"Ketika lo kehilangan alasan untuk mencapai tujuan lo. Lo juga akan kehilangan alasan untuk bersikap ceria di hadapan orang lain. Secara otomatis lo akan menarik diri dari keramaian dan menenggelamkan diri pada kegelapan yang tak berujung. Berharap akan datang suatu alasan yang bisa membuat lo bangkit dan memilih untuk berjuang lagi. Alasannya hanya keputus-asaan yang gak bisa lo tangani. Tapi pergi juga bukan pilihan lo. Bertahan hanya cara yang coba lo yakini. Intinya kekosongan udah mendominasi perasaan lo."
Ara_Azia
.
.
.
."Wah ada abang ganteng!!!!" Teriak Ara sambil mencoba mendekati Langit.
Dengan tongkat di tangan kanannya, Ara berjalan menuju meja makan. Duduk di sebelah Langit dan di depan Andri yang tengah menatapnya heran. Ia tak peduli pada tatapan Andri, ia lebih memilih menyibukkan diri dengan memandang Langit yang ada di sebelahnya. Sedangkan Langit yang tengah ditatap hanya memutar bola mata malas. Ia lelah jika harus meladeni ke gesrekkan Ara.
"Lo gila ya Ra?" Tanya Andri akhirnya. Matanya tak sanggup lagi melihat adiknya dengan mata berbinar menatap Langit.
"Yes!! After effect Dari mimpi semalem." Jawab Ara dengan wajah bahagia. Ia tak menyebutkan apa mimpinya, tapi meski begitu, ia yakin abangnya pasti tau.
"Tumben Ra, udah semringah aja." Ucap Galang kemudian duduk di meja makan.
Ara hanya menyengir tanpa jawaban. Tak lama Stella datang dengan nasi goreng andalannya. Dengan wajah bahagia ia menatap Langit yang pagi-pagi sudah ada di rumahnya. Tentu saja ini atas inisiatifnya dan Sinta.
"Pagi Lang" Ucap Galang menyapa prince charming dari anak gadisnya.
"Pagi juga om." Sahut Langit Kalem.
"Ini kan pertama kalinya Langit sarapan di sini. Makan yang banyak ya Lang! Moga suka sama masakan tante." Ucap Stella menyodorkan piring yang sudah berisi nasi goreng ke pada Langit.
"Eh? Daddy di lewati?" Tanya Andri bingung melihat Momy nya meladeni Langit terlebih dahulu ketimbang Daddy nya.
"Hahaha... sorry momy kesenengan ngeliat calon mantu pagi-pagi."
Seketika Langit dan Ara langsung tersedak berjamaah. Stella langsung Cepat-cepat mengambil minum untuk Langit. Sedangkan Ara di ambilkan oleh Daddynya.
Andri menatap takjub pada orang tuanya. Terlebih lagi pada momynya. Ara saja belum memutuskan untuk bersama Langit, tapi momynya sudah dengan percaya diri menyebut Langit sebagai mantu.
"Mom!" Peringat Galang galak pada istrinya.
Stella tertawa. Sama seperti Ara yang bahagia karna mimpinya, Stella juga sama bahagianya dengan mimpinya semalam. Mimpi, dimana ia melihat Ara, Langit dan gadis kecil yang mirip mereka berdua. Ia yakin itu bukan hanya sekedar mimpi, tapi masa depan Ara dan Langit. Ia perlu menceritakan ini pada Sinta agar mereka bisa bahagia bersama.
"Udah kita berangkat aja!!" Pamit Ara. Tangan kirinya yang bebas menarik Langit untuk salim pada ke dua orang tuanya. Jika mereka berdua lebih lama di meja makan, bisa-bisa mereka akan lebih dari sekedar tersedak.
"Gue?!" Ucap Andri ketika ia di lewati Ara. Sedangkan Langit memilih tos sederhana untuk salamnya pada Andri.
"Tunggu lo jenggotan dulu!" Teriak Ara. Sesekali ia bersusah payah untuk mempercepat langkahnya menuju mobil Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA (tamat)
Ficção Adolescente(Cerita amatir yang jauh dari kata layak) Ara Azia Denata.. Seorang cewek yang memilih untuk tetap tersenyum di tengah sejuta masalahnya. Ara sangat tau rasa tidak di inginkan. Sangat tau rasa ada tapi dianggap tidak ada. Sudah sangat mahir denga...