BRAK! Pintu kamar Juan dijeblak terbuka.
"River, apa yang kaulakukan?" Juan memekik saat River tahu-tahu datang dari ambang pintu dan mengarahkan ujung laras M16 pada Euros, yang tergesa bangkit dari sisi ranjang dan terbirit-birit mundur.
Punggung Euros membentur lemari pakaian di sisi dinding. Terkejut menatap anak itu.
"River, turunkan senjatanya." Dia mendengar suaranya sendiri berubah menjadi cicitan kewaspadaan.
Namun, River sama sekali tak mendengarkan ucapannya. Kini dia sekeras dan sedingin es. Wajahnya menghadap Euros yang sekarang merapatkan diri di pintu lemari seperti tikus mungil, sementara matanya melirik Juan dengan tajam. "Juan, menjauh darinya. Aku baru ingat kalau orang ini sudah terinfeksi." Dia berkata dengan datar, tanpa perasaan.
Euros terheran-heran di tempatnya. "Apa ...?"
Dia berpaling kepada Juan yang memasang tampang kebingungan. Saat ada seseorang yang serius membidik kepalamu maka nyawamu ada pada genggaman orang itu. Euros memahami ancaman mengerikan seperti apa yang dia hadapi saat ini.
"River, tenang dulu," kata Euros, dengan spontan mengangkat kedua tangannya. Dia tentu masih menyimpan pistol di kantong belakang celananya, tetapi untuk saat ini, meredakan kegilaan River adalah tindakan yang lebih berorientasi. Orang ini punya kecenderungan meledakkan kepalanya.
"Kau orang yang dibicarakan para tentara itu," kata River menahan marah. Napasnya berupa kepulan panas yang berbahaya. "Kau orang yang membuat keributan di pos tentara karena menjadi saksi kaburnya seorang monster. Mereka bilang kau positif terinfeksi. Bodoh sekali aku baru ingat hal sepenting itu sekarang."
"Tidak, River, kau harus tahu cerita yang sesungguhnya."
"Aku sudah cukup tahu dari jaket penuh darah yang kautinggalkan di ruang tamu."
"River, berhentilah!" Juan membela dengan terpuruk.
"Kubilang menyingkirlah, Juan!" raung River kepada Juan.
Juan ada di dekat Euros, berdiri dengan paras yang tercabik oleh kepanikan dan ketakutan, sementara River berderap maju ke lemari dengan ancaman. Satu langkah. Dua langkah. Ujung M16 terentang membidik kepala Euros.
Juan tak punya pilihan lain. Dia memutuskan melawan perasaan gentar dan putus asa dalam dirinya. Pada detik berikutnya, anak itu melesat maju, mengambil risiko dengan memposisikan diri tepat di tengah-tengah keduanya.
Dahinya kini sejajar dengan mulut senapan River.
"Ha ... Apa yang kaulakukan?" kata River, terkejut melihat tindakan Juan.
"Aku akan minggir dari sini kalau kau mau mendengar penjelasanku," kata Juan. Jantungnya berdegup kencang di balik rongganya. "Demi Tuhan, River. Hadapilah semuanya dengan kepala dingin. Kau pasti tidak mau menyesal karena sudah meledakkan kepala temanmu sendiri."
"Dia bukan temanku."
"Paling tidak kau masih waras untuk berpikir dua kali sebelum bertindak. Dia masih Euros Evander, dengan wujud dan akal manusianya. Kalau kau menembaknya artinya kau membunuh manusia, bukannya monster."
River menelan ludah, menahan perutnya yang bergolak. Jemarinya di pelatuk menguat.
"Lagi pula, darah di jaket itu bukan miliknya." Juan memulai dengan tegas.
"Tak ada pendosa yang mau ngaku," kata River, yang mencuri pandang menatap Euros dari balik punggung Juan. "Orang ini pasti sudah berbohong kepadamu supaya dia diizinkan tinggal di rumah kita, lalu beberapa hari kemudian virus di otaknya akan membuatnya berkhianat dan dia akan memangsa kita seperti Bibi yang terbunuh itu."
![](https://img.wattpad.com/cover/189972132-288-k684858.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐄𝐅𝐓𝐎𝐕𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟏)
Science Fiction🏅 PEMENANG WATTYS 2021 KATEGORI SCIENCE FICTION ⭐ TERSEDIA LENGKAP BAIK DI WATTPAD MAUPUN DI KARYAKARSA ⭐ Ini adalah kiamat yang terjadi secara bertahap. Wabah mengerikan yang mengubah korbannya menjadi monster setengah serigala kini telah menyera...