'Mencoba baik-baik aja emang gak semudah yang gue pikirin. Terlalu syahdu beratnya..'
"RAAAA"
"Hm" Sahut Ara singkat.
"Ngapain lo senyum-senyum? Gila lo?" Tanya Senja menghampiri Ara.
Kali ini mereka ada ditaman dekat perpustakaan. Mencoba menghabiskan waktu lebih lama. Hari kelulusan semakin dekat, Ara maupun Senja tak pernah lagi memiliki waktu untuk bermain. Tidak... bukan Ara hanya Senja, karna bagaimanapun keadaanya Ara akan tetap merusuh disetiap sudut sekolah. Menjadi pusat perhatian bagi para heters dan penggemarnya. Katanya biar yang menyukainya semakin suka dan bagi yang membencinya cepat mati karna menimbun dengki.
"Hm" Sahut Ara acuh tak acuh.
"Lo tau Venna gak? Anak sebelah yang pendiem abis itu?" Tanya Senja tetap melanjutkan.
"Kenapa? Lo ada masalah sama dia?" Tanya Ara tanpa emosi berarti disetiap nada katanya.
"Enggak." Sahut Senja cepat. "Gue gak tau kenapa. Setiap kali gue ngeliat dia pasti gue mikirnya dia dalam keadaan yang hancur sehancurnya." Ucap Senja menjelaskan apa yang ia pikirkan.
"Gak heran gue. Dia emang terlalu gampang di baca." Ucap Ara kalem. Matanya menatap kedepan, ntah apa yang sedang difikirkannya yang pasti hanya Ara dan Tuhan yang tahu.
"Dan gue denger lagi, katanya dia lagi deket sama Langit. Emang iya?" Tanya Senja memastikan apa yang ia dengar kemarin.
"Lo salah tanya orang Nja. Seharusnya lo itu tanya Langit bukan gue." Jawab Ara menatap Senja malas.
"Lo kan deket sama Langit Ra." Ucap Senja. Ya.. mau bagaimana? Ara dan Langit itu memang sangat dekat. Hampir setiap hari memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama. Jadi tak ada salahnya bukan? Jika Senja bertanya.
Ara menghela nafas, merasa aneh dengan ucapan Senja. Meskipun ia dekat dengan Langit tak mungkin bagi dirinya mengetahui semua tentang Langit. Ada kalanya Ara tak tau apa yang Langit inginkan dan Langit pikirkan.
"Lagian ya Nja. Kalo itupun bener emang kenapa?" Tanya Ara. "Baguskan. Langit udah gak sama Dera lagi." Tambah Ara.
Senja langsung merengut mendengar nama Dera disebutkan. Sampai sekarang Senja masih sangat tidak suka dengan Dera, alasan ketidaksukaannya juga aneh, tak jelas, dan tak masuk diakal. Konyol...
"Ya tapi juga bukan Venna lah Ra." Elak Senja. Ia akan benar-benar setuju jika Langit bersama Ara, karna baginya Ara merupakan orang yang dikirim Tuhan untuk memberitahu Langit bahwa karma masih ada.
"Au ah Nja. Lo itu riweh." Komentar Ara. Ia menyerah berdebat dengan Senja, karna apa? sengeyel-ngeyelnnya Ara masih ngeyel Senja.
"Eh.. gue denger dari Langit lo punya pacar ya? Siapa namanya?" Ucap Senja mengalihkan topik dari Venna ke pacar Ara. "Ah iya.. Adit... Adit.. au ah Adit siapa.. anak Gerga pokoknya." Ucapnya lagi setelah ingat sedikit tentang pacar Ara.
"Tau tuh gue juga lupa Adit siapa namanya.." Ucap Ara santai tanpa rasa bersalah.
"Lo kok gitu sih? Nama pacar sendiri lupa." Tanggap Senja setelah mendengar ucapan Ara.
"Namanya juga lupa, ya pasti Forget lah." Ucap Ara santai.
Senja menghela nafas. Ia tahu Ara itu pelupa stadium akhir, tapi jangan juga nama pacarnya dia lupa. Setidaknya dan seharusnya, ia ingat nama lengkap pacarnya. Jika begini siapa yang percaya Ara memiliki pacar?
"Gue gak perduli sama dia. Karna apa? Karna gue itu cuma remahan rengginang di hidupnya dia. Dan begitu juga dia di hidup gue." Ucap Ara mencoba menjelaskan, meskipun ia yakin Senja tak akan mengerti.
"Gue gak ngerti sama jalan pikiran lo Ra." Komentar Senja.
Ara itu sulit ditebak, apa yang ia pikirkan, rasakan, inginkan semuanya sulit ditebak. Ara selalu memasang muka baik-baik saja. Tapi tak ada yang tau bagaimana sebenarnya perasaan Ara.
"ARRAAAA" Panggil seseorang. Dari suaranya Ara mengenali siapa yang tengah memanggilnya ini.
"SINI RA!! BENTAR HUJAN." Ucap suara itu lagi.
Ara menengok, disana... arah sebelah kiri Ara ada Langit yang tengah memanggil. Memperingatkan hujan akan turun. Dan seakan mengerti Ara langsung berdiri dan menarik lengan Senja. Tapi.... sebelum ia memutuskan untuk pergi, Ara mendongak... diatas sana awan hitam sudah bergerombol siap untuk menurunkan air.
"Mau kemana?" Tanya Senja bingung. Ia tahu Langit memanggil Ara tapi ia tak paham dengan maksud Langit. Apalagi ditambah Ara yang mendongak ke langit membuat Senja semakin tak paham.
"Hujan.. kita harus berlindung." Singkat, padat ucapan Ara.
"Ah iya mendung." Ucap Senja akhirnya mengerti.
Baru saja kaki Ara melangkah, hujan deras langsung mengguyur. Ara dan Senja yang tak begitu siap menerima tumpahan air hanya bisa bersabar. Bagaimana lagi? Hujan itu nikmat Tuhan dan bukan sesuatu yang harus disesalkan.
"Kita mau kemana? Udah setengah basah kita." Ucap Senja ditengah pelariannya. Ya... mereka berlari, tapi sayangnya sekuat apapun mereka berlari mereka tak akan bisa sampai tanpa basah.
"Lo berdua? Oke?" Tanya Langit ketika Ara dan Senja sampai dihadapannya.
"Gila! Perasaan gue aja atau emang iya? Koridor jauh amat." Ucap Ara disela-sela mengambil nafas. Tak memperdulikan pertanyaan Langit.
"Bener banget. Lemes gue." Ucap Senja mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.
"Makanya kalo dibilangin dengerin. Udah diteriakin bukannya langsung lari malah drama dulu." Ucap Langit sewot. Kalau sudah basah begini percuma saja sebenarnya memarahi Ara dan Senja. Tapi daripada ia hanya diam saja lebih baik memperingati dua makhluk keras kepala ini.
"Sorry dan makasih." Ucap Senja yang sudah berhasil menetralkan nafasnya.
"Hah.. bacot lo Lang." Ucap Ara tanpa melihat kearah Langit.
Meski sebal Langit tak bisa marah. Mana bisa ia marah dengan orang yang ia sayangi, tak mungkin bisa.
Brukkk..
"Eh.." Ara bingung ketika Langit dengan tiba-tiba meletakkan jaket dikepalanya.
"Gue enggak Lang?" Tanya Senja cengo.
"Lo? Siapa gue." Jawab Langit tak perduli.
Tak lama kemudian Very datang dengan jaket ditangannya. Untuk siapa lagi jaket itu jika bukan untuk Senja. Tentulah untuk Senja, karena Senja adalah pacar satu-satunya Very.
"Noh dibawain sama pangeran lo." Ucap Langit santai.
"Uh... makasih sayangnya aku." Ucap Senja ketika Very memberinya jaket.
"Alay." Ucap Very malas. "Udah? Gue mau ke Radit. Bubuy..." Ucap Very lagi kemudian melangkah pergi meninggalkan Senja bersama Ara dan Langit.
"Anjjir.. pacarnya tu gue apa Radit?" Ucap Senja geleng-geleng kepala.
Bukan hanya sekali Very begitu, tapi ini sudah kesekian kalinya. Very lebih memilih untuk menghabiskan banyak waktunya bersama Radit dibanding dengan Senja. Terkadang Senja sedikit curiga dengan hubungan Radit dan Very yang sangat sulit dipisahkan itu.
"Lo itu selingkuhannya Nja." Ucap Ara santai tanpa beban.
"Iya tul tu." Tambah Langit menyetujui.
Senja menghela nafas, mengabaikan Ara dan Langit yang tengah memanas-manasi dirinya. Melawan dua setan itu diluar kemampuannya, jadi ia memilih untuk diam saja dibanding harus berdebat.
"Bubuy.. Senja." Ucap Ara melangkahkan kaki meninggalkan Senja. Dibelakangnya Langit mengikuti Ara pergi.
"Bubuy...."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA (tamat)
Teen Fiction(Cerita amatir yang jauh dari kata layak) Ara Azia Denata.. Seorang cewek yang memilih untuk tetap tersenyum di tengah sejuta masalahnya. Ara sangat tau rasa tidak di inginkan. Sangat tau rasa ada tapi dianggap tidak ada. Sudah sangat mahir denga...