-Meow- 25

765 72 170
                                    

Galen tentu saja boleh keluar rumah oleh ibunya karena dirinya telah meminta izin. Tak seperti saat mencari sapu tangan waktu itu, dia khawatir pulang malam karena dia sebelumnya belum minta izin pada ibunya.

Ah, mengingat sapu tangan itu membuat Galen kembali dilanda rasa bersalah pada kakaknya. Namun, tetiba dia teringat Renata yang menyemangatinya kemarin di atas papan loncat dan memberinya himbauan untuk tidak bersedih agar Genta di alam sana tak ikut bersedih. Galen tersenyum lebar tak terkendali mengingat Renata.

"Kenapa lo senyum-senyum gitu?" tanya Fikri. Galen dan teman-temannya sudah sampai di basecamp. Tempat itu telah ramai mengingat hari semakin malam dan ditambah lagi besok adalah hari Minggu.

"Gue cuma bales sapaannya Bima aja. Biasanya juga gue senyum kalo ada yang nyapa," dalih Galen yang memang sepenuhnya benar karena saat mengingat Renata tadi Bima juga lewat di depannya.

Rio adalah anak pemilik sekolah SMA Harapan Nusa. Rio anak kelas 11 IPS 3, dia sosok yang welcome pada orang lain. Karena keramahanya, Rio mempunyai banyak teman. Terutama teman dari angkatannya sendiri.

Semester 2 kelas 10 lalu, Rio membuat sebuah basecamp yang lokasinya tak jauh dari rumahnya sendiri. Sebuah tempat kosong bekas cuci motor dan mobil. Dia izin pada ayahnya-Pak Rayhan- untuk membeli tanah kosong itu sebelum tempat itu dijadikan sebuah ladang usaha baru oleh pemiliknya. Rio ikut menyisihkan tabungannya untuk membeli tempat bekas cuci kendaraan itu dibantu oleh ayahnya dan akhirnya jadilah basecamp ini. Basecamp anak SMA Harapan Nusa yang dimiliki oleh anak pemilik sekolahnya sendiri- Rio.

Galen sempat ke basecamp beberapa kali namun setelah kelas 11 dia jarang main ke tempat ini karena sibuk dengan OSIS. Galen, Fikri, dan Denis langsung menuju tempat billiard saat dilihat tempat itu yang kosong untuk bermain.

Rio menyadari keberadaan Galen. Cowok itu mendekat ke arah billiard. "Hei, Ga. Akhirnya lo ke sini lagi."

Galen tersenyum lebar.

"Kalian mau soda gak?" tanya Bian-salah satu teman Rio- ikut mendekat.

Fikri dan Denis mengangguk hampir bersamaan. Lalu keduanya diajak oleh teman Rio itu ke bar tempat minuman. "Ke sana dulu gue, sob," ujar Fikri sambil menepuk punggung Galen.

Tinggalah Galen dan Rio di tempat billiard itu. Toni yang memang dasarnya sedang tidak mood ke basecamp ini, dia sedari tadi sudah ngacir ke sofa kosong di pojok dan memilih menyendiri sibuk dengan ponselnya.

Rio memegang stik billiard yang teronggok dan membidik bola putih di atas meja sambil bertanya, "Ga, LPJ event gue minggu lalu cepet kelarin lah, gak usah revisi-revisi. Kasian gue sama anak-anak ekskul gue."

Galen tertawa kecil dan bersandar pada meja billiard. "Ya mau gimana lagi, kalo mau cepet kelar ya dicek dulu yang bener laporannya nanti gak revisi lagi."

"Emang dasar Pak Ketua!" keluh Rio.

Galen tersenyum kecil. "Oh ya, gue ketinggalan panco gak si?" tanya Galen berbasa-basi.

"Enggak kok, belum mulai. Sebentar lagi sih harusnya," jawab Rio sambil meletakkan kembali stik biliiard ke atas meja. "Tapi belum ada yang mau main. Lagi pada bokek kali."

Galen terkekeh kecil sebagai tanggapan. Adu panco ini sederhana. Kedua penantang saling mematok uang saja. Misal si A dan B bertanding, mereka mematok uang 500 ribu untuk taruhan. Yang menang si A maka si B nanti akan memberikan uangnya pada si A. Tapi ya namanya pertandingan ada saja penonton yang melakukan taruhan, menjagokan si A atau si B.

Fikri kembali ke tempat billiard sedangkan Denis ikut bergabung dengan Toni ke sofa. Fikri membuka tutup kaleng soda dan berkata, "Galen suruh main panco aja tuh, Yo."

Meow [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang