UN sudah berakhir sejak lama. Kini tinggal persiapan menuju kelulusan. Baik Ara, Langit, Senja, Radit ataupun Very kini tengah menunggu pengumuman kelulusan. Dan dalam penantian itu mereka menyibukkan diri untuk memilih busana di hari perpisahan.
"Mana sih mereka?" Tanya Ara pada Langit yang ada di sebelahnya.
Kini mereka tengah berada di sebuah mall. Mereka tengah janjian untuk bertemu di sini.
"Katanya sebentar lagi." Jawab Langit sambil menyendok es krim nya.
"Gue udah habis lima loh ini. Dan dari tadi lo bilang sebentar lagi? Mau sebentar lagi kaya apa, Lang?"
"Lo pesen lagi aja. Kan gue yang bayar!" Ucap Langit santai. Es krim adalah upayanya untuk tetap menjaga Ara dalam kondisi stabil. Sebelum mengamuk karna harus menunggu lama.
"Awas ya lo ingkar janji." Ancam Ara menuding Langit dengan sendok es krim.
Ara memesan lagi es krim ke enamnya. Tapi Senja dan yang lain baru datang ketika ia sudah memakan es krim ke delapannya.
"Bagus ya lo pada, janjian jam 3, datengnya jam 4. Tau gitu gue dateng jam 5 aja." Ucap Ara jengkel pada mereka semua.
"Kita nungguin lo dong kalo gitu." Ucap Radit yang tak tau diri.
Melempar sendok es krimnya. Ara menatap Radit nyalang. Sedangkan Langit memutar mata malas. Bisa-bisa Radit berucap begitu. Tentu saja kata-katanya akan membangunkan singa tidur.
"Lo pikir gue gak nungguin lo!!! Satu jam gue di sini, sialan!!!"
"Lo pikir nunggu itu enak?" Tambah Langit santai.
Senja jadi tak enak. Ara menjadi menunggu selama satu jam karna dirinya. Tadi ia bukannya langsung ke mall malah pergi ke salon langganan mamanya. Untuk perawatan menuju acara kelulusan. Bagaimanapun ini salahnya.
"Udahlah gue mau balik aja!!" Ucap Ara kemudian pergi dari sana.
Mungkin jika itu lima belas menit atau maksimal tiga puluh menit ia masih tak apa. Tapi ini satu jam ia dibuat menunggu. Dan fakta nyatanya yang katanya sebentar lagi sebenarnya hanyalah omong kosong.
"Kok gitu?"
"Lo pikir aja, satu jam itu sebentar apa lama? Kalo gak tau, liat tuh berapa es krim yang di makan Ara sama gue." Ucap Langit kemudian menyusul Ara pergi.
Senja, Very dan Radit hanya diam. Tidak ingin melanjutkan, Radit memilih untuk pergi meninggalkan Senja dan Very.
Sedangkan Langit masih mengejar Ara, dan untungnya Ara belum jauh dari jangkauannya. Sepertinya, Ia perlu berterima kasih dengan tongkat Ara yang sudah memperlambatnya dalam berjalan.
Menangkap tangan kiri Ara, Langit menghentikan Ara.
Karna terkejut, Ara reflek memelintir Langit. Meski tangan kanannya memegang tongkat, kecepatan dan ketepatannya masih sangat menakjubkan. Yang kemudian membuat mereka menjadi pusat perhatian.
"Lo ngapain sih Lang?" Tanya Ara melepaskan Langit.
"Lo kalo marah gak bisa ngenalin mana lawan mana kawan. Agak bahaya tau. Kalo lo sampe salah sasaran gimana?" Ceramah Langit.
Emosi Ara yang naik turun tapi masih bisa untuk tenang memang membahayakan. Orang tidak akan tahu Ara dalam kondisi apa karna penampilannya yang tenang. Ketenangan yang sesungguhnya palsu. Karna jika salah gerak itu akan sangat berbisa.
"Gue gak suka nunggu tanpa kepastian." Ucap Ara tenang.
Agar bisa lebih leluasa dalam berbicara mereka memutuskan untuk berbicara di dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA (tamat)
Novela Juvenil(Cerita amatir yang jauh dari kata layak) Ara Azia Denata.. Seorang cewek yang memilih untuk tetap tersenyum di tengah sejuta masalahnya. Ara sangat tau rasa tidak di inginkan. Sangat tau rasa ada tapi dianggap tidak ada. Sudah sangat mahir denga...