa gentar sekali pun. Ia disini untuk mengerjakan soal bukan nantang ribut pengawas. Meski kadang Ara dongkol melihat pengawas yang terus memperhatikan pergerakannya.

ARA (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang