Masalah

57 17 3
                                    

Berani menyakiti cewek, sama dengan menyakiti ibumu dan saudara perempuan mu sendiri.

***

Zorro Rocco:
Lic?Masih belajar?

Zalicta beibeh💛:
hm,knp?

Zorro Rocco:
Hehe nggak ada apa-apa sih.Cuman ngechat aja.Nggk boleh?

Zalicta beibeh💛:
boleh Zo,tapi jangan kalo gw lagi bljr gini,nanti di sita hp nya

"Zalicta! Sejak kapan sekolah menyuruh untuk main handphone pada saat guru nya mengajar?" teriak Bu Intan, guru Seni Kebudayaan.

"Maaf bu, tadi soal nya dari Bunda saya. Mohon di lanjutkan pelajaran nya bu." maaf Zalicta kepada Bu Intan. Zalicta memang sopan terhadap guru Seni Kebudayaan nya yang satu ini. Bukan karena dia ingin mencari muka dengan guru nya, tetapi dia hanya ingin menyukai pelajaran Seni Kebudayaan saja.

°°°

Akhirnya, pelajaran seni budaya berakhir, karena ada pemberitahuan yang terdengar dari speaker di ruang guru.

"Assalamualaikum Wr.Wb, di sampaikan kepada seluruh siswa siswi, di pulangkan saat ini juga karena ada rapat guru. Terima kasih, wassalamualaikum Wr.Wb."

Zalicta bergegas mengemas barang-barang sekolah nya. Setelah mengemas barang, Zalicta beranjak malas dari kursi nya.

Tiba-tiba, ada seseorang menarik kerah baju nya dari belakang dan membekap mulut Zalicta untuk tidak berteriak. Zalicta seperti kehilangan oksigen sebentar, lalu tubuh nya di bopong ke sebuah gudang sekolah, dimana tidak ada yang berani ke sana, kecuali para murid kelas XII IPS 1.

Kesadaran Zalicta kembali setelah ia seperti di tampar pelan oleh seorang cowok yang sangat familier bagi nya. Zalicta duduk di kursi, sedangkan tangan nya di ikat.

"Heh, udah sadar rupanya. Masih inget gue?" tampar pelan cowok itu pada Zalicta untuk Zalicta benar-benar sadar dan membuka kedua mata nya. Zalicta yang sudah di lepaskan kain untuk membekap mulutnya tadi, berusaha untuk berteriak.

"Tolong! Siapapun di luar gudang ini! Saya Zalicta!!" teriak Zalicta dengan wajah memerah.

"Udahlah. Sekeras apapun lo teriak, nggak ada yang bakal dengerin suara cempreng lo itu," sela cowok itu sambil menyengir.

"Ada salah apa gue sama lo Vin? Salah apa!?" bentak Zalicta kepada Arvin,si mantan bangsat nya itu.

"Lo emang nggak salah apa-apa, tapi, yang salah itu Bunda lo! Bunda lo, nggak berhasil nolongin ibu gue yang sempat patah tulang kaki nya kemarin akibat kecelakaan. Dan, ibu gue nggak tertolong," balas Arvin dengan bentakan lebih keras di banding Zalicta, seraya mengeluarkan pisau kecil yang dia ambil dari saku celana nya.

"Mau apa lo Arvin? Mau ngebunuh gue?Jangan Vin, jangan. Gue masih bisa—"

"Masih bisa apa? Masih bisa kasih tau Bunda lo kalo Bunda lo harus cepet selamatin ibu gue? Nggak bisa Lic!Seberusaha bagaimanapun lo, lo tetep nggak bisa kembaliin ibu gue!"

"Lo juga harus nya mikir Vin! Seberusaha apapun lo nyakitin gue, nggak bakal bisa ngembaliin ibu lo!" balas Zalicta dengan mata berkaca-kaca.

"Bener-bener lo ya!!" jawab Arvin yang hampir menusuk Zalicta dengan pisau kecil yang berada di tangan nya.

"Arvin!!" teriak Zorro yang sudah masuk ke gudang sekolah dengan wajah yang benar-benar marah.

"Wow bravo! Dimana seorang cewek di tahan di gudang sekolah, lalu datanglah seorang lelaki yang ingin menyelamatkan cewek yang di tahan itu," Arvin bertepuk tangan dengan keras, sehingga tepukan tangan nya menggema di gudang sekolah.

Zorro langsung melepaskan ikatan tali yang mengikat di tangan Zalicta. Zorro melihat tangan Zalicta memerah akibat tangan nya di ikat. Keterlaluan Arvin itu, batin Zorro dengan marah.

Zorro pun segera menarik Zalicta keluar dari gudang tersebut. Tetapi Arvin beralih untuk menarik kerah baju Zorro dengan kasar.

"Sekali lagi lo berulah, gue laporin lo ke kepala sekolah!" bentak Zorro sambil melepas tangan Arvin yang berada di kerah baju nya.

"Lapor aja, kepala sekolah kita om gue, jadi gue bisa ambil alasan apa aja buat nutupin perbuatan gue," jawab Arvin dengan santai.

Zorro telonjak kaget. Dia baru tahu, kalau Arvin keponakan Pak Herman, kepala sekolah SMA Taruna Bangsa.
Tiba-tiba, keluar dari gang kecil dekat gudang sekolah seorang lelaki berbadan tinggi besar. Dia kepala sekolah SMA Taruna Bangsa.

"Arvin, kali ini kamu akan om pindah sekolahkan di SMK Merpati. Tidak ada alasan kamu untuk mengelak lagi dari masalah ini. Om akan bikin surat unduran diri kamu dari SMA Taruna Bangsa, dan akan Om perlihatkan surat unduran diri kamu ke Bapak kamu." ucap Pak Herman dengan nada tenang, tetapi ada rasa kesal terhadap keponakan dari saudara perempuan nya yang baru saja meninggal kemarin.

"Om, Arvin minta tolong banget om. Arvin nggak ada uang lagi buat masuk di SMA atau SMK manapun. Bapak udah bangkrut om semenjak ibu sakit-sakitan dua minggu yang lalu. Arvin mohon banget sama om, Arvin tetap di sekolahkan di sini saja om. Lagian Arvin juga udah mau lulus om,nggak perlu pindah-pindah sekolah lagi." jawab Arvin dengan nada sangat memohon.

Zalicta yang mata nya sedari tadi berkaca-kaca, menitikkan air mata. Ia tidak menyangka, ternyata orang tua Arvin yang dulu nya sangat kaya, berubah menjadi bangkrut.

Zorro yang melihat Zalicta menangis, langsung membawa Zalicta ke ruang OSIS. Karena di ruang OSIS, semua anggota sudah pulang.

"Hei? Lic,kenapa? Kok lo nangis sih?" tanya Zorro seraya memberikan jaket nya kepada Zalicta karena di ruang OSIS di pasang AC yang super-duper dingin. Sama seperti di perpus, AC nya juga super-duper dingin.

"Gue nggak pa-pa. Udah, anter gue pulang aja Zo," jawab Zalicta sambil sesekali sesenggukan.

"Nggak mungkin lo nggak pa-pa. Udah cerita aja, kita duduk dulu." ujar Zorro lagi dan memberikan kursi Zalicta di samping kursi nya.

"Gue tadi mikir, orang tua Arvin dulu kaya banget, dan Arvin bisa dapet segalanya, sedangkan sekarang? Arvin cuma bisa bantu-bantu bapak nya yang sekarang hanya jualan ketoprak di pinggir jalan. Dan gue? Gue bisa badmood hanya gara-gara tiket liburan gue buat pergi ke Prancis ilang, dan gue marah banget waktu itu. Gue berpikir, kenapa bunda nggak beliin tiket lagi pas bunda tau kalo tiket gue sama kakak ilang?" Zalicta berhenti sejenak mengambil napas, lalu melanjutkan perkataan nya.

"Dan gue menarik kesimpulan. Kalo kita harus tetap bersyukur dengan apa yang udah tersedia sekarang. Kalo emang tiket liburan gue ilang, mungkin itu bukan rejeki gue, dan mungkin akan di kasih kesempatan lain kali sama Allah." lanjut Zalicta dengan mengangkat wajah nya. Dengan mengangkat wajah nya, Zorro bisa melihat kesedihan terdalam yang di pendam Zalicta.

Zorro pun bertanya dengan nada penasaran tapi juga lembut, untuk membuat Zalicta tulus pada saat nanti menjawab nya.

"Lic, gue mau nanya. Sebenernya, ada apa sama keluarga lo?" tanya Zorro dengan lembut dan tenang.

Hai hai warga ples enem duaaa.Nggak sabar nih,ada apa dengan kluarga Zalicta.Terus VotMent nya yah!
~CHIKA👭

ZALICTA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang