:)
* * *
Sebenarnya Renata ragu jika harus menyapa orang yang dia agak lupa namanya siapa, takut salah sebut nama dan berakhir malu karena sang pemilik nama bisa saja tertawa atau kalau tak malu, Renata akan berakhir merasa bersalah karena sang pemilik nama sakit hati ulah Renata salah sebut nama.
Sekarang sudah 15 menit lewat jam pulang sekolah, Renata sudah nampang duduk di bangku panjang depan kelas Galen. Sudah tiga hari, Galen tak mengabarinya. Renata hanya ingin memastikan bahwa pacarnya ini sudah masuk sekolah hari ini.
Hari Selasa kemarin, dia pulang sekolah ada jadwal les dengan Tasya sehingga Renata baru bisa berkunjung ke kelas Galen hari ini. Hari Rabu.
Cowok yang ingin Renata sapa adalah teman kelas Galen, tapi Renata benar-benar antara ingat dan tidak ingat nama cowok ini jadi dia memutuskan untuk tak jadi memanggil.
"Hai, Re." Suara itu membuat Renata melongok. Cewek berkepang itu menemukan Oval-teman kelasnya dulu saat kelas 11- sudah menenteng tas, tersenyum ke arahnya.
"Hai, Val." Oiya ya, Galen sama Oval kan sekelas sekarang, kenapa gak nyoba chat Oval aja dari kemaren? Dasar pikun!
"Tumben ke sini...," kata Oval memiringkan kepala heran.
Renata cepat membalas. "Gue mau ketemu Galen. Dia masih di kelas?Atau udah pulang ya?"
"Lo sama Galen lagi berantem kah?" tanya Oval. Cowok itu cepat melanjutkan kalimatnya sebelum Renata sempat menyangkal pertanyaannya. "Galen gak masuk sekolah lagi."
"Serius?" tanya Renata.
"Iya," Oval ikut duduk di samping Renata, memperhatikan lalu lalang anak-anak lain. "Dan kalo lo tanya alesan pastinya dia gak masuk karena apa, gue juga gak tau. Gue sama anak-anak OSIS lainnya ke tempat Galen pas Hari Senin tapi gak ada siapa-siapa di rumah waktu itu jadi kita langsung pulang. Gak tau deh temen-temen kelasnya dua tahunan dulu kayak Fikri dll, mungkin lo bisa tanya mereka. Tadi temen kelas gue ada yang udah dapet info dari Fikri, katanya Galen sakit. Tapi gak taulah sakit apa," jelas Oval.
Renata mengernyit mendapat info itu, dia segera berpamitan ke Oval lalu berlalu ke arah parkiran motor untuk segera pulang.
Galen, kamu kenapa gak masuk sekolah? Kamu dimana? Ga, kamu beneran sakit? Kamu waktu itu bilang cuma kecapean kok. Masa nyampe tiga hari gak masuk sekolah sih?!
Renata mengendarai motornya keluar dari sekolah. Dia memikirkan pertemuan terakhirnya dengan Galen waktu itu. Ya, Galen memang tampak aneh di pertemuan terakhir mereka.
Mata cowok itu memerah, tiba-tiba marah-marah padahal jarang sekali Galen menggunakan nada tinggi pada siapapun, tiba-tiba perhatian memberi pesan-pesan sebelum pergi, tiba-tiba bilang sayang dan cinta, tiba-tiba minta maaf, tiba-tiba tertawa. Pokoknya sifat Galen di hari itu, seperti berbagai emosi mengumpul jadi satu di badan Galen lalu ditumpahkan secara bersamaan dan mungkin dapat memberikan kesan yang buruk kalau-kalau saat itu Galen sedang berbicara dengan orang yang baru pertama kali ditemuinya.
Renata mengetuk jemari kirinya di stang. Shit, gue lupa arah rumah Galen lagi. Ini gimana gue bisa mastiin Galen baik-baik aja atau enggak? Chat selalu off, nomornya gak aktif, socmed juga gak aktif, di sekolah juga gak ketemu karena dia gak masuk, plus gue lupa arah rumahnya lagi, anjay.
Sungguh kombinasi kesialan yang sempurna. Renata tak berhenti merutuki dirinya yang pelupa.
* * *
Renata berguling-guling di kasurnya, mengabaikan buku paket sejarah yang minta dibaca. Dia lebih tertarik pada lamunannya. Tak ada bosannya, cewek bercepol itu online WA dan tetap mematut layarnya di personal chat dirinya dan Galen agar saat Galen online nanti, Renata bisa langsung mencecar Galen dengan berbagai pertanyaan yang berkeliaran di kepalanya soal keberadaan cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meow [Completed]
Teen FictionWARNING! 17+ Mengandung kata-kata kasar dan sedikit bumbu dewasa. Bijaklah membaca. * * * Si cewek mesum dan si cowok yang menghindari hal-hal mesum, seekor kucing membuat mereka merasa terkoneksi satu sama lain. Mereka terlalu berbeda dari seg...