40. Can we?

1.3K 166 53
                                    

Loui menatap Seungyoun dengan raut tegang, ke sepuluh jemari tangannya bergetar namun di saat yang sama masih bisa dia gunakan untuk meremas ujung kemejanya hingga lipatan di setiap kain terlihat kusut.

Hal yang paling Loui tidak sukai adalah melihat pertengkaran, siapapun mereka dan apa pula pemicu pertengkaran itu.. Loui pasti tidak sanggup berdiri lama-lama, kecuali jika situasi buruk tercipta memang berhubungan dengannya.

Seungwoo dan Seungyoun saling menatap satu sama lain. Seungyoun terlihat marah, tangannya yang terkepal menjadi pertanda sesuatu kemungkinan buruk bisa saja datang kapanpun dia mau. Berbeda dengan Seungyoun, Seungwoo nampak tenang-tenang saja, raut wajah itu sama sekali tak melukiskan kesan terintimidasi.

"Mau lo tuh apa sih sebenarnya? Kenapa lo selalu berusaha mencari celah dari apa yang gue punya? Apa lo terobsesi sama gue, atau lo mau liat gue hancur?" Seungyoun tersenyum miring, kepalan tangannya sedikit mengendur.

Loui menelan ludah. Jauh dari dasar hatinya mempertanyakan apa esensi ucapan yang baru saja Seungyoun lontarkan.

Bagaimana dia bisa menuding Seungwoo terobsesi. Apakah selama ini mereka memang selalu bersaing untuk memperebutkan sesuatu?

"Gue gak ada obsesi apapun sama lo," sesuai dugaan, Seungwoo memang jagonya bermain kata dan ekspresi. Di saat Seungyoun bertanya dengan nada tinggi dan kesal, Seungwoo masih saja terlihat tenang seakan kemarahan Seungyoun bukanlah apa-apa baginya. Terlalu remeh.

Berdiri diantara dua tiang yang berseteru, Loui mundur perlahan. Ia menyudut di meja kayu, tertekan dan takut.

Seungwoo melirik Loui, menyaksikan secara langsung ketakutan bersarang di wajah perempuan itu. Dia mengabaikan Seungyoun dan meraih tangan Loui tuk menenangkan.

"Hey.. kamu nggak apa-apa?" Seungwoo merengsek maju, mencoba meraih tangan Loui yang bergetar.

Seungyoun menepisnya, "Jangan lo pegang-pegang dia."

Netra Loui dan Seungyoun bertemu, tatapan tajam itu berpindah alih ke arahnya. Loui menunduk.

"Lo punya gue Anatha, kenapa lo segitu mudahnya biarin badan lo di sentuh-sentuh sama cowok lain di saat status lo masih sama gue. Kalau lo minta penjelasan harusnya lo jangan kabur-kaburan dari gue. Angkat telpon gue, bales pesan gue dan kasih gue kesempatan ngejelasin semuanya.. bukan malah enak-enakan berduaan di sini. Lo pikir gue ini apa, sih, Nath. Huh?"

"Kata-kata lo tolong di filter dulu. Gak pantes lo ngomong gitu ke dia... Itu pun kalau emang beneran dia cewek lo." kalimat tadi diucapkan Seungwoo cukup enteng, tapi di saat yang sama juga menyimpan sindiran halus tertuju untuk lawan bicaranya.

Seungyoun berdecih. "Gak usah sok malaikat, deh. Semua orang tahu lo itu anjing."

Loui terhenyak. Sebuah pemikiran berkecamuk di kepalanya mengenai ucapan yang terlontar langsung dari bibir Seungyoun. Loui tahu lelaki itu bukan cowok baik-baik, dia cenderung kasar; baik sikap maupun bahasanya. Tapi Loui tak mengira Seungyoun ternyata sekasar ini.

Namun lagi dan lagi, Seungwoo tidak terpancing untuk membalas makian lawan bicara sekaligus temannya itu. Terlalu membuang waktu. Seungwoo tak begitu ingin mencari keributan apalagi di depan perempuan yang jelas-jelas tidak terbiasa melihat pertikaian.

"Kalau lo belum tahu, gue tekanin sekarang.." Seungyoun menatap Loui sekilas lalu beralih ke Seungwoo secepat kedipan mata. "Dia cewek gue, dan gue yakin lo udah tahu. Cuma lo emang sengaja deketin dia dan memancing ribut sama gue. Am i right? tipikal Han Seungwoo, haha."

Sejemang Seungyoun tertawa pias. Ia mendongak mengatur napasnya, berkacak pinggang.

"Is there high possibility to stolen your girl?"

RUMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang