5. Dark night

1.6K 221 0
                                    

Sepintas terlihat kamu biasa saja, sampai akhirnya semesta menunjukkan sisi lain darimu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Di kamarnya, Loui sudah siap duduk di depan laptop bersama semangkuk mie instan yang menemani.

Deadline tugas kuliahnya di kumpul besok siang. Loui harus bergegas jika tak mau urusan kuliahnya semakin runyam.

Tak ada bala bantuan dari temen-temen kelompoknya juga tak mengapa. Loui bertekad menyelesaikan sendiri tugasnya. Beberapa tumpukan buku berbaris rapi di samping laptop, kacamata bulat pun ikut bertengger manis di hidung bangirnya. Loui akan bermesraan dengan tugas pak Tony ini sampai sekiranya ia sendiri merasa lelah.

"Buku pinjeman Seungyoun mana ya?" Loui kelabakan mencari keberadaan buku tersebut yang tentunya teramat penting untuk digunakan saat ini. Semua teori ada di sana, tapi Loui terlalu pelupa tuk sekedar mengingat dimana keberadaan buku itu.

"Jangan bilang ketinggalan di apartemen Seungyoun?" Loui menepuk keningnya keras-keras. "Mampus gue, gimana gue bisa tinggalin itu buku penting di apartemen Seungyoun, sih. Kan ribet mau ngambilnya."

Loui gelusuran di lantai, membawa tubuhnya guling-guling kesana kemari. "Aaaaaa, bego banget. Begoooo."

Loui duduk perlahan, meraih ponsel dan mencari kontak Seungyoun di grup jurusan. Begitu ketemu, Loui segera melipir ke kolom obrolan secara pribadi.

From : Loui Anatha
To : Cho Seungyoun

Hey, ini Gue Loui. Buku yang lo pinjemin kemarin kayaknya ketinggalan di apartemen lo, deh. Gue ambil aja boleh gak? Lo dimana skrg?

Loui usai mengirim pesan, lumayan gugup pada awalnya. Tapi ya sudahlah, sudah terlanjur terkirim juga. Mau apapun reaksi Seungyoun nanti, itu terserah. Loui hanya mau pesannya ditanggapi, itu saja. Sebab Loui benci deadline, ia harus menyelesaikan tugasnya malam ini juga. Tidak boleh diundur-undur lagi, Loui punya banyak tugas lain yang lebih penting untuk dikerjakan.

Seungyoun is calling.

Satu notifikasi terpampang di layar, Loui segera menggeser tombol hijau, mengangkat telpon Seungyoun tidak akan terasa aneh, bukan?

"Halo?" cicit Loui takut-takut. Di seberang telpon suara kekehan geli terdengar merdu di telinga Loui, membuatnya tak bisa menerka lebih lanjut apa yang Seungyoun pikirkan saat ini kala Loui memutuskan menghubunginya lebih dulu.

"Gue lagi gak di rumah, Nath. Lo bisa ambil sendiri gak? Password apartemen gue tanggal lahir gue, kok."

Loui membeliak. "Lo ngizinin gue masuk apartemen lo gitu aja?"

Di sana, suara tawa Seungyoun semakin merdu saja terdengar. Loui tak habis pikir, apa yang lucu, sih. Kenapa Seungyoun tertawa terus?

"Gapapa, gue percaya sama lo, kok. Lo cuma mau ngambil buku kan? Ambil aja, gue gak akan marah. Passwordnya jangan lupa ya! tanggal lahir gue, lima Agustus sembilan enam." tukas Seungyoun. Gak lama ponsel Loui berhenti berkedip lalu menampilkan layar yang gelap selepas panggilan telpon diakhiri.

"Serius, gue harus kesana?apartemennya Seungyoun?"

Bukankah tidak ada kesempatan memainkan waktu? Loui harus bergegas.

Maka si gadis cepat-cepat mengambil jaket dan kunci motor. Kebetulan tetangga sebelah kosnya tadi siang menitipkan motor karena tetangganya itu katanya akan pergi untuk beberapa waktu. Berkat Loui yang bisa mengendarai motor sendiri, Ia yakin tak akan takut pergi sendirian, walau harus menempuh jarak yang cukup jauh sekalipun.


RUMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang