MALAM itu River bermimpi bergelantungan di dahan pohon yang melengkung, di tepi tebing yang curam. Di bawahnya, ada lautan darah yang menggelegak dan ombaknya yang berwarna merah pekat menyipratinya. Sekujur tubuhnya bermandikan darah, dari kaki hingga rambutnya. Dia mendongak ketika mendengar suara Juan memanggilnya.
"River, kenapa kau di sana?"
River melihat wajah Juan yang berseri kepucatan, menatapnya sendu dari atas tebing. Rambutnya bersinar karena cahaya matahari terpapar di sana. Ada air mata membekas di pipi anak itu. "Juan," kata River, tersentak kehabisan napas. "To, tolong aku. Angkat aku, Juan."
"Aku tidak bisa." Juan menjawab sambil menggelengkan kepala. "Nanti kau marah padaku, karena aku tidak bisa menolong Ibu."
"Juan, tolong—"
Kata-kata River terpotong tepat ketika gengamannya pada dahan licin.
Dia terbangun tepat sebelum tubuhnya tercebur ke dalam lautan darah di bawah sana.
Dengan tubuh gemetaran dan berkeringat, River mendudukkan dirinya di kasur. Sinar matahari yang lemah masuk melewati celah jendela yang tidak tertutup kayu. Kamar pagi ini terlihat lebih suram dan lebih lembab. Gareth masih tidur dan bergumam tak jelas di sampingnya, lalu Isaac sedang berganti pakaian dalam diam, sambil menghadap ke cermin di lemari. Anak itu menoleh ketika melihat River dari bayangan cermin.
"Mimpu buruk?" tanyanya.
River mengusap wajah dan membenahi rambutnya yang berantakan di belakang. Wajah Juan yang menangis, lautan darah. Mimpi buruk tak pernah berhenti mengganggunya. "Ya, semacam itu." Dia menjawab pendek, lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan berganti pakaian.
Saat kembali dari kamar mandi, Gareth sudah bangun dan sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membaca komik. Isaac memakai setelan jumpsuit putih—satu dari sekian jenis pakaian yang selalu dipakainya selain kaus oblong. Ketika River mencari-cari, dia baru sadar sejak tadi pagi tidak melihat Claude.
"Ke mana Claude?" tanyanya sambil mengelap wajah yang basah dengan handuk.
Isaac menyambar pemotong kuku di dalam laci. "Oh, mungkin dia berburu atau mengecek penginapan."
"Untuk apa mengecek penginapan?"
"Kau tak bakal mau kecolongan kalau ada monster menyelinap masuk," jawab Isaac, menunduk dalam-dalam sambil memperhatikan tiap-tiap kukunya yang dipotong. "Bangunan ini sangat besar. Dan sangat kurang personil untuk mengawasi semua sisi. Karena kamera pengawas tidak ada yang berfungsi, banyak di antara kami yang berkeliling setiap waktu."
"Kalau bertemu monster, kalian akan membunuhnya?" River menggantungkan handuk di balik pintu. Berbalik dan bertanya lagi. "Sebab itukah kalian membawa senjata ke mana pun?"
Isaac berhenti memotong kuku sejenak. Mendongak menatap River yang berdiri di sisi kasur. "Itu sudah hal yang lumrah. Semua orang di sini membawa senjata untuk melindungi diri."
"Aku sudah bilang, kan, senjata itu sangat penting," Gareth menyahut tapi matanya terpaku pada halaman di buku komik. "Gimnasium yang dipenuhi senjata itu bukanlah dibangun tanpa alasan. Setiap orang yang berada di dalam gedung ini dipenuhi ketakutan untuk melawan makhluk buas, jadi mereka dipersenjatai untuk melindungi diri. Termasuk juga kau, River. Kau tidak bisa terus menerus mengandalkan tempat ini untuk sembunyi. Mereka ada di mana-mana."
Mereka ada di mana-mana. Kalimat itu bergaung di telinga River. Dia mengangguk samar. Kepalanya menengadah dan rasanya hari itu dia bisa melihat segalanya dengan jelas. Semua orang di tempat ini selalu membawa senjata. Gareth selalu membawa pistol dan pisau lipat sepanjang lima belas senti di sakunya, dan Isaac menyelipkan revolver di dalam saku jumpsuit-nya. Claude melakukan hal yang lebih parah; menganggap senapan laras panjang sebagai istrinya. Pria itu selalu tidur bersama senapan dan rajin mengelap larasnya hingga kau bisa berkaca di sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/189972132-288-k684858.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐄𝐅𝐓𝐎𝐕𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟏)
Science Fiction🏅 PEMENANG WATTYS 2021 KATEGORI SCIENCE FICTION ⭐ TERSEDIA LENGKAP BAIK DI WATTPAD MAUPUN DI KARYAKARSA ⭐ Ini adalah kiamat yang terjadi secara bertahap. Wabah mengerikan yang mengubah korbannya menjadi monster setengah serigala kini telah menyera...