Chapter 43: The Deserter

1K 265 92
                                    

JUAN melihat segalanya dalam nano detik yang seolah bergulir lambat, lalu keterkejutan itu tiba-tiba memuncak bagai duri yang menyengat jantungnya. River roboh di depan matanya.

Juan berbalik untuk melihat dari mana sumber tembakan. Di tengah kegelapan lorong, seseorang berdiri seraya mengacungkan pistol dengan kedua tangan. Juan tak tahu siapa perempuan itu, tetapi dia yakin kedua tangan kurusnya yang tergenggam erat di pelatuk pistol bergetar seperti terguncang. Mirip dirinya dulu selepas menembak ibunya. Namun satu hal yang Juan tahu, perempuan itu pasti gemetaran karena amarah, bukannya trauma.

"Dr. Janeth." Nathaniel berkata, berdiri di ladang yang terbuka dengan sikap waspada mengokang senjata.

Perempuan itu rupanya tidak sendiri. Di belakangnya, selusin prajurit yang membawa senapan semi otomatis berderap menghampiri seraya mengokang senjata serentak. Siap memuntahkan peluru untuk melubangi tiga kepala penyusup dan dua tahanan yang hendak kabur. Euros berjengit, mundur perlahan. Sementara Juan menyadari kemarahan dan kesedihan atas robohnya River merambat bagai sulur tajam yang membungkus dirinya. Abangnya tewas. Peluru itu menembus dadanya.

"Berengsek kalian," desis perempuan itu dalam nada kejengkelan. "Aku sudah memastikannya barusan. Letnan Zurich tidak memerintahkan anak buahnya untuk meminta laporan kami. Dia memberiku kuasa penuh untuk melakukan apa yang menurutku benar."

"Memang apa yang menurutmu benar?" Claude yang sudah berdiri di ambang lahan yang terbuka memasang tampang tak terima. "Berhentilah memperlakukan orang-orang seperti binatang. Dan kami mungkin akan mempertimbangkan gagasanmu yang kauanggap benar."

"Apakah kalian pikir kalian masih manusia?" Dr. Janeth menyentak lengannya lebih ke atas. Moncong senjata yang bundar dan lebar disapukan pada kelima pria itu. "Dua orang tahanan. Tiga orang penyusup. Kini aku bisa mengerti skenarionya.

Kalian pasti dari kaum yang sama." Dia mengakhirinya dengan seringai tak menyenangkan.

Euros dan Juan berjengit sambil mundur. Kaum yang sama? Apa maksudnya?

Sementara itu, Nathaniel membeku di tempatnya, namun keringat karena keresahan menyelimuti tubuhnya. Waktunya telah tiba. Dua belas serdadu di hadapannya kini tahu bahwa dia adalah pembelot, dan tak ada jalan keluar lagi. Dia tak bisa bertahan. Sekalipun dia tinggal, dia akan dijatuhi hukuman. Mengapa mereka semua belum melepaskan tembakan? Jawabannya sudah jelas ada pada dua warga sipil ini. Nathaniel menggeser pandangannya pada Juan dan Euros yang berdiri bagai memblokir jalur tembakan para prajurit.

Mereka tak akan menembak orang-orang yang sehat, apalagi penduduk tak bersalah.

Tak ada gunanya berusaha mencoba melakukan apa pun. Semuanya terkendali dan sistematis. Satu saja gerakan pelan dan Nathaniel akan tamat. Untunglah para tahanan dan dua penyusup yang tersisa ini juga bisa membaca situasi. Mereka tak membalas serangan, jelas menyatakan arti betapa tenang dan waspadanya mereka dalam menghadapi prajurit bersenjata.

"Kalian berdua," kata Dr. Janeth, sementara dia menatap pada Juan dan Euros. "Majulah kemari. Jangan dekat-dekat dengan mereka!"

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Euros bertanya. "Apa maksud Anda dengan jangan dekat-dekat?"

Dr. Janeth memandanginya lebih lama, dan tatapannya terpetik seolah dia menyadari sesuatu. Dia membalas seperti pura-pura kaget. "Kau bahkan tak tahu siapa kelompok yang sedang kau ikuti?"

Juan melirik Euros, menangkap raut kebingungan pada orang itu. Bahkan setelah River membocorkan jati dirinya yang asli, dia sendiri masih kurang percaya sampai detik ini. Tapi, semua tanggapan yang dilayangkan Dr. Janeth memperkuat kesaksiannya. Dan, kini tak ada yang tersisa dalam diri Juan kecuali keputusasaan dan rasa berat hati.

𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐄𝐅𝐓𝐎𝐕𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟏)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang