Pencemburu

1.3K 13 0
                                        

"sudah ya, aku tutup saja telepon ini." katamu.

aku tertawa dari seberang sini terpingkal-pingkal. lucu sekali, batinku.

"lah, jangan dong. aku kan masih rindu kamu." dengan nada merayu-rayu.

"aku ngantuk. besok kerja." ketusnya begitu saja.

sedikit mengesalkan memang bertengkar dengannya seperti ini.

"yah, tapi kan tadi belum mau tidur. kamu marah sama aku, ya?" tanyaku tanpa pikir panjang.

"pikirkan saja." singkatmu begitu.

hm.

sudahlah, aku angkat tangan. mari kita berdamai saja.

"kamu curang, sungguh tidak adil padaku." kataku cemberut.

"ini adil." lagi-lagi ketus.

"dimana letak adil-nya kalau kamu sendiri marah sedemikian nya hanya karena mantanku."

"sedangkan kamu, huh. sudah seberapa sering bercerita tentang mantan kekasih-mu itu? aku tak pernah marah, bukan? bahkan sangat menyenangkan mendengarmu bercerita tentang masa lalu-mu itu." jelasku mulai tersulut suasana.

"kamu milik-ku. cuma a-k-u."

"dan ya, kamu tak perlu mengingat masa lalu-mu. cukup dengarkan saja aku. aku tak suka mendengarmu memuji dia." tegasnya.

"dasar pencemburu."

"lebih baik demikian ketimbang aku lupa bahwa ada kamu:)."

Tentang LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang