"kalau-kalau nanti kita tidak berada di satu atap yang sama bagaimana?" tiba-tiba saja itu terlintas dipikiranku.
"berarti belum sampai di kamu jodohnya." singkat sekali.
"lalu, kamu akan rela meninggalkan aku sendiri?" coba-coba untuk kepoin hatinya.
hening sekali.
dan masih tak ada jawaban.
"mungkin aku dan kamu memang sepatutnya menghilang. lalu, saling berjauhan." imbuh-ku.
terdengar helaan napas berat darimu.
"entahlah, hanya saja aku bingung jika itu sungguh terjadi. dan semoga nanti kita kembali bertemu di sudut ruang yang kini hilang." jelasmu dengan penuh keyakinan.
hatiku masih saja tetap tak terima jika kamu benar-benar pergi. namun, yang kamu katakan memang sungguh benar adanya.
lalu, aku sadar betapa berartinya ucapanmu itu, yaitu bahkan jika pun nanti itu bukan kamu lagi, semoga nanti kita bertemu layaknya sebagai dua orang teman lama yang saling merindu untuk sekedar saling bertegur sapa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Langit
PoetryDia yang begitu jauh untuk di gapai. Terlalu dingin untuk dicairkan. Dan dia yang selalu menjadi objek kerinduanku. Kerinduan yang tak terbalaskan. -ketika rinduku memiliki banyak ruang untuk mereka yang telah singgah, entah sempat atau tidak pernah...