[ Pekanbaru, Kamu, 2019 ]
Kira-kira sekitar 2 tahun 3 bulan yang lalu, semesta mempertemukan dua asing dalam fantasi yang terjebak. Mencoba memberi celah dan ruang agar Kita bisa berbincang dan lebih mengenal.
Aku yang saat itu baru saja putus cinta, dengan segenap hati yakin untuk berhenti mengharapkan yang lain. Mencoba belajar membangun cita yang lebih membuat ku merasa jauh sangat bahagia dibanding saat dicintai olehnya.
Aku yang kemudian diperkenalkan dengan seorang asing dan tak familiar.
Kamu, malam itu kita berempat.
Aku yang sedang asyik bercengkerama dengan salah seorang temanku dan kemudian Kamu tiba-tiba saja tepat berada di depan halaman rumah ku.
Sebelumnya, Aku sempat mendengar beberapa kabar burung dari temanku yang berbincang mengenaimu, dan alih-alih mengobati luka ku, mereka merayu ku untuk membuka hati dan lebih membuka diri terhadapmu.
Sungguh rasanya aku tak percaya diri saat diperkenalkan denganmu. Namun, jauh di hati terdalamku, Aku yang sempat berpikiran untuk tidak mulai menyukai seorang asing tiba-tiba saja mengubah pikiranku. Entah kenapa ada degup-degup tak beraturan yang menyesakkan dadaku. Aku dan Kau, Kita saling berkenalan. Lalu, Kau tersenyum. Dan Aku jatuh hati, dengan sangat.
Hari berganti dan berlalu begitu cepatnya. Perkenalan kita sungguh menyenangkan. Bisa-bisa nya kita akrab dalam waktu yang singkat. Setiap pertemuan selalu menjadi misteri dan rahasia. Selalu saja Aku bersembunyi dalam rasa-rasa yang tak tau bagaimana bisa tercipta begitu cepatnya. Aku tenggelamkan agar tak ada yang melihat. Cukup saja Aku yang jatuh hati diam-diam padamu, dengan harapan kau merasakan cinta itu. Sungguh, rasanya jatuh hati dalam diam seperti ini sangat menyulitkanku. Kita terjebak dalam hubungan persahabatan yang tanpa kusadari Aku sudah terlalu egois menjatuhkan hati pada hubungan persahabatan ini. Rasanya seperti berdosa namun Aku cinta.
Sebagai seorang sahabat, Kau sangat peduli dan perhatian. Alih-alih Kau sekedar menganggapku sebagai sosok adik perempuan atau pun sebatas sahabat itu sudah cukup membuatku bahagia hingga bisa terbang ke angkasa yang kupuja.
Kau dan Aku sama-sama memiliki perasaan sayang dan takut menyakiti satu sama lain. Namun, rasa ku pada mu melebihi persahabatan dan Kamu tetap berada di zona ini tanpa ingin mengubah Kita. Bagiku, ini sudah cukup untuk sekedar berada di sisimu, selalu.
Kita bisa dengan leluasa untuk bertengkar lalu kemudian berbaikan. Ketimbang nanti bila Kita meromantisasi hubungan yang tercipta, tak ada jaminan bila Kita bertengkar Kita akan kembali membina hubungan yang harmonis dan kembali berbaikan. Cinta bisa saja berubah hanya karena sebuah kesalahan kecil. Dan kesalahan lah yang mengantarkan pada perpisahan. Dan ini sudah cukup sebagai wujud balasan cintamu untukku.
Namun, Aku amat teramat bingung dengan perhatian mu padaku. Cara mu memperlakukan ku sangat berbeda. Kau lebih menjaga perasaan ku dengan alibi persahabatan. Jujur saja itu menyiksa dan Aku ingin memberontak.
Aku tahu, dihatimu ada wanita lain.
Naif dan bohong jika Aku berkata baik-baik saja atas semua sikapmu dan mendengar pernyataan itu. Kamu menyakiti perasaan ini dengan sangat, dan tetap saja Aku tak bisa mencoba mengalihkan hati walau sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Langit
PuisiDia yang begitu jauh untuk di gapai. Terlalu dingin untuk dicairkan. Dan dia yang selalu menjadi objek kerinduanku. Kerinduan yang tak terbalaskan. -ketika rinduku memiliki banyak ruang untuk mereka yang telah singgah, entah sempat atau tidak pernah...