PERKATAAN William memberikan efek yang tak terduga pada River. Anak itu merasakan angin merambat pada bulu-bulu halus di tengkuknya, memberikan sensasi kengerian yang tak asing, yang membuatnya berpikir pada satu keadaan rasional; apakah perkataan William layak dipercaya?
"Paman jangan ngawur," sembur River, kemudian dia memaksakan diri untuk tertawa. Mulutnya kering, dia mungkin butuh minum. "Jangankan menyebut tempat ini sarang monster," katanya bersikeras. "Gareth memberitahuku, semua orang bergantian untuk mengawasi penginapan. Mereka bahkan akan menembak mati setiap monster yang berkeliaran di dekat sini."
"Kalau begitu, sejak awal seharusnya aku tidak memilih tempat ini, River," William menanggapi lirih. Dia mendongak sehingga River bisa melihat ekspresinya lebih jelas. Pria ini tak tampak sedang mengada-ada, tetapi bagaimana kata-katanya dapat dipercaya?
"Cobalah pikirkan ini," kata William, kini berani mendekat, "Kalau aku tahu mereka membunuh semua monster, semestinya sejak awal aku tak membawa Clara ke sini. Inilah alasannya." William memandang River dengan tegang. Telunjuknya teracung seperti hendak menghunjam dadanya. "Mereka punya obat untuk Clara, Nak. Yang artinya, mereka mempunyai tempat untuk menampung para pasien yang terkontaminasi."
River bertukar pandang dengan tajam. Walau tampak diam, tetapi dia tahu ada kegelisahan baru yang tumbuh di dadanya. Tentu saja asumsi William masuk akal, bagaimana dia tak menyadari hal itu hingga kini? Hal yang paling membuatnya risau adalah ... kenyataan bahwa Gareth mengatakan sesuatu yang bertolak belakang dari kesaksian William. Tangannya yang menggenggam birai tangga kini menguat hingga jari-jarinya memutih. Apakah selama ini Gareth memang sedang membohonginya? Tapi ... untuk apa?
"Di mana itu?" tanya River, tak bisa menyembunyikan nada panik dalam suaranya. "Di mana tempat mereka mengobati para pasien? Apakah di bangsal perawatan?"
William menggeleng dengan ragu. "Aku tidak tahu, Nak. Tempat ini sangat luas, bukan? Ada menara-menara di sayap kiri dan kanan. Kalau kau naik sampai ke atas, kau bisa melihat dari lorong yang terbuka, betapa tempat ini berdiri nyaris menyerupai kastil di tengah hutan."
Kastil? River tak pernah berpikir sampai sejauh itu. Selama satu minggu tinggal di tempat ini dia tak pernah kepikiran untuk keluar dari penginapan dan memeriksa segalanya. Dia tak terlalu memedulikan di mana dia tidur―kenyataan bahwa dia telah diselamatkan entah bagaimana membuat separuh jiwa penasarannya tersapu pergi. Dia hanya memikirkan keluarganya dan menghitung waktu mundur agar dapat keluar. Sekarang, perkataan William membuka pikirannya kembali.
River melorot dalam ketegangan.
"Aku tidak tahu apa pun tentang tempat ini...."
"Tadi kau bilang kau sendiri yang pergi ke sini," kata William mengerutkan alis. "Seharusnya kau tahu."
"Tidak, aku berbohong," kata River, menunduk menghindari tatapan William. "Aku kecelakaan di tengah perjalanan. Claude menyelamatkanku. Saat terbangun, aku sudah ada di bangsal perawatan."
"Dan, Paman harus tahu―aku baru ingat...." River menggantung kalimatnya di akhir. Raut wajahnya berubah.
William memperhatikannya lekat-lekat.
"Di bangsal perawatan tidak ada orang yang terluka selain aku, padahal Claude jelas berkata padaku bahwa di tempat ini ada orang-orang yang bernasib sama. Tetapi ... aku tidak tahu yang dimaksud Claude seperti apa. Sepanjang aku berada di sini, aku tak pernah melihat orang lain yang terluka sepertiku."
Ada keheningan sejenak di antara mereka. William menghela napas, dan asap keperakan mengepul tipis, membubung di antara kesuraman ruangan yang dingin. River mendengar kata-kata si pria yang lirih dan penuh kekecewaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐄𝐅𝐓𝐎𝐕𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟏)
Science Fiction[Pemenang Wattys 2021 Kategori Science Fiction] Ini adalah kiamat yang terjadi secara bertahap. Wabah mengerikan yang mengubah korbannya menjadi monster setengah serigala kini telah menyerang North Carolina. Karena suatu peristiwa, River dan Juan...