Loui membuang napas beriringan dengan hembusan angin yang menerpa helaian rambut hitamnya. Sengaja Loui menjauh dari keramaian atas alasan yang sudah pasti berputar pada lelaki itu.
Sebetulnya dia sebal, kepingin marah, dan ingin sekali mempertanyakan mengapa secepat itu dia terlupakan. Tapi kenyataannya, Loui hanya akan berakhir menjadi pihak yang susah berdamai dengan egonya. Terbukti ketika Loui memutuskan menjauh, dia sama sekali tak berniat kembali menemui Seungyoun. Dia berusaha merajut langkah, mengitari segala penjuru taman dan mencari seseorang yang mungkin dia kenal lalu bisa dia ajak mengobrol, menghibur diri, atau apapun itu.
"Kookheonn!!!"
Loui menemukan orang yang dia cari. Lelaki berstelan casual yang enggak bisa dibilang biasa-biasa saja sebab potongan rambut barunya membuat cowok itu terlihat dua kali lebih manis.
"Loui, kenapa?" iris mata Kookheon melebar tatkala dipertemukan kembali pada sosok perempuan berparas manis itu. "Ngapain manggil-manggil? Gue mau cari makan, nih."
Loui nyengir kuda. "Kamu mau makan?"
"Lo mabuk ya?" tuduh si lelaki asal.
"Sialan, gue nyium bau alkohol aja mau muntah gimana bisa gue mabuk."
"Terus kenapa lo manggil gue kamu-kamuan segala. Lo itu ceweknya big boss, bukan gue."
Loui menggigit bibir bawahnya kesal.
Semula Kookheon tak mau menanggapi lebih jauh perempuan di hadapannya, dia hendak berlalu namun lengan kurus Loui berusaha mencegat. "Kemana?"
"Eh, sumpah ya kalau Seungyoun tahu lo megang tangan gue, bisa berantem, nih, gue sama dia. Gue masih mau temenan sama dia, tolong lah, lepasin gue."
Loui menjauhkan tangannya segera. "Kok elo lebay sih, padahal lo dulu suka pegang-pegang tangan gue juga. Lo lupa?"
"Itu kan dulu waktu lo belum sama Seungyoun. Lagian gue gak ada maksud apa-apa sama lo, gue cuma mau temenan baik aja. Gak lebih."
"Makanya.. gue juga gitu, kok. Masa sebagai teman lo serisih itu sama gue."
Kookheon manggut-manggut mengerti, "Iya udah, lo mau ikut gue kemana? Gue mau cari makan, nih, di sini."
"Dimana?"
Lelaki itu mengangkat tangan, mengarahkan telunjuknya pada meja yang dipenuhi makanan khusus para tamu. "Laper aing. Kalau aja ada warung nasi padang mampir deh gue ke sana. Masalahnya gak ada, terpaksa gue makan apa aja yang disediain di sini."
Loui tertawa, sedang Kookheon bergidik ngeri. "Lo enggak apa-apa kan?"
Yang ditanya menggelengkan kepala. "Enggak apa-apa kok. Kenapa emang?"
Kookheon menggeleng pelan. "Yaudah ayo kalau lo mau ikut gue makan juga." ajaknya seraya berlalu.
Di sepanjang menyusuri langkah mengikuti Kookheon, hilir mudik para waitress mengantarkan minuman yang sayangnya tidak Loui tanggapi serius. Loui tidak ingin memasukan apapun asupan ke dalam perutnya. Kendati dia lapar, dan perutnya berbunyi, Loui tetap bersikukuh tak mau menyentuh makanan apapun.
Kookheon kembali menghampiri Loui dengan membawa sepiring kecil dessert untuk gadis yang berdiri sembari memandang langit malam dengan tatapan kosong. "Wanna dessert?" tawarnya lembut.
Loui menggeleng. "Enggak mau. Lo makan aja buat lo sendiri."
"Lo udah makan belum, nih? Jangan sampai enggak makan, ini udah jam sepuluh malam, lho. Perlu lo tahu, orang-orang sini biasa nyelesain party bisa sampai dini hari, dan buat lo yang se polos ini pasti gak akan tahan ngikutin sepanjang acara."

KAMU SEDANG MEMBACA
RUMOUR
FanfictionAsumsi berkeliaran tentang Dia. Tapi Loui tak pernah berusaha mencari tau. Karena tak selamanya asumsi menggariskan secara utuh bagaimana dia yang sebenarnya. Dingin tak selalu membekukan, hangat pun tak selalu meneduhkan. Loui hanya ingin tahu sec...