Maybe?

63 7 2
                                    

"Awas kemana-mana. Tunggu disini!!" Perintah mutlak dari Langit untuk Ara.

"Siap komandan." Ucap Ara dengan gaya hormat ala tentara.

Mereka kini sedang berada ditaman. Setelah dari rumah Vita rencananya mereka akan kerumah Dera sebagai tujuan terakhir. Mungkin karna Ara sudah lelah melihat Langit ditampar berkali-kali dan untungnya tidak mati. Ara mengajak atau lebih tepatnya memaksa Langit untuk mampir kesini setelah dari rumah Vita tadi.

Dengan tenang Ara mendudukkan diri pada bangku taman yang tak jauh darinya. Sementara ia menunggu Langit yang pergi ntah kemana, Ara juga tak terlalu peduli selama ia tak ditinggal pulang. Ara bersenandung kecil untuk mengusir rasa bosan  hingga tanpa sengaja ia melihat sekelompok laki-laki bertato yang tak jauh dari ia duduk.

'Gue kayaknya pernah liat. Dimana ya...' ucap Ara dalam hati ketika melihat Lima orang laki-laki dengan lengan penuh tato.

"Punya ingatan yang konslet emang riweh." Monolog Ara ketika usahanya untuk mengingat para laki-laki bertato itu gagal.

"Eh kenapa mereka kesini?" Ucap Ara terkejut karena ia melihat para laki-laki itu berjalan menghampirinya. Bukannya Ara kepedean atau bagaimana. Hanya saja disekitarnya tak ada orang jadi mustahil jika bukan dirinyalah yang mereka tuju.

'Sebentar. Ingat! Tenang! Dan ingat!' Ucap Ara dalam hati.

Setelah jarak antara dirinya dan para laki-laki itu sudah semakin dekat Ara mulai panik. Bagaimana jika ia diculik? Lalu organ tubuhnya dijual? Apalagi jika sampai ia dijadikan makanan binatang buas? Ara tak sanggup membayangkannya. Rasanya sangat seram untuk dibayangkan.

"Ini-inih yang ngehajar gue sama temen-temen gue waktu itu." Ucap salah satu diantara laki-laki bertato yang posisinya kini sudah dihadapan Ara.

'Mampus gue gak bisa kabur.' Ucap Ara dalam hati sambil nyengir ngeri.

"Lo sama temen-temen lo kalah? Sama makhluk cecurut ini?" Ucap laki-laki lainnya tak percaya sambil menunjuk Ara dengan pandangan remeh.

'Awas aja lo.' Ucap Ara menatap dengan aura tak bersahabat.

Meski kesal karna diremehkan, Ara masih mencoba mengingat orang yang mengatakan bahwa dirinya pernah menghajar dia dan teman-temannya. Ara masih berpikir keras apa ia pernah menghajar orang-orang bermuka seram ini. Menurut ingatannya yang sangat cetek, Ara tak pernah ingat menghajar mereka. Bertemu saja ia ragu.

"Gue rasanya gak pernah berantem sama mereka. Apalagi sampe mukul. Paling juga gue gak sengaja mukul. Tapi kalo iya alay banget, masa cuma demi pukulan gak sengaja mereka sampe-sampe ngedatengi Ara?" Monolog Ara yang suksesnya hanya dirinya yang mendengar.

Ingatkan Ara tentang pukulan tak sengajanya yang bisa membuat salah satu kakak kelasnya pingsan dan nyaris dibawa ke rumah sakit.

"Ayolah kita hajar aja. Balas dendam." Ucap salah satunya.

Ara sukses tambah panik dibuatnya. Selangkah demi selangkah mereka mulai mendekat ke Ara. Ara harus berfikir apa yang harus ia lakukan untuk mengusir mereka.

Bruukkk... Ara ambruk. Para laki-laki tadi bingung. Mereka belum menyentuh tapi kenapa sudah ambruk terlebih dahulu. Salah satu dari mereka mulai mendekati Ara. Mengecek apakah masih bernafas atau sudah lewat.

"Aing maung." Ucap Ara dengan suara rendah menakutkan.

Laki-laki yang tadi langsung menjauh. Ia pikir cuma pingsan biasa ternyata malah kesurupan.

"Dia serius kesurupan?" Tanya orang yang bilang ia pernah di pukul Ara.

"Kayanya beneran deh. Orang waras mana yang mau makan rumput. Dia doang." Ucap yang lainnya tatkala melihat Ara memakan rumput.

ARA (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang