RIVER melihat senapan itu pertama kali saat dia berusia enam belas tahun.
Ayahnya―Hans―terkejut ketika River tahu-tahu membuka pintu kamarnya tanpa permisi. Dengan tampang panik seperti biasa, tahu bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk mengomentari dari mana senjata itu berasal, River tampak kebingungan.
"Maaf, aku seharusnya ketuk pintu dulu," katanya dengan nada menyesal.
Hans sebenarnya tidak tahu harus menanggapi bagaimana, tetapi kebiasaan yang selalu melekat dalam dirinya untuk selalu bersikap tenang membuatnya mencari cara untuk menjelaskan.
"River, kau jangan berpikiran buruk dulu," kata Hans, dengan gerakan sigap membungkus senapan dengan kain hitam. "Aku tidak menyimpan senjata ini secara ilegal. Kudapatkan surat izin memilikinya dari serangkaian laporan dan pengawasan yang dibuat khusus oleh kepolisian. Ini senjata untuk melindungi diri, bukan untuk kejahatan."
Di luar dugaan, River tercengang. Sebagian karena tak menyangka mendapat jawaban seperti itu, sebagian lagi karena dia tak kena marah.
"Aku tidak berpikiran buruk," kata River. "Aku hanya terkejut karena melihat benda yang sebelumnya tidak pernah kutahu ada di rumah ini. Tapi itu wajar, menurutku. Setiap orang punya rahasia."
"Aku tidak bermaksud merahasiakannya darimu."
Saat melihat River yang masih menatapnya dari ambang pintu, ayahnya berseru pelan.
"Kemari, Nak, biar kuperlihatkan kau sesuatu."
Hari itu, River memasuki kamar ayahnya dan melihat bagaimana senapan itu dioperasikan. Dia mendengarkan dengan baik dan mempelajarinya, mengingat bagaimana cara memegang senjata, membidik, serta mengisi peluru. Hans bertanya pendapat River mengenai senapan itu, lalu River dengan mata berbinar-binar lantang berkata, "Ayah, benda ini benar-benar hebat. Aku pasti kelihatan keren kalau bisa memakainya!"
River mengatakan hal itu tanpa mengetahui apa yang akan dihadapinya di masa depan.
Dan, ketika waktu membawa mereka pada ancaman wabah serta serangan para monster serigala yang mengerikan, River semakin mengerti predikat senjata itu menempati posisi teratas dari daftar benda-benda yang akan sering dia gunakan.
-oOo-
"Ini pertama kalinya aku memegang M16 yang asli," kata Juan pada suatu pagi, ketika dia baru saja menerima pelatihan singkat dari ayahnya tentang pengoperasian senapan itu. Disentuhnya sepanjang laras senjata yang mengkilat dengan sedikit tekanan. Juan merasa kecemasan entah bagaimana mulai menguasai hati dan pikirannya saat dia memikirkan betapa berbahayanya benda ini ketika dipakai untuk membunuh. Ironisnya, dengan tujuan itulah dia diajarkan.
Hans mengamati perubahan ekspresi Juan. Dia lantas menatap kepada keduanya―Juan dan River, kemudian berkata dengan mantap, "Dengar, senapan ini akan jadi sahabat kita mulai sekarang. Jangan ragu untuk menggunakannya. Kalau ada yang berusaha merebut, tembak saja. Kalau keselamatan kalian terancam, bunuh saja."
Kedua putranya kemudian menatap satu sama lain. River melihat sorot kewaspadaan dalam mata cokelat Juan. Jenis tatapan yang sama seperti yang dimiliki binatang buruan ketika bertemu predator. Namun, dalam matanya pula River melihat segenap perjuangan.
"Berjanjilah untuk saling melindungi." Hans menambahkan, yang dibalas anggukan dari kedua putranya.
Bersama River, senjata itu menjadi yang terakhir masuk mobil. Hans menyalakan mesin, kemudian mobil melaju meninggalkan pemukiman mereka.
Saat ini masih pukul tujuh lebih sepuluh. Juan menatap melalui jendela bagaimana tempat tinggalnya yang dulu ramai dengan lalu lalang anak sekolah dan pekerja kantor, kini terasa sepi dan mengkhawatirkan. Musim dingin terasa membosankan tanpa anak kecil yang bermain di pekarangan. Juan tahu orang-orang itu kini sedang bersembunyi di dalam rumah. Mereka akan menunggu sampai keadaan benar-benar aman, yang sayangnya tak pernah ada yang tahu kapan saat itu tiba.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐄𝐅𝐓𝐎𝐕𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟏)
Science Fiction🏅 PEMENANG WATTYS 2021 KATEGORI SCIENCE FICTION ⭐ TERSEDIA LENGKAP BAIK DI WATTPAD MAUPUN DI KARYAKARSA ⭐ Ini adalah kiamat yang terjadi secara bertahap. Wabah mengerikan yang mengubah korbannya menjadi monster setengah serigala kini telah menyera...