"Hai, Kak Galen."
Galen mengangguk singkat dan tersenyum samar saat ada adik kelas yang menyapa dirinya. Saat ini, dia sedang berjalan menuju ke parkiran. Galen akan bergegas ke tempat pamannya untuk mengambil tas olahraganya.
Hari ini pun tidak ada rapat osis maupun kegiatan ekskul jadi setelah bel berbunyi, dia bergegas mengemasi barang-barangnya dan buru-buru keluar kelas. Galen bahkan hari ini izin tidak ikut latihan taekwondo.
"Galen," suara berat menyapa sambil merangkul bahunya.
Diikuti dua remaja lelaki lainnya ikut berjejer di sebelah Galen. "Hai, sob." sapa Galen.
"Lo dari kemaren sibuk pacaran mulu ya sampe lupa temen." kata Fikri (orang yang merangkul bahu Galen)
"Enggak kok, urusan OSIS makin banyak dan gue harus persiapan buat lomba."
"Gausah dijelasin gitu kali, kita mah udah biasa jarang ngumpul sejak lo jadi Ketua OSIS dan kita ngerti kok," kata Denis.
Galen mengangguk singkat. Kini mereka telah sampai di parkiran. "Ga, mau ikut ke basecampnya Rio gak?" tanya Fikri.
Galen menatap temannya satu persatu dan menggeleng pelan. "Sorry gak bisa. Gue ada urusan ke Bandung." Ngambil sapu tangan berharga gue.
"Ck gak asik lo, Ga." timpal Toni. Toni termasuk cowok yang kalem, dia pun akhirnya ikut tak tahan karena sejak kemarin Galen terus menolak ajakan main teman-temannya ini.
Galen menepuk bahu teman-temannya bergantian. "Ini keperluan mendesak banget, gue gak bisa tunda." nada yang digunakan seperti keputusan final yang membuat teman-temannya tak bisa lagi menawar.
Fikri menghela napas pelan. "Ya udah, ati-ati ya."
Galen mengambil kunci mobil dari sakunya dan berterimakasih pada Fikri, Denis, dan Toni yang mau berkompromi dengannya. "Next time ya. Gue duluan."
* * *
"Assalamu'alaikum." kata Galen diiringi ketukan pintu.
Tak selang lama, pintu terbuka menampilkan sosok perempuan berambut pendek. "Wa'alaikumsalam, Ga." balas April yang merupakan anak bungsu dari om dan tantenya Galen. April satu tahun di atas Galen dengan kata lain April kelas 12 sekarang. Dia langsung mempersilahkan Galen masuk.
"Om Bayu sama Tante Kinan mana?" tanya Galen bersamaan dengan suara pintu depan yang ditutup April.
"Papa dan Mama lagi ke rumah Nenek." jawab April. "Oiya tadi Papa bilang tas olahraga lo ada di kamarnya Aa Bagas."
Galen mengangguk dan langsung ke lantai dua, tempat dimana kamar Bagas berada. Pintu kamar Bagas sedikit terbuka, Galen mengetuknya pelan dan memanggil nama Bagas, namun tak ada sahutan. Akhirnya Galen mendorong perlahan pintu tersebut dan masuk ke kamar sepupunya itu.
Bagas sedang tertidur pulas di kasurnya. Galen tak tega membangunkannya jadi ia berinisiatif mencari tas olahraganya sendiri. Dulu semasa kecil, Galen dan Genta sering bermain bersama di kamar ini. Bandung adalah masa Galen dan Genta menghabiskan masa putih merah mereka.
Namun, saat memasuki masa putih biru Galen ingin pindah kembali ke tempat kelahirannya, Jakarta dikarenakan dia selalu dibayang-bayangi kenangannya bersama kakaknya, Genta. Galen menggelengkan kepalanya pelan saat mengingat betapa seru dia dulu bermain di kamar ini bersama kakaknya juga Bagas. Mengingat hal-hal itu hanya akan membuatnya merasa sedih karena mengingat Genta yang kini sudah tiada.
Bagas seumuran dengan Genta. Galen mendekati meja belajar Bagas dan mematuk dirinya pada mainan miniatur super hero. Digenggamnya erat mainan itu karena miniatur tersebut merupakan pemberian Genta di hari ulang tahun Bagas saat putih merah dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meow [Completed]
Teen FictionWARNING! 17+ Mengandung kata-kata kasar dan sedikit bumbu dewasa. Bijaklah membaca. * * * Si cewek mesum dan si cowok yang menghindari hal-hal mesum, seekor kucing membuat mereka merasa terkoneksi satu sama lain. Mereka terlalu berbeda dari seg...