Hope you enjoy this story
* * *
Matahari pagi dengan sombongnya telah menunjukkan seluruh bentuk tubuhnya di muka bumi. Tidak jauh dari tiang bendera merah putih, Renata hormat ke arah bendera sambil menatap jengah pada tiang lurus dengan pandangannya. Bukan benderanya.
Semilir angin mulai terasa, menerbangkan debu dengan anggunnya. Renata sesakali menyipitkan matanya mencegah debu-debu tersebut masuk ke matanya.
Sudah setengah jam ia berdiri dengan hormat seperti ini. Tinggal menunggu beberapa saat lagi sampai masa hukumannya selesai.
Sebenarnya cewek itu bisa saja kabur, karena Bu Asih -guru yang menberikannya hukuman- toh tidak mengawasinya. Tapi ia tidak akan melakukan hal tersebut karena menurutnya sendiri, dirinya pantas mendapat hukuman itu.
Apa mungkin kurang ya hukumannya?
Lambaian angin semakin kencang menggoda rambut Renata yang dicepol. Menjadi berantakan tak berbentuk, ah shit.
Yang Renata sesalkan, cewek itu jadi tidak bisa berhenti dulu dari kegiatan hormat bendera dan mengikat dengan rapi kembali rambutnya.
"Ck,"
Sambil berdecak cewek itu sesekali tetap menyipitkan matanya, mencegah debu masuk. Bisa repot kalo gue kelilipan, tanggung tinggal setengah jam lagi hukumannya.
Renata terkesiap saat pandangan di depannya malah berubah menjadi merah. Cewek itu mencoba menelengkan kepalanya namun sesuatu berwarna merah yang menghalangi pandangganya tersebut mengikuti gerakan matanya, tetap menutupi arah pandangnya.
Akhirnya, cewek itu menunduk dan menyadari adanya sepasang pemilik sepatu lain di sampingnya. Renata mendongak dan menyadari pemilik sepatu abu-abu itu milik Galen.
Galen menarik kepala Renata agar kembali lurus ke tiang bendera.
Oo jadi sesuatu berwarna merah yang nutupin gue itu lengan jas OSIS Galen.
"Ck, iya tau lo bangga bisa pake jas merah OSIS itu. Tapi gak usah ditodong depan mata gue gini dong, gue malah ngira gue lagi red day."
Suara Renata terdengar sarkatik. Dengan tangan kirinya yang menganggur, cewek itu menurunkan lengan Galen.
Cowok di sebelahnya tertawa singkat. Entah kenapa suara tertawa cowok itu terdengar merdu di telinga Renata.
Haduh, sadar dong Re. Dia gay. Batinnya berbicara.
"Red day apaan deh?" Suara Galen menimpali.
"Gue gak terlalu bodoh buat jelasin hal itu ke lo." Renata mendongak menatap bendera tetap menjawab pertanyaan Galen. "Lagian ngapain lo ketawa kalo gak tau arti Red day?"
Galen mengangguk-angguk singkat.
Cowok itu belum pergi membuat Renata ingin teriak di depan Galen sekarang untuk mengusir cowok itu.
Ga pergi deh, kehadiran lo gak baik buat kesehatan jantung dan hati gue.
Renata menghela napas pendek dan menunduk menatap jam di tangannya.
"Lima belas menit lagi," gumamnya lirih tanpa sadar.
Renata kembali melirik ke arah Galen. Cowok itu sedang memandangi bendera dan melamun tanpa Renata tau apa isi pikiran cowok itu.
"Balik ke acara seminar gih sana," suruh Renata. Tangannya pegal banget karena telah hormat selama 45 menit.
Seisi sekolah SMA Harapan Nusa juga tahu kalo hari ini ada seminar dari kakak alumni mereka. Kakak-kakak itu sedang berbagi pengalaman mengenai acara ulang tahun SMA di tahun mereka dan memberi saran dan solusi agar acara ulang tahun masa putih abu-abu mereka lebih baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Meow [Completed]
Teen FictionWARNING! 17+ Mengandung kata-kata kasar dan sedikit bumbu dewasa. Bijaklah membaca. * * * Si cewek mesum dan si cowok yang menghindari hal-hal mesum, seekor kucing membuat mereka merasa terkoneksi satu sama lain. Mereka terlalu berbeda dari seg...