"Terluka oleh hal yang sama secara berkali-kali. Gue emang hebat." Ucap Ara menghela nafas.
"Gue naif. Gue pikir setelah gue berjuang dan terus berharap kembali kemasa lalu gue bakal bahagia. Nyatanya gue gak merasakan itu dan mirisnya gue gak akan pernah bisa kembali. Gue nyerah!! Dan milih buat hidup seperti air yang mengalir. Jikapun gue tenggelam gue gak akan berjuang untuk menang. Karna gue akan terluka oleh hal yang sama untuk sekian kalinya." Ucap Ara kembali.
"Gue gak tau apa yang lo rasain. Tapi gue harap lo mau nyoba buat berjuang. Mungkin aja suatu saat lo bakal ngerasain bahagia yang sebenernya." Ucap Andri mencoba untuk menyemangati Ara.
"Ra lo gak sendirian ada gue, Momy, Dady, dan temen-temen lo. Jangan takut." Ucap Andri lagi sambil mengelus puncak kepala Ara.
Ara tersenyum ia tahu abangnya pasti khawatir sekarang. Satu hal yang bisa ia lakukan agar semuanya tetap baik-baik saja yaitu tetap tersenyum di segala kondisi. Tak apa hatimu gelap, tak apa jiwamu bergejolak tapi jangan biarkan senyummu luntur. Senyummu adalah satu-satunya hal yang kamu punya ketika semua yang kamu miliki hilang. Tak apa karna dengan senyum itu kamu bisa membuat orang lain tersenyum.
"Cewek itu yang dibutuhin kepastian. Untuk apa nunggu hal yang gak pasti kaya gitu. Gue lebih milih buat jadi gue yang sekarang. Menjalani tanpa repot buat ngeluh." Ucap Ara tanpa melihat Andri. Ia hanya berusaha membela diri mencegah rasa sakit yang sama. Jika ia mencoba untuk berjuang kemungkinan besar ia akan terluka oleh hal yang sama. Jika tak ada yang bisa menjaga hatinya maka biarkan Ara menutup hatinya.
"Cewek emang riweh." Ucap Andri mendengus.
"Udahlah bang. Gue baik-baik aja. Ini bukan pertama kalinya dan mungkin gak akan ada akhirnya." Ucap Ara kemudian tertawa. Biarkan ia menjaga hatinya dengan caranya. Mungkin salah dimata orang lain tapi inilah yang ia mampu untuk tetap berusaha baik-baik saja.
"Lagian dianggap gak ada udah jadi makanan buat gue." Ucap Ara lagi kemudian pergi menghampiri teman-temannya yang berada di tepi pantai.
"Ra sini.." ucap Senja semangat.
Ara semakin cepat melangkahkan kakinya. Ia ingin cepat sampai dan ikut menikmati senja bersama teman-temannya.
"Gimana rasanya Nja? Menikmati diri lo sendiri." Ucap Ara ketika sampai di tengah-tengah teman-temannya. Ara memutuskan untuk duduk diantara Radit dan Langit untuk menikmati senja di liburan terakhirnya sebelum kembali pulang.
"Rasanya luuuuaaaarrrr biiiasaa." Jawab Senja dengan senyum yang mengembang.
Disana ditepi pantai ada Ara, Senja, Very, Radit dan Langit yang memilih menghabiskan sore mereka dengan menyaksikan matahari terbenam. Kesempatan seperti ini tak akan mereka dapat di kota mereka. Gedung-gedung tinggi menghalangi pandang untuk menyaksikan matahari kembali keperadabannya. Maka dari itu mereka memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya selagi mereka mampu.
"Ra menurut lo apa yang istimewa dari senja?" Tanya Radit.
Setelah kejadian dia menembak Ara tadi kini ia sudah bisa bersikap biasa baik bersama Langit ataupun Ara. Karna pada dasarnya ia menganggap Ara seperti adiknya sendiri bukan seseorang yang harus dimiliki. Lagian ia begitu untuk melihat bagaimana Langit bereaksi. Ternyata Langit bereaksi sesuai dengan apa yang ia pikirkan. Dan untungnya Langit ataupun Ara tak mempermasalahkan masalah tadi. Jika sampai Ara mempermasalahkan hal tadi tamat sudah riwayat Radit. Ara tak pernah main-main dengan orang yang mengusik ketentramannya. Apapun akan Ara lakukan untuk memberi pelajaran bagi mereka yang berani mengusik ketenangannya.
"Senja yang mana nih? Pacar gue atau yang ono?" Tanya Very sambil menunjuk matahari yang perlahan-lahan turun.
"Senja yang ono lah. Yakali Senja yang ini." Jawab Radit sambil melirik Senja.
Senja mendengus. Radit pasti menyimpan dendam padanya. Ya bagaimana? salah Radit sendiri berani nge-prank Senja dan kawan-kawan. Jika Langit sampai bunuh diri karna patah hati bagaimana? Kita harus benar-benar menjaga mulut kita. Karna terkadang baik kita sadari atau enggak bisa saja ucapan kita menyakiti hati orang lain. Jadi berhati-hatilah jika tak ingin disakiti jangan mencoba untuk menyakiti.
"Apa pun yang ada di langit gue suka. Baik itu senja, fajar, hujan, mendung, langit biru, langit malam, bulan, bintang ataupun pelangi. Gue suka semuanya. Karna apa? Karna gue mencintai langit sama kaya gue mencintai diri gue sendiri." Ucap Ara menjawab pertanyaan Radit.
"Senja itu selalu punya ceritanya sendiri. Ah ya satu lagi langit yang diatas sana sangat mengagumkan beda sama Langit yang ada disebelah kita. Ayam jago terhebat." Ucap Very menambahi ucapan Ara. Senja di langit atau Senja yang ada disampingnya semuanya ia suka. Selama mereka sama-sama senja.
"Gue udah gak gitu lagi. Jadi stop bilang gue ayam jago." Ucap Langit tak suka. Bagaimanapun ia sudah memutuskan pacarnya.
"Maaf! lo masih gantungin Dera sama Jingga. Sampe kapanpun gue bakal tetep manggil lo ayam jago." Ucap Very tersenyum meremehkan. Ia tahu Langit sudah memutuskan beberapa pacarnya. Dan dua orang yang belum di putuskan oleh Langit, Very juga tahu.
"Dera selingkuh. Dan gue mau main bentar sama dia. Urusan gue sama Jingga selesai jadi hubungan kita juga selesai. Karna hubungan gue sama Jingga itu simbiosis mutualisme saling menguntungkan." Ucap Langit mencoba menjelaskan untuk sekian kalinya.
"Udahlah Ver biarin aja. Bentar juga kena karma." Ucap Senja menengahi berdebatan antara Very dan Langit.
"Pohon kurma masih tumbuh di Arab. Tenang aja tinggal tunggu tanggal mainnya." Ucap Radit dengan senyum miringnya.
Ara tersenyum mendengar obrolan dari teman-temannya. Jika ia tak mampu menemukan tempat ternyaman? Sekarang ia tak perlu sedih lagi seperti dahulu. Karna sekarang, jika ia sudah benar-benar merasa sakit maka ia akan mencari teman-temannya.
"Ayo foto." Ucap Senja sambil menyodorkan HP-nya pada Very.
Mereka semua berfoto di pinggir pantai dengan matahari yang sudah sampai diperaduannya. Mungkin foto mereka terkesan gelap, cahaya pun hanya cahaya dari matahari. Tapi itu bukan masalah. Hal itu malah membuat foto mereka menjadi lebih mengesankan dan sangat memorial di ingatan mereka.
"Gue posting enak nih. Trus nge-tag kalian." Ucap Radit semangat setelah melihat hasil jepretan Very.
"Betul. posting aja." Ucap Senja juga bersemangat.
"Captionnya apa? Jangan alay. Ntar bukannya keren jatuhnya jijik." Usul Very. Bagaimanapun captionnya harus sesuai dengan keadaan mereka sekarang agar tambah mengesankan. Mengingatkan mereka bahwa mereka pernah menikmati senja bersama.
"Kesenangan dalam kebersamaan?" Ucap Langit memberi usul. Sebenarnya ia juga tak yakin tapi sepertinya idenya juga tak begitu buruk.
"Senja bersama kita. Kesenangan dalam kebersamaan akan meninggalkan kenangan." Ucap Ara ikut memberi usul.
"Puitis ya? Tapi not bad." Ucap Senja memberi komentar.
"Deal?" Tanya Radit.
"DEAL" Ucap mereka bersama kemudian tertawa.
Melepaskan apa yang perlu dilepaskan dan mempertahankan mereka yang berharga. Bukan kah bahagia itu dibuat? Jadi nikmati apa yang membuatmu bahagia karna belum tentu esok kau akan sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA (tamat)
Teen Fiction(Cerita amatir yang jauh dari kata layak) Ara Azia Denata.. Seorang cewek yang memilih untuk tetap tersenyum di tengah sejuta masalahnya. Ara sangat tau rasa tidak di inginkan. Sangat tau rasa ada tapi dianggap tidak ada. Sudah sangat mahir denga...