Jumlah words mulai part ini dan part-part ke depan, gak akan sepanjang part-part sebelumnya. Pendek-pendek gitu biar ena konfliknya.
* * *
"Re ada di kamar, Tan?"
"Re lagi mandi. Duduk dulu sini, Fik," kata Arinda sambil menepuk sofa sebelahnya.
Fiko menggeleng. "Fiko cuma mau balikin buku matematika-nya Re, Tan. Fiko langsung ke kamar Re aja ya, abis itu langsung pulang."
"Oh gitu. Oke. Nanti Tante bilangin Re."
Fiko bergegas ke kamar Renata dan menaruh buku milik sahabatnya itu ke meja belajar. Gerakan menaruhnya terhenti saat melihat kertas di meja.
Dia mengernyit membaca kertas itu. Tapi tetiba satu bohlam muncul di kepalanya diikuti dengan senyum miring menghias wajahnya.
* * *
Fiko tau dirinya nekat. Hal ekstrim seperti ini sempat terpikir di kepalanya dulu. Dia ingin merealisasikannya. Bahkan semalaman, Fiko melakukan peregangan tubuh dan pagi butanya jogging untuk mendukung rencananya.
Fiko melirik jam di ponselnya. Masih tergolong pagi, jam 05.30 WIB saat ini. Lalu lalang siswa di parkiran motor masih sedikit. Motor yang terparkir baru beberapa saja. Dia bergegas menuju ke parkiran mobil saat dilihat dari gerbang masuk bahwa pemilik mobil itu yang menjadi rencananya saat ini. Di parkiran mobil baru ada satu mobil milik orang yang diincarnya saat ini, belum ada anak yang biasanya membawa mobil berangkat.
Mengendap-endap sambil menarik napas teratur, baru satu detik pemilik mobil itu berbalik, Fiko langsung menghantamkan bogem sekuat tenaga pada rahang Galen-seseorang yang memang direncanakannya akan ia pukul hari ini.
"Sssh...." Galen mendesis sambil badannya tersandar mobil karena oleng posisi tubuhnya akibat serangan tiba-tiba dari Fiko tadi.
Fiko akan memberikannya pukulan lagi saat reflek Galen sudah terkendali. Galen mencekal tangan itu dan menepisnya menjauh. "Lo gila?" tanya Galen. Dia menjilat sudut bibirnya yang robek dan merasakan anyir darah di sana.
Fiko tersenyum miring. "Lo yang gila," balas Fiko. Dia mulai emosi, ingin memukul Galen lagi. Namun, lagi-lagi Galen dapat menepisnya.
Galen menegakkan tubuhnya dari tumpuan badannya pada mobil. "Lo ada masalah apa mukul gue tiba-tiba?"
"Lo yang ada masalah. Karena lo gila."
Galen menatap Fiko tajam. Dia bingung kenapa mendapat serangan seperti ini, menarik napas berusaha tenang. "Apa ada hubungannya sama Re?"
"Jelas ada. Gue kan udah pernah bilang, kalian itu beda. Kalian gak akan bersama. Dan lo udah bikin dia nangis semingguan kemarin karena lo ngilang tanpa kabar," Fiko mendorong tubuh Galen sampai menabrak mobil lagi. "Jadi, gue mukul lo, itu hal yang wajar." Fiko mendaratkan pukulannya lagi ke arah mata Galen namun cowok itu menghindar sehingga tangan Fiko menghantam badan mobil.
Galen balas mendorong tubuh Fiko sehingga dia bisa menjauh dari mobilnya. Dia berkata, "Lo tau gak? Yang lo lakuin ini terlalu childish. Kalo mau mukul orang, dipikir dulu, apa posisi orang yang lo pukul ini penting atau gak di kehidupannya Re? Jangan asal pukul aja." Rasanya perih di sudut bibirnya akibat bogeman Fiko membuatnya sulit membuka mulut terlalu lebar.
Fiko tertawa sinis. "Gue jelas lebih penting dibandingkan lo di dalam hidup Re. Gue gak rela kalo Re harus lama-lama menjalin hubungan sama cowok gila kayak lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
Meow [Completed]
Ficção AdolescenteWARNING! 17+ Mengandung kata-kata kasar dan sedikit bumbu dewasa. Bijaklah membaca. * * * Si cewek mesum dan si cowok yang menghindari hal-hal mesum, seekor kucing membuat mereka merasa terkoneksi satu sama lain. Mereka terlalu berbeda dari seg...