Saat Ara dan Langit akan pergi meninggalkan taman. Ara berhenti ketika matanya tak sengaja melihat sosok yang menarik perhatiannya. Tanpa harus repot berbicara pada Langit, Ara langsung melenggang pergi ke arah sosok yang menarik perhatiannya itu.
"Lah ilang?" Ucap Langit ketika menyadari Ara tak ada di belakangnya. Ingatkan Langit atas kebiasaan Ara yang satu ini. Suka menghilang sesuka hatinya dan kembali tak tepat pada waktunya. Kebiasaan buruk yang sangat merepotkan untuk teman-temannya.
Langit mengedarkan pandangan. Beruntung saja ia melihat Ara yang belum jauh dari dirinya. Langit berhenti ketika ia mulai melangkahkan kakinya untuk menyusul Ara. Ada yang mengganjal dimatanya. Apa itu? Ah... Ara menghampiri seorang laki-laki yang sedang duduk di salah satu bangku taman. Daripada ia menduga-duga ia lebih memilih untuk menyusul Ara. Tak terlalu dekat tapi juga tak jauh dari tempat Ara berada.
"ALEX" teriak Ara yang sudah dekat dengan laki-laki yang menarik perhatiannya.
Langit mendengus saat Ara dengan semangatnya memanggil laki-laki yang tak Langit kenali. Seberapa menariknya sampai-sampai Ara sangat bersemangat?
"Ara." Ucap Laki-laki itu terkejut dengan kehadiran Ara.
"Lo ngapain ada disini?" Tanya Ara setelah ia melakukan tos ala-alanya dengan laki-laki yang ia panggil Alex.
"Kencanlah. Emang lo? Jones." Ucap Alex meledek.
"Sama siapa lo kesini? Pacar lo yang itu?" Tanya Alex sambil mendudukkan dirinya dibangku.
"Astagfirullah. Langit. Langit.. sini.." ucap Ara panik ketika ia melupakan Langit. Bisa gawat jika Langit marah. Bisa-bisa ia pulang jalan kaki.
Langit yang berdiri tak jauh dari Ara dan Alex berjalan mendekat. 'Akhirnya dia inget.' Batin Langit malas.
Mengingat betapa pelupanya Ara. Langit tak berharap banyak untuk diingat oleh Ara. Ara ingat namanya saja, Langit sudah sangat bersyukur. Mengingat awal pertemuan mereka yang sudah sangat memperlihatkan betapa pelupanya Ara membuat Langit tak terkejut sama sekali.
"Lo udah putus sama dia?" Tanya Alex ketika ia melihat orang yang bersama Ara bukan orang yang ia maksud.
"Dia? Siapa? Kok putus? Emang gue punya pacar?" Tanya Ara yang malah terlihat bingung.
Sedangkan Langit malah mengernyitkan dahi. Apa ia salah dengar? Ara punya pacar? Siapa? Kenapa Ara tak cerita? Apa Ara menganggapnya tidak penting? Dan apa Senja juga tau kalau Ara memiliki pacar? Banyak lagi pertanyaan dalam benak Langit. Tapi daripada mencoba untuk bertanya ia lebih memilih untuk menyimpan semua pertanyaannya dan menunggu Ara untuk bercerita dengan sendirinya.
"Itu loh.. kenalan lo dari SMA Gerga. Duh siapa sih namanya?" Ucap Alex mencoba mengingatkan Ara. Tapi sialnya dia juga lupa siapa nama laki-laki itu.
"Adit. Iya Adit namanya." Ucap Alex bersemangat ketika ia berhasil mengingat.
"Oh. Gue lupa buat mutusin dia." Ucap Ara santai. Sedangkan Alex ia sudah menjatuhkan rahangnya mendengar ucapan santai Ara. Langit? Ia malah tak habis fikir dengan kelakuan Ara yang satu ini. Pacar sendiri pun ia lupa. Lalu apa yang ada difikiran Ara?
"Ntar kalo kita ketemu anak Gerga namanya Adit Pamungkas. Ingetin gue buat mutusin dia. Ok." ucap Ara menatap Langit. Langit hanya menatap tanpa mau angkat bicara. Sedangkan Ara menganggap diamnya Langit sebagai tanda persetujuan.
Mengalihkan perhatiannya dari sosok yang mereka bicarakan sekarang. Ara lebih tertarik untuk tau dengan siapa Alex datang.
"Lex, lo datang sama siapa? Pacar lo? Namanya siapa? Kok gak dikenalin ke gue? Lo gak anggap gue temen ya? Jahat lo." Ucap Ara pada Alex dengan membrondong banyak pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA (tamat)
Teen Fiction(Cerita amatir yang jauh dari kata layak) Ara Azia Denata.. Seorang cewek yang memilih untuk tetap tersenyum di tengah sejuta masalahnya. Ara sangat tau rasa tidak di inginkan. Sangat tau rasa ada tapi dianggap tidak ada. Sudah sangat mahir denga...