Masa Sekarang

33 6 0
                                    

Ara membuka matanya. Berkedip sekali lagi untuk memperjelas pengelihatannya. Dan ketika pandangannya jelas orang pertama yang ia lihat adalah Langit.

"Hmmm" gumam Ara.

"Why? Subuh-subuh udah ada disini?"

Langit memutar mata malas. Subuh? Subuh katanya?

"Jam 7 masih subuh?" Tanya Langit malas.

Ara nyengir. Ia tak sadar jika sekarang sudah jam 7 pagi. Tapi menurut Ara yang selalu terlambat datang, jam 7 masihlah subuh.

"Momy mana Lang?" Tanya Ara. Ia mengedarkan pandang tapi tak melihat Daddy dan Momynya. Andri pun juga tak ada.

"Lagi dibawah beli sarapan. Daddy lo pulang mau kerja. Dan Bang Andri ambil baju ganti buat lo." Jelas Langit.

Ara mengangguk mengerti. Ia bergerak untuk duduk. Meski sedikit nyeri di kaki, itu tak membuat Ara merasa harus memanjakan diri.

Tak lama Stella datang dengan dua kotak makanan. Satu ia berikan pada Langit dan satu lagi ia letakkan di meja.

"Mom. Itu buat Ara kan?" Tanya Ara semangat. Ia lapar dan ingin sarapan.

"No! Ini buat abang kamu aja nanti. Kamu makan makanan RS aja." Ucap Stella yang langsung menurunkan semangat Ara.

Ara berdecak. Makanan rumah sakit tak enak. Ia tak suka. Lagian cuma retak tulang kan? Jadi seharusnya tak masalah jika ia tak makan makanan RS.

"Mom. I don't like bubur." Ucap Ara drama.

Stella hanya mengernyitkan dahi. Sedangkan Langit tampak santai memakan sarapannya di sofa yang tak jauh dari bangkar Ara.

"Kamu gak bakal dapet bubur. Selow aja."

"Tapi...."

"Ara!" Peringat Stella tak ingin berdebat.

Biarkan saja Ara makan makanan rumah sakit yang katanya tak enak itu. Lagian siapa suruh masuk rumah sakit. Tak ada kan? Jadi anggap saja ini hukuman untuk Ara yang tak pernah punya rasa jera.

"Tan, Teo udah sadar?" Tanya Langit setelah selesai dengan sarapannya.

Ara mengerutkan kening, Teo? Siapa Teo?

"Belum. Tapi seharusnya sebentar lagi dia sadar." Jawab Stella kalem.

"Teo siapa?"

"Yang kecelakaan bareng kamu. Atau lebih tepatnya yang ngebuat kamu kecelakaan." Jelas Stella.

Ara mengangguk. Berarti Teo adalah orang yang ada dibelakangnya. Yang menyenggol motornya sampai ia kehilangan keseimbangan. Dan berakhirlah ia disini dengan kaki diperban.

"Teo parah banget ya Lang?" Tanya Ara pada Langit.

"Ya lumayan lah. Apalagi kepalanya. Moga aja dia gak geger otak."

Hachimmmm....

Ara menggosok hidungnya. Perasaan kemarin ia baik-baik saja. Kenapa sekarang tiba-tiba jadi pilek?

"Oh iya sih. Soalnya kemarin pas jatuh gue ngeliat helm dia lepas. Pantes aja dia parah." Ucap Ara mengingat-ingat kejadian.

Hachimmmm...

"Ini gue pilek atau gimana sih?" Omel Ara pada dirinya sendiri.

Ara itu benci dengan pilek. Karna ia akan susah bernafas dan akan terus bersin. Pilek itu merepotkan bagi Ara yang tak suka kerepotan.

"Lo kan kemarin habis kehujanan." Ucap Langit datar.

Hachimmm

Hachimmmm

ARA (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang