-Meow- 41

488 50 300
                                    

Masih warning, TEMAN-TEMAN!

Hampir 3k ini ngetiknya, sial!

Selamat membaca!

*     *     *

Kepalan tangan Galen makin kuat saat melihat minuman cokelat panas juga sisa obat perangsang yang tergeletak sembarangan di meja ruang tengah rumah Renata ini. Cowok itu sesegera mungkin melangkahkan kakinya ke kamar Renata saat mendengar samar-samar suara dari sana.

"Argh," keluh Galen saat mencoba membuka gagang pintu kamar itu namun tak bisa ia lakukan.

Galen mengambil ancang-ancang lalu menendang pintu itu sampai engselnya rusak dan terlihatlah dua manusia di dalamnya. Jo mendelik kaget, tak menduga hal ini bisa terjadi.

Melirik Renata, Ketua OSIS itu bersyukur karena datang tepat waktu. Walaupun atasan Renata sudah hanya mengenakan tanktop, setidaknya semua bagian yang penting dari tubuh Renata masih tertutup kain-kain pakaian miliknya.

Galen meninju tembok di sampingnya saat melihat Renata menggeliat kepanasan di kasur karena efek obat itu. Bibir cewek itu membengkak tanda Jo sudah mencuri sesuatu yang memang milik Galen. Renata..., Batin Galen.

Dia langsung mendorong Jo menjauh dari kasur Renata dan memukul rahang cowok itu sekali. "Temen macam apa lo ha? Melecehkan temen lo sendiri?"

"Aaah." Desahan Renata mengiringi ucapan Galen. Cewek bercepol itu benar-benar tersiksa sekarang. Tangannya kembali mencakar lehernya sendiri karena tak lagi mendapat sentuhan dari Jo.

Galen segera menarik Jo agar keluar dari kamar Renata karena dia tak tahan bila terus mendengar suara pacarnya yang merintih itu. Dia akan menyelesaikan urusannya dengan Jo terlebih dahulu. Namun Jo menampik tangan Galen.

"Gue gak mau keluar dari sini. Nanggung ini, Pak Ketua."

Rasa-rasanya Galen ingin mengumpat mendengar ucapan cowok di depannya ini. Dia mendorong tubuh Jo sampai cowok itu terhantam keras lemari di belakangnya. Jo mengaduh merasakan punggungnya sakit. Juga pukulan Galen di rahang tadi membuat sudut bibirnya berdarah.

Galen menarik kerah kaos Jo. "Ngomong apa lo tadi? Ulangin!"

Suara desahan Renata semakin terdengar mengiringi dialog mereka berdua. Jo tersenyum kecil walaupun sudah diperlakukan seperti itu oleh Galen. "Gini aja, Pak Ketua. Lo bisa liat kan tuh, pacar lo tersiksa banget. Gue pake dia duluan, abis itu gantia-- argh."

Galen baru saja mendaratkan kepalan tangannya pada perut Jo membuat cowok itu mendesis. "Kalo lo berani melecehkan cewek gue lagi, lo bisa dapet pukulan dari gue, lebih dari tadi."

Jo menyeringai miris sambil memegangi bekas pukulan Galen. "Gak papa lo pukul gue berkali-kali asal gue bisa nudurin Re berkali-kali juga nanti."

"Sialan!" Akhirnya umpatan yang sedari tadi ia tahan, keluar juga dari mulutnya. Dia memberi dua pukulan beruntun di pipi dan ujung mata Jo tanpa ampun.

"Jarang-jarang...," Jo mengelap ujung matanya yang berair akibat pukulan Galen. "Jarang-jarang bisa lihat Galen emosi begini. Ternyata asik juga," balas Jo, mengabaikan sakit di semua bagian yang dipukul Galen. Dari wajah, punggung, hingga perutnya tadi.

Galen menghela napas panjang. Situasi yang ia alami sekarang membuatnya kehilangan akal. Dengan Jo yang terus mengomporinya juga Renata yang tak berhenti merintih di kasurnya sampai saat ini.

Galen biasanya bisa tenang, mengendalikan emosi adalah kemampuannya. Galen berkata dengan pandangannya tajam ia lempar pada teman pacarnya ini. "Pergi dari sini sekarang."

Meow [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang