RIVER membuka mata.
Cahaya di sekelilingnya redup. Pancaran senja yang datangnya dari ventilasi pada lubang atas dinding. Dia berbaring telentang, di atas ranjang yang sekeras papan. River tak sendirian. Terdengar suara orang-orang berbisik pendek dan cepat. Ada seseorang yang memegang lengannya di tengah kegelapan itu, cengkeraman yang kuat dan agak gemetar. River mencoba untuk melihat, tapi gerakan itu mengirimkan gelombang rasa pedih di bagian bahunya.
Dia berjengit, melenguh pelan. Suara-suara di sekitarnya mulai terdengar jelas.
"Dia sudah sadar!" Genggaman di tangannya melonggar. Di dekatnya, Gareth menatapnya dengan sorot yang panik dan cemas. River harus menyipitkan mata untuk melihat orang ini. Kenapa Gareth tampak cemas?
"Kita tidak bisa melakukannya, Isaac," kata Gareth lagi.
Suara derap langkah terburu mengisi pendengarannya. River merasakan udara di sekitarnya bergejolak, suara berat dan hentakan sepatu mengetuk gendang telinganya, bergaung di dalam tengkorak kepalanya. Dia berjuang melihat ke depan, tetapi kembali buram. Hanya terdengar suara panik dan menggelegar, berada sangat dekat dengannya.
"Ini belum terlambat, Gareth!" Suara Isaac.
Mengapa dia terdengar marah dan panik?
"Kita harus bertanya dulu pada anak ini." Suara Gareth yang menyela, ragu dan kaku.
"Itu urusan nanti. Sekarang kita mengembalikan dia dulu."
River hampir tak punya waktu untuk memproses apa yang mereka katakan. Semuanya berlangsung cepat dan terburu-buru. Kedua lengan dan kakinya dipegangi erat, kemudian, Tepat saat itu, sengatan tajam menusuk bahunya. River merasakan gelombang rasa sakit itu menggulung kesadarannya lagi.
-oOo-
Dia terbangun untuk kesekian kalinya.
Gareth sudah menunggunya sedari tadi. Sudah berapa jam? River tidak tahu, dia tak mengenal batas waktu semenjak dunia di sekelilingnya meledak menjadi kegelapan yang senyap. Saat tangan River bergerak di genggamannya, Gareth yang mulanya terkantuk-kantuk langsung mendongak.
"River, kau sudah sadar?"
Rasanya jauh lebih nyaman. River bisa merasakan udara sejuk menerpa kulitnya, memberinya sekejap rasa menenangkan. Luka di bahunya masih berdenyut-denyut, tetapi rasa sakitnya lebih bisa dikendalikan daripada beberapa saat lalu. Sebenarnya, sudah berapa lama dia berbaring seperti ini?
"River, kau dengar aku?"
Kali ini dia bisa melihat dengan lebih fokus; River berada di bangsal pengobatan yang sama seperti saat dia mengalami kecelakaan dulu. Di dekatnya, ada Gareth yang bersimpuh, memegang tangannya. Apa yang anak ini lakukan? Bukankah Gareth membencinya? Bukankah Gareth hendak membunuhnya? Kesadaran itu membangunkan ketakutan dalam diri River. Dia mengerti apa yang terjadi pada dirinya; serangan itu.
Kepanikan mengancamnya, hendak menyeretnya ke dalam jurang yang kosong dan dalam. Dia menarik lepas tangannya dari genggaman Gareth, membuka mulutnya, mengeluarkan kata-kata untuk mengusir orang ini pergi dari hadapannya; "Pergi! Keparat kau! Pergi dari sini..."
Dia amat kesakitan, dan seluruh tubuhnya perih serta kaku. River tak sanggup melawan ketika Gareth menahan pergelangan tangannya agar tidak memberontak, yang pada saat itu membuka kembali denyar pedih lukanya. Membuatnya menjerit.
"River, tenang, kau aman sekarang!" pekik Gareth. Wajahnya hanya beberapa sentimeter di atasnya.
River bernapas dengan susah payah. Cengkeraman di tangannya membuatnya terkunci. Dan, kini, dia kehabisan napas. Gareth berkata, dengan nada pasrah yang penuh permohonan, memintanya untuk berhenti panik. "River, jangan membuat kami melakukan yang lebih buruk dari ini, tolong...."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐄𝐅𝐓𝐎𝐕𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟏)
Science Fiction[Pemenang Wattys 2021 Kategori Science Fiction] Ini adalah kiamat yang terjadi secara bertahap. Wabah mengerikan yang mengubah korbannya menjadi monster setengah serigala kini telah menyerang North Carolina. Karena suatu peristiwa, River dan Juan...