Kamu adalah mentari yang hangat
Sedangkan aku? bintang yang dingin Seperti Aldebaran
Yang suatu saat akan berhenti bersinar
Begitu pula aku
Bedanya, aku sudah lama berhenti
Sedangkan Aldebaran masih bersinar
.
.
.Banyak hal sudah terjadi. Banyak cerita sudah menanti. Hati yang luka masih mencoba menyembuhkan diri. Ini kehidupan, tak semuanya tentang bahagia. Kadang kala ada juga duka.
Jika bahagia hanya terasa sesaat maka duka lebih terasa berlarut-larut. Bahagia mudah dilupakan tapi duka selalu terkenang. Sebenarnya apa yang salah dengan ingatan? Kenapa lebih mudah mengingat hal yang menyakitkan daripada yang menyenangkan. Sudahlah dunia ini berjalan dengan takdir bukan kehendak manusia.
"Ayok. Anterin gue pulang ke tempat Momy Stella." Ucap Ara lalu manarik Langit untuk mendekati motor.
Acara curhat-curhatannya sudah berakhir. Rencana selanjutnya sudah menanti realisasi.
"Ck." Langit mendecak dengan kesabaran Ara yang semakin hari semakin menipis.
Jika dulu Ara mampu tenang mengendalikan emosinya. Maka lain dengan sekarang. Ara tak segan lagi untuk berteriak, apalagi berkelahi di depan umum. Emosinya semakin mudah terpancing. Mungkin itu akibat dari memendam perasaan selama bertahun-tahun.
"Oke. Gue anter. Tapi bilang, apa rencana lo hari ini?" Tanya Langit saat ia sudah menaiki motor.
"Lo nanti malem datang aja ke X-road circuit. Gue nanti malem bakal ada di sana." Jawab Ara menyusul Langit menaiki motor.
Setelah yakin Ara sudah berada di jok belakangnya, Langit langsung melajukan motornya menuju rumah Stella.
"Lo mau balapan?" Tanya Langit penasaran.
Dua hal yang akan orang lakukan di X-road circuit. Satu balapan dan yang kedua menonton balapan. Tapi untuk orang model Ara tak mungkin akan berakhir menonton balapan. Pilihan pertamalah yang pasti akan diambil Ara.
"Kepo lo. Dateng aja kenapa! Gue udah bilang sama yang lain. Kalian tinggal dateng aja." Ucap Ara sedikit berteriak agar di dengar Langit.
"Lo gak takut? Balapan itu bahaya lo Ra?" Ucap Langit yang sudah tak habis fikir dengan jalan yang di ambil Ara.
Ara itu terlalu luar biasa dibandingkan dengan cewek lainnya. Mentalnya seluas samudra, tak ada rasa takut dalam langkahnya. Tetap berusaha tersenyum meski sebenarnya sedang tercabik. Intinya Ara itu amazing. Dan satu-satunya di bumi ini.
"Kaya lo gak pernah aja." Balas Ara ketus.
Seharusnya Langit sudah tau alasannya, karna dia juga pernah menanyakan hal yang sama waktu itu.
"Gue kasih tau ya!"
"Orang yang selalu memendam perasaannya sesekali butuh pelampiasan. Karna kalo enggak, ntar ada mayat tiba-tiba." Ucap Ara santai.
Langit yang merasa perlu mendengarkan ucapan Ara memelankan laju motornya. Sekarang ia sedikit tahu perasaan Ara. Meski tak seluruhnya tapi ia masih tahu bagaimana rasanya.
"Maksud lo. Lo bakal ngebunuh orang?" Ucap Langit geli.
"Siapa yang bilang kalo itu gue?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA (tamat)
Teen Fiction(Cerita amatir yang jauh dari kata layak) Ara Azia Denata.. Seorang cewek yang memilih untuk tetap tersenyum di tengah sejuta masalahnya. Ara sangat tau rasa tidak di inginkan. Sangat tau rasa ada tapi dianggap tidak ada. Sudah sangat mahir denga...