"Apa yang harus dibanggakan dari kamu. Yang hanya jadi salah satunya bukan satu-satunya."
Ara_Azia
"Lo gak papa?" Tanya Langit khawatir.Barusan ia melihat Dera dengan sengaja menabrak Ara yang berpapasan dengannya. Tanpa ia harus repot mengejar Dera yang nyatanya baik-baik saja. Ia lebih menghawatirkan Ara yang menjadi korban penabrakan. Ara itu bukan tipe pendendam tapi jika ia sudah kesal kata-kata pedas tak segan meluncur dari mulutnya.
"Gak papa kok." Jawab Ara dengan seutas senyum yang meyakinkan bahwa ia baik-baik saja.
"Ayo kedalem. Gue di minta Pak Dana buat jemput lo disini." Ucap Ara lagi sambil berjalan duluan meninggalkan Langit dibelakangnya.
Mereka saat ini sedang berada di SMA Cibas untuk melaksanakan turnamen yang sedang diadakan. Tadi selepas menyelesaikan ulangan terakhirnya, Ara langsung bergegas ke Cibas bersama Tania tentunya. Hari ini yang dilombakan ada basket putra dan drama. Sebenarnya jika tak dipaksa Pak Dana, Ara tak mungkin ada disini. Entah kenapa Pak Dana ngotot ingin dia hadir di pertandingan kali ini, padahal dia sama sekali tidak bermain. Jika dintanya, kenapa ada Tania? jawabannya Tania ingin melihat adiknya bermain.
Langit mengikuti Ara pergi ke lapangan indoor milik SMA Cibas. Ditempat ini bukan cuma ada Galaxkin, Nusa, Pelita, dan Gerga tapi masih banyak anak sekolah lainnya. Selain untuk ikut lomba, sebagian dari mereka menjadi suporter bagi sekolah masing-masing. Atau bagi para pecinta cogan, turnamen ini dijadikan ajang mencari keberuntungan atau bisa juga sebagai ajang cuci mata.
Langit dan Ara sudah sampai di lapangan indoor Cibas. Tanpa mengatakan sepatah kata Ara pergi menuju tempat dimana Pak Dana berada. Selepas perginya Ara, Langit langsung berganti baju kemudian menuju lapangan karna sebentar lagi pertandingan akan dimulai.
"Langit semangat."
"Gantengnya."
"Duh.. duh calon imam gue."
"Hist imam gue itu."
"Very ganteng banget ya Allah."
Teriakan heboh dari penonton membuat Ara muak. Sedangkan Senja yang berada di sebelah Ara langsung melotot tatkala ada yang meneriakan nama Very dengan alaynya.
'Woy yang lo treakin udah punya pacar.' Batin Senja dongkol.
"Pacar lo populer juga." Ucap Ara dengan menaikan sebelah alisnya.
Senja semakin di buat dongkol dengan ucapan Ara. Apa ia tak tau bahwa temannya ini sedang menahan cemburu. Ara memang bukan orang yang peka. Mungkin faktor rambut panjangnya ia menjadi tak peka.
"Langit main yang bener oy." Teriak Tania heboh kala adiknya gagal memasukkan bola ke dalam ring.
"Berisik." Ucap Ara jengah.
Ntah Ara yang memang lagi sensitif atau memang keadaan yang terlalu berisik. Pokoknya Ara benar-benar muak dengan semuanya. Tak bisakah berteriak santai? Kupingnya sakit mendengar teriakan anak Chili ini.
'Tuhan lindungi telinga Ara.' Doa Ara sambil memejamkan mata sejenak.
"Woy gak usah licik lo." Teriak Tania lagi tatkala ada seorang pemain lawan yang menurutnya bertindak curang.
Oke kesabaran Ara sudah habis kali ini. Dengan tenang Ara menarik nafas dalam-dalam.
"Pada bisa main yang bener gak nih. Gue begal lo kalo curang." Teriak Ara menggelegar.
Seketika semua menolehkan pandangannya ke arah Ara. Tanpa merasa bersalah Ara kembali menonton pertandingan dengan tenang.
"Ra kalem Ra kalem." Ucap Tania dan Senja bebarengan sambil mengelus pundak Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA (tamat)
Teen Fiction(Cerita amatir yang jauh dari kata layak) Ara Azia Denata.. Seorang cewek yang memilih untuk tetap tersenyum di tengah sejuta masalahnya. Ara sangat tau rasa tidak di inginkan. Sangat tau rasa ada tapi dianggap tidak ada. Sudah sangat mahir denga...