Mendengar seseorang yang masih di sayang terluka, hati itu rasa nya berdarah tapi tak terlihat.
***
"Kak! Sini!" panggil Zalicta dari jauh sambil melambaikan satu tangan nya ke arah Kakak nya.
Zalika pun segera melangkahkan kaki nya ke arah Zalicta memanggilnya dari kejauhan.
"Kak, kakak kenal yah sama ibu-ibu itu tadi?" tanya Zalicta duluan.
"Ibu-ibu yang mana?"
"Itu, yang tadi di lotte kita liat,"
"Oh ibu-ibu itu .. Hm .. i-iya." jawab Zalika dengan terbata-bata.
"Terus kakak kenapa gak sapa ibu itu?"
"Kakak pernah liat aja, gak kenal gimana-gimana."
"Kakak liat nya pas kapan? Kok aku nggak tau?"
"Kakak pernah liat dia waktu umur delapan tahun. Dan sampai sekarang kakak masih ingat muka ibu-ibu itu,"
"Terus kenapa kakak langsung buru-buru tadi abis ngeliat muka ibu-ibu itu? Ada apa emang nya sama ibu itu? Dan satu lagi, Kakak kok—"
"Udah sih dek. Jangan bahas itu terus. Mendingan kamu cepet nih pilih baju nya. Kakak lupa harus beres-beres di rumah. Dan habis ini kita pulang yah." kata Zalika dengan cepat dan tegas.
"Ish. Iya iya. Tapi pilihin dulu nih. Bagusnya ij—" belum sempat Zalicta menyelesaikan kata-kata nya, Zalika sudah duluan mengangkat baju Berwarna Kuning.Yang itu berarti Zalika memilih warna kuning.
Zalicta pun mengangguk dan mengambil baju kaos kuning itu dari Zalika.Dia pun segera membayar nya di Kasir.
°°°
"Kakak sih, coba nya tadi aku beli baj—" ketus Zalicta. Tetapi belum sempat ia menyempurnakan kalimat nya, sudah ada masuk telepon di Handphone Kakak nya.
Zalika pun membentuk kata "Shh." di depan mulut nya.
"Halo? Iya,kenapa? Iya ini saya Anak nya Bu Zytka. Ada apa? Apa!? Bunda kecelakaan?!Oke,oke. Saya kesana sekarang." Zalicta pun menanyakan ada apa dengan bunda nya.
"Ada apa kak? Kenapa sama bunda?" tanya Zalicta yang begitu panik.
"Bunda kecelakaan dek .. Dan .. Dia ada di ruang UGD sekarang. Tadi suster nya ngabarin kalo bunda bisa di pindahkan di ruang rawat inap hari ini atau bisa besok," jawab Zalika dengan tersedu-sedu.
Jika keadaan nya sudah seperti ini, Zalicta juga ikut merasa iba kepada Kakak nya. Pasti saat ini, Kakak nya sedang panik sekali memikirkan Bunda nya yang habis kecelakaan.
"Yaudah kak. Sekarang kita ke rumah sakit aja kak. Emangnya rumah sakit dimana kak?"
"Dekat rumah Om Raimundo dek," jawab Zalika yang masih tersedu sedu.
Zalicta pun menuntun kakak nya untuk menuju ke tempat Parkiran. Sampai akhirnya, dia sampai di tempat parkiran. Zalika yang membuka pintu mobil di depan sebelah kanan,langsung di tahan tangan nya oleh Zalicta.
"Jangan kak. Biar Licta aja yang nyetir." ucap Zalicta yang masih memegang lengan Zalika.
°°°
Keduanya pun masuk ke dalam mobil. Tidak ada percakapan di antara kedua nya. Mungkin karena lagi ada masalah. Zalicta juga tiba-tiba merasa panik. Hati nya menjerit seakan hari ini dia harus benar-benar menyayangi Bunda nya. Tapi entah mengapa. Zalicta selalu tidak memedulikan apa yang di katakan hati nya. Dia seolah tidak memercayai hati nya.
Sesampainya di Rumah Sakit, Zalicta bergegas mencari Parkiran. Setelah mencari tempat parkir, Zalicta duluan turun dan membukakan pintu untuk Kakak nya.
Mereka berdua pun langsung berlari kencang di Dalam rumah sakit itu. Tiba-tiba, ada seorang dokter yang memberhentikan langkah mereka.
"Kalian berdua anak nya Bu Zytka ya?" tanya dokter itu.
"Iya Dok. Dimana Bunda saya dok? Apa dia baik-baik saja?" jawab Zalika yang dilanjutkan dengan pertanyaan.
"Iya. Kondisi bunda kalian sudah agak mendingan. Sekarang dia sudah ada di kamar rawat inap kok. Kalian sudah bisa menemui dia sekarang di lantai atas.Kamar nomor tiga puluh enam ya." jawab Dokter itu dengan tersenyum.
"Makasih yah dok." jawab Zalicta yang langsung mengikuti kakak nya berlari duluan ke lantai atas menggunakan lift. Zalicta pun menemukan Zalika yang lari nya sangat kencang. Zalika pun menekan tombol nomor..
"Eh dek? Tadi dokter nya bilang Lantai berapa?" tanya Zalika.
"Gak tau. Tunggu aku cari dokter yang tadi dulu yah kak,"
Zalicta bergegas kembali lagi ke tempat yang langkahnya di hentikan oleh dokter Wanita tadi. Dia pun tidak menemukan dokter wanita tadi. Sampai akhirnya, dokter itu menyentuh belakang Zalicta.
"Ada apa nak?" tanya dokter itu tadi.
"Itu Dok,di lantai berapa kamar Bunda saya?"
"Di Lantai lima."
"Oke Dok.Makasih yah dok."
Zalicta pun berlari kembali ke depan pintu lift. Beruntung nya, kakak nya masih menunggu nya, tidak meninggalkannya.
"Tekan Lantai lima kak," titah Zalicta dengan nafas yang tidak beraturan.
Zalika pun langsung menekan tombol naik. Mereka pun masuk ke dalam lift. Zalika menekan tombol angka lima. Setelah pintu lift terbuka, Zalicta dan Zalika keluar dan berlari.Zalicta berlari cukup kencang, dan pada akhirnya dia menabrak seseorang.
"Eh,sorry sorry.Sorry banget.Gue nggak sengaja," kata orang itu. Zalicta pun melihat kakak nya sudah lari begitu saja meninggalkan nya duluan.
"Aduh sakit banget. Nggak pa-pa nggak pa-pa. Gue nggak pa-pa kok," jawab Zalicta kepada orang itu. Zalicta masih menunduk, sehingga belum berdiri untuk melihat orang itu.
Orang itu pun mengulurkan tangan nya untuk membantu Zalicta berdiri. Zalicta pun membalas mengulurkan tangannya untuk menggapai tangan orang itu.
"Elo? Kok lo ada di sini sih Zo?" dan ..Orang itu Zorro.
"Gue? Papa gue lagi di rawat di sini, jadi ya .. Gue yang lagi tugas jagain papa hari ini. Kalo lo? Siapa yang sakit?"
"Bunda gue. Dia abis kecelakaan," jawab Zalicta sambil membersihkan celana nya yang kotor akibat jatuh tadi.
"Astagfirullah haldzim. Terus bunda lo gak apa-apa kan?" tanya Zorro dengan kaget.
"Nggak pa-pa."
"Nomor kamar bunda lo nomor berapa?"
"Nomor tiga puluh enam,"
"Yaudah gue anterin." ajak Zorro.
"Eh nggak usah,nggak usah. Gue bisa sendiri kok." jawab Zalicta dengan cepat. Zalicta pun pergi dengan tertunduk. Bukan karena dia malu berdekatan dengan Zorro, tetapi dia malas saja mendengar ocehan-ocehan tidak penting yang di lontarkan Zorro.
Zalicta pun melihat-lihat nomor kamar yang tertera di depan pintu. Dia mencari tidak lama. Karena dia langsung mendapatkan nya.
"Nah, ini kamar bunda," kata Zalicta terlebih dahulu sebelum memasuki kamar itu.
Baru dia membuka pintu, dia melihat bunda nya masih terbaring lemah. Dia pun segera berlari pelan ke arah bunda dan kakak nya. Setelah dia melihat kondisi bunda nya dari kejauhan, dia merasa hati nya tidak lagi harus mempunyai rasa benci terhadap Bunda nya.
Dia melihat bunda nya, sampai akhirnya dia menitikkan air mata nya. Dia pun tak sanggup menangis sendirian. Dia akhirnya memeluk Zalika, karena menurut nya dari dulu, dia tak sanggup menahan tangisannya sendirian, tetapi harus orang lain juga mengerti bagaimana perasaan nya sekarang.
Halo guys!Please Vote and Comment ya!
~CHIKA🍰
KAMU SEDANG MEMBACA
ZALICTA [SELESAI]
Teen Fiction"Kamu adalah bulan yang bersinar untuk melengkapi malam indahku." Cover by Seulwoonbi *** Kisah hidup Zalicta Lenka Zurie sangat susah untuk ditebak oleh Zorro Rocco Zachery. Zorro mulai untuk mencoba mendekati Zalicta dan berusaha untuk membantunya...