Gedung aula kota tempat perlombaan taekwondo kali ini ramai dikelilingi anak-anak karena lombanya diadakan hari minggu jadi anak-anak sekolah menjadi supporter bagi temannya yang sedang berjuang walaupun tak semuanya hadir, sih.
Rio sang anak pemilik sekolah sejak tadi sudah berteriak-teriak menggunakan toa untuk mendukung Galen. Diikuti anak SMA Harapan Nusa lainnya.
"HARAPAN!"
"NUSA!"
"HARAPAN!"
"NUSA!"
"HARAPAN!"
"NUSA!"
"HARAP--UHUK UHUK...." Rio terbatuk-batuk dan menurunkan toa sebentar untuk melanjutkan batuknya.
"HUUUUUU!" Itu suara anak-anak SMA Harapan Nusa lain yang dari tadi menyuarakan 'nusa' bersamaan.
Rio melotot disorak anak-anak tanpa menggunakan toa. "Heh dasar! Malah disorakin gue!"
"Dih emang pantes disorakin kok, salah siapa batuk---aish, sakit Re." Gumaman Tasya masih bisa terdengar di telinga Renata membuat cewek itu reflek menyentil bibir bawah teman sebangkunya itu.
"Lo hobi banget sih nyentil bibir?!"
Renata hanya mengangkat bahu. "Ati-ati ngomongnya. Kalo Ayu denger,
ngambek dia nanti ke lo."Tasya menghela napas dan melirik Ayu yang berada di dekatnya. Di tengah Tasya dan Ayu ada Cindy. Yah semoga saja Ayu memang tidak mendengar dan sepertinya memang tidak karena pacarnya Rio itu-Ayu- sedang mengeluarkan botol minum lalu menyerahkannya pada cewek berambut pendek di sebelahnya. "Tolong operin ke Rio dong."
Renata melihat hal itu dalam diam saat teman-temannya saling mengoper dan mengatakan, "Dari Ayu, buat Rio." Dan akhirnya minuman itu sampai pada Bian.
Bian-cowok yang tadi malam menawarkan soda pada rombongan Galen di basecamp- memberikan sebotol air minum dari Ayu tersebut. "Dari Ayu, buat lo."
Dengan emosi yang masih membumbung tinggi karena masih ada beberapa anak yang menyoraki, Rio meminum botol tersebut.
Anak lainnya hanya tertawa-tawa lalu kembali menyorak saat toa yang dipegang Rio direbut Fikri lalu Fikri menggantikan Rio mengucapkan kata 'harapan'.
"HARAPAN!"
"NUSA!"
Di ruangan lain, Galen mengelap peluhnya yang bercucuran. Dia sudah memenangkan dua pertandingan melawan SMA lainnya. Sekitar setengah jam lagi, pertandingan terakhirnya di lomba ini.
Pak Wana mendekat ke kursi Galen dan memberikan wejangan-wejangan untuknya agar Galen menang nanti. Ketua OSIS itu memperhatikannya dengan seksama. Sesekali menyela Pak Wana untuk bertanya di bagian yang ia ingin tahu. "Jangan lupa, konsentrasi."
Galen mengangguk kecil. Dia menyuarakan keraguannya menang. Pak Wana tersenyum kecil.
"Kamu pasti menang, Galen. Saya aja yakin, masa kamu enggak?"
Galen balas tersenyum untuk menanggapinya.
Dua kali pertandingan tadi, gue bisa menang tanpa sapu tangan Kak Genta. Semoga pertandingan terakhir nanti, gue bisa menang lagi. Kak Genta, doain gue ya. Batin Galen.
* * *
Galen merasakan tubuhnya terbang tak menapak tanah secara harfiah karena sekarang tubuhnya sedang diangkat oleh teman-teman sekolahnya yang terus bersorak sambil mengangkat Galen sepanjang jalan.
![](https://img.wattpad.com/cover/112723734-288-k475708.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Meow [Completed]
Teen FictionWARNING! 17+ Mengandung kata-kata kasar dan sedikit bumbu dewasa. Bijaklah membaca. * * * Si cewek mesum dan si cowok yang menghindari hal-hal mesum, seekor kucing membuat mereka merasa terkoneksi satu sama lain. Mereka terlalu berbeda dari seg...