Chapter 42: A Shot

984 258 61
                                    

RIVER hampir melompat terkejut ketika melihat sosok Nathaniel menjulang di hadapannya. Dia selalu ingat wajah orang ini―pria pertama yang membocorkan protokol kematian padanya, dan bila Nathaniel mengingat dirinya juga, maka riwayatnya bakalan tamat seperti kecoak yang digilas sepatu.

"River!" Juan berseru di tengah-tengah kerumunan. Anak itu mengejarnya, tetapi River malah jelalatan panik berusaha mengalihkan pandangan dari wajah Nathaniel. Dia mendengar pergerakan orang-orang di sekelilingnya, udara di dekatnya bergejolak, dan tahu-tahu Juan sudah berada tepat satu meter di belakangnya. "River, aku tidak bisa membiarkanmu pergi!" serunya marah, dan sebelum Juan menggapai lengan River, dia ikut terkejut ketika melihat Nathaniel.

Nathaniel menunduk memandang River dengan tatapan tajam dan menilai. River hendak menyingkir, namun rupanya Nathaniel bereaksi lebih cepat. "Tunggu sebentar," katanya, sementara dia menahan River agar tidak terseret di dekat Juan. "Aku mengenalmu. Kau orang yang pernah berbuat ulah di dalam bus dulu, kan?"

River tak mampu memusatkan perhatian lebih dari satu detik ketika memandang mata Nathaniel. Gelombang panas merebak di dasar perutnya, dan rasanya seluruh organ tubuhnya meleleh karena diliputi resah dan tegang. Dia tak boleh menjawab apa pun, tapi bungkam malah membuat kebenaran terpetik. Kini, jam di dalam kepalanya berdetik menanti kekacauan yang lebih besar.

"Anda mengenalnya?" Juan bertanya pada Nathaniel. Nada suaranya terdengar defensif dan bingung.

Nathaniel tak sadar telah menganggukkan kepala, dan ekspresinya menunjukkan gelagat menggali ingatan lebih banyak dalam kepalanya. Dia merasakan firasat ini sejak bertemu kelompok Juan. Segala ceritanya, bila kini dia tak keliru menyusunnya, rupanya berkaitan. Apakah River adalah saudara Juan? Lantas, saat dia kabur dari bus, ke manakah anak ini pergi dan bagaimana dia bisa sampai kemari? Keganjilan lain muncul ketika Nathaniel mencium bau yang aneh dari tubuh River, campuran antara keringat, kayu di hutan, dan kelembapan tanah. Itu bukan bau badan yang dimiliki orang-orang yang telah tinggal lama di sini.

Apakah River adalah bagian kelompok yang diprediksi Claude akan datang menolongnya?

Dan, belum sempat Juan melayangkan pertanyaan lagi, Nathaniel tahu-tahu menyambar kerah River. Dia mendekatkan cuping hidungnya ke anak itu, lalu memandang kegelapan di matanya yang bergerak resah dan tegang. Terlalu ganjil. Terlalu kebetulan.

"Kau penyusup," kata Nathaniel pada River, pelan dan berbisik.

Kedutan di mata River menunjukkan jawabannya. Tebakannya tepat.

"Claude aman bersamaku." Nathaniel buru-buru menambahkan. Dia tahu dia tak punya banyak waktu. Sementara River, untuk beberapa detik yang menegangkan, mengangkat wajah tidak percaya. Belitan di lengannya tak lepas, tapi dia menangkap rona lain pada ekspresi River. Keengganan dan keraguan.

"Kenapa bisa tahu?" Ketenangan dalam suara River memberikan kelegaan lain dalam benak Nathaniel. "Dan bagaimana aku bisa percaya Claude aman bersamamu?"

"Kau tidak kubunuh di tempat, itulah alasannya," kata Nathaniel, lalu River merasakan cengkeraman di kerahnya melonggar selagi pria itu mendongak ke depan. Euros dan Wayne rupanya menghampiri mereka dari balik kerumunan, maju sambil berdesak-desakan dengan orang-orang. Perry berada di gendongan Euros, wajahnya seperti habis menangis dan tanpa petunjuk. Sementara Wayne memasang tampang tegang mengatasi alarm yang semakin kencang membahana. Dan, sesuatu mendobrak ingatan Nathaniel bagai pisau yang dilesakkan pada kulit. Dia baru saja ingat tujuan utamanya masuk kemari.

"Wayne, kau ikut aku sebentar!" kata Nathaniel, sementara dia menyambar lengan Wayne yang kini menampakkan raut kebingungan. River juga ikut diseret maju. Dia melihat gelagat Wayne yang meronta-ronta ingin lepas, tapi cengkeraman Nathaniel lebih kuat dan cekatan. Dalam sepersekian sekon dia menyeret anak itu agar merapat padanya dan berkata di dekat telinganya―sepelan bisikan angin, sehingga hanya River dan Wayne yang bisa mendengarnya; "Abangmu menunggu di suatu tempat."

𝐓𝐇𝐄 𝐋𝐄𝐅𝐓𝐎𝐕𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟏)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang