Niatnya hari ini Langit ingin menjenguk Ara yang katanya tengah sakit. Ia khawatir jika sakit yang Ara derita termasuk parah.
Ting... tong... Langit memencet bel rumah Ara. Tak lama seorang wanita paruh baya membukakan pintu. Langit yakin wanita ini adalah asisten rumah tangga dari keluarga Ara. Dilihat dari penampilannya sudah terlihat menurut Langit.
"Ada apa den?" Tanya Wanita paruh baya yang tak lain namanya Mbok Yam.
"Aranya ada disini gak mbok?" Tanya Langit ganti.
Ini penting ditanyakan, mengingat Ara tinggal berpisah dengan keluarganya. Tapi rasanya tak mungkin jika Ara sakit lalu kemudian tinggal diapartemen. Stella tak mungkin mengizinkan. Maka dari itu Langit memilih untuk pergi kerumah Stella.
"Non Ara ada. Aden siapa ya?" Tanya Mbok Yam.
"Siapa Mbok...??" Terdengar teriakan dari dalam. Dari suaranya bisa ditebak jika itu Stella.
"Oh... Langit." Ucap Stella saat tau siapa yang bertamu dirumahnya.
"Iya tante" ucap Langit tersenyum.
"Mbok kebelakangkan aja istirahat." Ucap Stella kepada mbok Yam. "Masuk yok Lang." Ajak Stella.
Langit masuk kedalam rumah mengikuti sang tuan rumah. Ia tak melihat keberadaan Ara, apa mungkin Ara benar-benar sakit?
"Langit mau jenguk Ara ya?" Tanya Stella lembut. Untuk anak orang, bisa saja ia bersikap lembut tapi untuk anaknya tak ada kata lembut di setiap katanya.
"Iya tante. Langit denger Ara sakit makanya Langit kesini mau jenguk." Jawab Langit.
Stella menghela nafas kemudian mendudukkan dirinya di sofa. Stella juga mempersilakan Langit untuk duduk.
"Langit mau minum apa? Tante buatin." Tanya Stella sebagai tuan rumah yang baik.
"Gak usah repot-repot tante." Tolak Langit. Ia tak ingin merepotkan, lagian tujuannya kesini untuk melihat bagaimana kondisi Ara.
"Bentar ya." Ucap Stella kemudian pergi kedapur.
Selama ditinggal, Langit mengamati kondisi disekelilingnya. Banyak foto bejajar rapi di dinding. Jika dilihat foto Ara dan Andrilah yang paling mendominasi. Tapi dari semua foto yang ia lihat. Ia merasa ganjil. Langit melihat ada foto Andri ketika kecil tapi ia tak melihat foto Ara saat kecil, satu foto pun tak ada. Disana hanya ada foto Ara ketika sudah besar. Menurut perkitarannya foto itu diambil ketika Ara SMP.
"Lama Lang?" Tanya Stella setelah datang dengan segelas jus jeruk ditangannya.
"Enggak kok tan." Jawab Langit tersenyum.
Langit masih terus melihat-lihat foto-foto yang ada di dinding maupun dimeja. Berharap menemukan foto Ara ketika ia masih kecil.
"Langit nyari foto Ara pas kecil ya?" Tanya Stella seakan tau apa yang dilakukan Langit. Menurutnya itu wajar, karna baik disini dan dimanapun tak ada foto Ara ketika masih kecil.
"Iya tan. Langit aneh aja. Foto bang Andri pas kecil banyak tapi kok foto Ara gak ada." Jawab Langit jujur.
Stella menghela nafas dan kemudian tersenyum. Ia tau Ara pasti tak cerita banyak tentang dirinya. Ara terlalu pandai menyembunyikan semua perasaannya.
"Tante udah pernah minta Ara buat taroh fotonya disitu." Ucap Stella sambil menunjuk dinding yang juga terdapat foto anak laki-laki yang sedang tersenyum.
"Tapi... Ara lebih milih buat nyimpen masa itu sendiri. Dan gak pingin membaginya." Ucap Stella dengan senyum dipaksakan."Kok gitu tan?" Tanya Langit tak mengerti.
"Sebenernya tante pingin cerita banyak sama kamu. Tapi.. " Jeda Stella sebelum meneruskan ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA (tamat)
Teen Fiction(Cerita amatir yang jauh dari kata layak) Ara Azia Denata.. Seorang cewek yang memilih untuk tetap tersenyum di tengah sejuta masalahnya. Ara sangat tau rasa tidak di inginkan. Sangat tau rasa ada tapi dianggap tidak ada. Sudah sangat mahir denga...