WARNING! WARNING! POKOKNYA WARNING GAK TAU LAGI!
Gak ngerti ada apanya intinya pengin bilang warning aja hehe.
3k words nih kalo cape bacanya bisa berhenti dulu nanti dilanjutin lagi :")
* * *
Galen baru saja keluar dari tempat bilas saat melihat pacarnya sedang membuka loker satu per satu sambil menggerutu. Cowok itu mendekat ke arah Renata dan memanggilnya pelan. Renata melongok dan kaget untuk sepersekian detik. "Kok kamu di sini?" tanya Renata.
Galen tersenyum tipis. "Hari ini kelasku penilaian renang. Aku mikirnya Pak Rahmat kan bakalan sibuk ngurusin anak POPDA minggu depan jadi aku minta ikut penilaian hari ini. Tapi bisanya pulang sekolah barusan soalnya latihan tedonya selesai jam 3," ujar Galen.
Renata mengangguk kecil dan melanjutkan kegiatannya membuka loker-loker. Galen bertanya, "Kalo kamu ngapain di sini?"
"Kelasku tadi juga penilaian renang," balas Renata dengan fokusnya tetap pada loker-loker. "Iket rambut aku ketinggalan di sini."
Galen menaruh tasnya di kursi dekat loker lalu ikut membuka loker-loker itu. "Warna apa iket rambutnya?"
"Abu-abu," jawab Renata. Cewek itu menengok karena mendengar loker-loker dibuka dari sebelahnya. "Eh Ga, kamu pulang aja. Aku bisa nyari sendiri kok."
Galen tetap membuka loker dari atas sampai bawah dan meniliti dalam loker satu per satu. Renata akhirnya hanya berdecak lirih karena omongannya tidak ditanggapi Galen. Cewek yang hari ini diikat ekor kuda rambutnya itu melanjutkan kegiatannya membuka loker lainnya.
Gedung olahraga SMA Harapan Nusa memiliki tiga lantai. Lantai pertama merupakan ruangan serba guna yang difungsikan untuk olahraga lapangan, lantai kedua merupakan ruangan luas yang dipadati kaca-kaca, biasanya difungsikan untuk olahraga senam lantai dan ekstrakulikuler tari. Sedangkan di lantai ketiga adalah area kolam renang luas dengan adanya tempat bilas dan loker-loker yang banyak. Tak lama kemudian, Galen menemukan benda yang dicari Renata.
"Ini bukan?" tanya Galen sambil menunjukkan ikat rambut yang dia temukan di loker pojok. Renata menengok dari kegiatannya mengecek loker atas. Dia mengangguk kecil dan mendekat ke arah pacarnya. Galen memberikan ikat rambut itu. "Sepenting itu ya iket rambutnya, sampe dicariin padahal kan bisa beli lagi."
"Ini Papa aku yang beli soalnya, Ga. Papa tuh pulang rumah sebulan sekali karena dia ditempatkan kerja di Semarang. Jadi, bagi aku iket rambut ini berharga banget," jawab Renata sambil tersenyum. Dia menjadikan ikat rambut pemberian Papanya itu sebagai gelang di tangan kirinya.
Senyum itu menular kepada Galen. Hal itu membuat Renata kembali sadar bahwa senyum yang Galen pasang padanya berbeda dengan senyum biasanya. Dia merasa seolah senyum itu hanya formalitas.
Renata mengernyit dan bertanya, "Kamu ada masalah apa sih, Ga? Kamu bisa cerita ke aku, seriusan. Aku bisa jaga rahasia kok." Renata menunjukkan jemarinya membentuk huruf V.
"Semuanya baik-baik aja, Re," balas Galen sambil menyelipkan anak rambut Renata yang tak terbawa ikat ekor kuda cewek itu.
Renata menghela napas lelah. Dia tidak akan menyerah membujuk Galen kali ini. "Galen, please. Aku tuh bukan cuma kepo ke kamu tapi aku bener-bener peduli sama kamu." Gadis itu memegang lengan Galen dan meremasnya pelan.
Galen menatap intens pacarnya. Entah sudah berapa kali Galen merasa bersyukur karena mempunyai Renata. Bukankah dia sangat jahat karena tidak mau menceritakan kisah hidupnya? Padahal orang di depannya ini selalu membuat ceria hari-harinya bahkan bila bisa Galen akui sekalian-dia sangat menyukai Renata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Meow [Completed]
Fiksyen RemajaWARNING! 17+ Mengandung kata-kata kasar dan sedikit bumbu dewasa. Bijaklah membaca. * * * Si cewek mesum dan si cowok yang menghindari hal-hal mesum, seekor kucing membuat mereka merasa terkoneksi satu sama lain. Mereka terlalu berbeda dari seg...