"Ayolah Lang. Ini malam minggu. Ajak gue jalan kek." Ucap Ara memohon.
"Kenapa sih Ra? Tumbenan banget." Ucap Langit dari sebrang telfon.
Iya! Ara dan Langit sedang bertelfon ria.
"Ayolah. Mumpung pingin ini gue." Bujuk Ara lagi. "Lagian harusnya lo bangga di ajak jalan sama gue. Kapan lagi coba?" Ucap Ara terus membujuk Langit.
Ntah kenapa malam minggu kali ini Ara ingin jalan-jalan. Katanya ia lelah menjadi anak rumahan. Sesekali ia ingin jalan-jalan bersama pasangannya di malam minggu, tapi sayangnya pasangan pun Ara tak punya. Alhasil ia mengajak Langit agar tak terlihat jomblo.
"Alah biasanya juga lo jalan sendiri." Ucap Langit.
Bukan Langit tak ingin di ajak jalan oleh Ara, hanya saja rasanya aneh karena Ara tak pernah mengajak Langit jalan berdua.
"Biar gue gak keliatan jomblo." Ucap Ara menanggapi ucapan Langit.
Ntah apa respon Langit disebrang sana, yang pasti Ara masih kekeh untuk mengajak Langit.
"Radit? Kenapa lo gak ajak dia?" Tanya Langit.
"Halah tekor yang ada ntar gue." Jawab Ara cepat. "Lagian kan enak jalan sama lo. Gue gak bakal ngeluarin duit." Ucap Ara lagi tanpa dosa.
"Sebenernya, lo ngajak gue karna pingin, apa karna duit gue?" Ucap Langit. Dari nada suaranya sepertinya Langit sangat jengkel dengan ucapan Ara.
"Dua-dua." Jawab Ara santai.
"Pokoknya gue gak mau tau! Lo harus otw kesini! Dandan yang cakep! Jelek gue tinggal lo." Ucap Ara lagi kemudian mematikan sambungan telfon tanpa menunggu jawaban dari Langit.
Sambil menunggu Langit, Ara memutuskan untuk bersiap-siap. Pilihan Ara jatuh pada hoodie bewarna navy dan jeans hitam biasa. Dan seperti biasa, Ara mengenakan sneakers putih favoritnya sebagai alas kaki. Bisa dikatakan penampilan Ara terlalu simpel untuk acara malam mingguan.
Meskipun judulnya malam mingguan, hal itu tak membuat Ara berdandan heboh. Sebenarnya Ara sendiri tak suka berdandan, dan dandan maksimal ala Ara hanya sebatas cream dan bedak bayi. Beruntungnya Ara, karena memiliki wajah cantik natural jadi ia tak perlu repot berdandan.
Ara tak perlu menggunakan shading untuk mempermancung hidungnya yang pada dasarnya sudah mancung dari lahir. Ara tak perlu membuat alis karena alis yang ia miliki sudah sangat pas dengan wajahnya. Tak terlalu tebal dan tak terlalu tipis. Dan Ara juga tak mempermasalahkan pipinya yang chubby. Baginya pipi chubbynyalah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi dirinya.
Ara terlalu luar biasa untuk dikatakan sebagai perempuan. Karena bagaimanapun kelakuannya terlalu mencerminkan laki-laki daripada kelakuan perempuan itu sendiri.
Ting.. tong...
Cklek...
"Wih cakep lo Lang." Puji Ara ketika ia baru saja membukakan pintu untuk Langit.
"Kenapa gue gak naksir sama lo ya? Padahal lo cakep. Apa karna lo ayam?" Ucap Ara lagi setelah mempersilakan Langit masuk ke apartemen miliknya.
Ara telah kembali ke apartemen seletah merasa sudah benar-benar pulih. Berlama-lama di rumah Stella akan membuat Ara mati bosan. Maka dari itu Ara langsung kembali ke apartemen setelah merasa kondisinya membaik.
"Lo kemana aja? Baru sadar gue ganteng." Ucap Langit malas.
Kali ini Langit mengenakan hoodie bewarna merah dan celana jeans biru sobek-sobek. Untuk alas kaki Langit mengenakan sneakers hitam putih. Selain itu penampilan Langit juga ditunjang dengan jambul khatulistiwa yang dimilikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA (tamat)
Teen Fiction(Cerita amatir yang jauh dari kata layak) Ara Azia Denata.. Seorang cewek yang memilih untuk tetap tersenyum di tengah sejuta masalahnya. Ara sangat tau rasa tidak di inginkan. Sangat tau rasa ada tapi dianggap tidak ada. Sudah sangat mahir denga...