Senyum

81 8 1
                                    

'Tuhan, kenapa dunia ini sangat kejam? Bukan! Bukan dunia ini. Tapi para makhluk-Mu yang disebut manusia. Mereka kejam terhadap sesamanya. Rela saling menjatuhkan demi sebuah takhta yang semu. Tuhan aku lelah. Kuatkan aku Tuhan. Tinggal sebentar lagi dan kuyakin semua akan berakhir.'

Itulah rangkain kata yang Ara tuliskan dalam buku hariannya. Sudah lama ia tak melakukan itu, menulis isi hatinya. Jika kata tak mampu mengungkapkan, maka tulisan akan menjelaskan. Bagaimana dan apa yang Ara rasakan.

"Ngelamun aja. Kesambet mampus lo." Ucap Radit. Ara yang tidak dalam kondisi sadar tentu saja terkejut. Apalagi dia tak tau kapan Radit sudah ada di sebelahnya.

"Hn" ucap Ara enggan menanggapi Radit kemudian memasukkan buku hariannya dalam tas.

"Ayo nonton. Kita sebagai jomblo dilarang keras untuk galau." Ucap Radit bersemangat.

"Cieee. Para jomblo berkumpul." Ucap Senja dan Very dari belakang mereka.

Sontak Radit dan Ara langsung memutar badan menuju sumber suara. Ara dan Radit berdecak setelah tau yang berbicara adalah Senja dan Very.

"Loh kok cuma berdua. Mana Langit?" Tanya Radit ketika dia tak mendapati Langit bersama Senja dan Very.

"Ngapain nanyain Langit? Kangen lo?" Ucap Very sambil menaikkan satu alisnya.

"Ck. Ngajak ribut dia." Gumam Radit yang masih mampu didengar Ara.

"Berisik kalian." Ucap Ara jengah. Bisakah mereka tidak berdebat untuk kali ini. Ara sungguh sudah jengah mendengarnya.

"Jadi gak nih?" Tanya Ara lagi.

"Jadi dong." Jawab Senja semangat.

Mereka hari ini akan pergi ke bioskop. Katanya pelepas penat sehabis ulangan dan sekalian istirahat sebelum mereka bertanding sore nanti.

Mereka berempat pergi menggunakan mobil Very. Tanpa ada niat ganti baju mereka langsung ke bioskop. Untung saja mereka mengenakan jaket. Jika tidak? Bisa ditangkap satpol pp dikira membolos mereka. Tak berselang lama mobil yang mereka tumpangi sudah sampai disalah satu parkiran mall. Dengan langkah tak bersemangat Ara mengikuti tiga temannya yang sudah keluar mobil duluan.

"Ck. Ngapain sih Langit sama Dera." Ucap Senja tak suka.

Disana, didepan mereka sudah ada Langit dan Dera. Tentu saja Senja yang tak pernah suka dengan Dera sangat kesal. Bagaimana bisa? Seingatnya mereka hanya akan nonton berlima tanpa Dera tentunya. Sesampai dihadapan Langit mereka langsung menuju ke bioskop. Ara tentu saja masih dibelakang, sebenarnya ia sangat malas jika harus nonton film yang tak pernah ada dalam daftar favoritnya.

"Tiketnya udah gue beli. Sesuai kesepakatan kemarin." Ucap Langit ketika sampai di gedung bioskop.

Untung saja film yang akan mereka tonton cepat dimulai, jadi Ara tak perlu basa-basi. Didalam mereka duduk sejajar. Dengan urutan dari sebelah kiri Senja, Very, Radit, Dera, Langit dan yang paling ujung Ara. Sebenarnya Senja duduk tepat disebelah Dera, namun ia meminta untuk bertukar dengan Radit. Untung saja Radit tak masalah untuk bertukar tempat duduk.

Ara dengan tenang melihat ke depan. Menonton tanpa ada niat untuk berkomentar. Sedangkan Senja sudah bercerita banyak pada Very tentang film yang mereka tonton.

Satu jam kemudian mereka keluar. Senja sudah sibuk menghapus air mata begitu juga dengan Dera. Very sibuk menenangkan Senja yang masih saja mengeluarkan air mata. Sedangkan Langit, bukannya menenangkan Dera ia malah sibuk curi pandang pada Ara yang terlihat santai saja.

"Gila lo. Liat noh Ara. Enggak ada tuh setetes air mata. Apaan lo pada malah banjir air mata." Ucap Radit meledek. Ia tak habis pikir apa coba yang mereka tangisi.

ARA (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang