45. Revealed

1.5K 163 106
                                    

Loui duduk melamun di kursi kantin, gelas berisi es teh yang menurutnya kemanisan di atas mejanya sendiri itu seakan tak pernah ia hak patenkan sebagai miliknya. Loui terlanjur sebal akan rasa minuman tersebut dan lebih memilih menunggu seseorang saja di kursi tanpa mau menyentuh minumannya seteguk pun.

Sekian lama menanti, orang yang dia tunggu akhirnya menampakkan batang hidung mancungnya.

"Hey, udah lama nunggu?"

Suara itu masih lah memiliki kesan bak permen kapas yang manis. Loui tak pernah bisa menemukan kosa kata lain atau bahkan kata yang lebih subjektif lagi dari itu. "Iya udah lama." jawabnya jujur.

Seungwoo tertawa, "Maaf. Kamu hampir nggak pernah minta ketemuan lebih dulu, sih. Makanya waktu baca pesan dari kamu aku kaget dan nggak nyangka. Selesai kelas Pak Handoko aku langsung tancap gas ke sini."

Loui manggut-manggut, "Oh.. gitu." responnya datar.

Seungwoo mendelik. "Kok cuma.. 'Oh gitu' Kamu kayak lagi nggak dalam mood yang baik, nih. Kenapa.. Ada yang mau kamu ceritain?" lelaki itu mengusap tengkuknya, terasa lebih canggung suasana diantara mereka berdua saat ini. Beberapa kali selepas menjadi dekat dan mengobrol akrab, Seungwoo tak mengira Loui akan menunjukkan padanya sisi lain dari gadis ini yang ternyata juga bisa badmood lalu terdiam cukup lama.

"If i ever had mistake, just tell me." pancing Seungwoo kemudian. Loui tetap bergeming seraya terus menjatuhkan pandang matanya ke satu arah yakni menunduk meratapi gelas es tehnya yang tak kunjung dia minum.

Loui menghela napas di tengah gerak matanya yang hanya lurus ke bawah. "Kak.."

"Iya?"

"Boleh aku tanya sesuatu.... Sama kamu?"

Seungwoo mengangguk mantab. "Sure, surely."

Loui menggigit bibir bawahnya dengan gerakan pelan, tak lupa ia menghela napas untuk kesekian kalinya lalu mengangkat kepala dan memberanikan diri menatap Seungwoo tepat di kedua bola matanya. "Tentang Pei.. Ada yang mau kakak ceritain ke aku nggak? Aku penasaran, sebenarnya diantara kakak, Seungyoun, dan Pei pernah ada hubungan yang kayak gimana? Apa kalian terlibat cinta segitiga, gitu?"

Seungwoo merespon dengan gelak tawa. "Sayangnya iya haha. Ya biasalah, cinta ala ala remaja nanggung."

"Maksudnya?"

"Dulu waktu SMA kita sekolah di tempat yang sama. Aku, Seungyoun, dan Pei."

"Berarti Pei ini lebih tua dari aku?"

"Bisa dibilang gitu, sih. Sewaktu SMA Pei mengambil jalur akselerasi, jadi ya.. nggak heran dia bisa satu kelas sama kita berdua,"

Sampai disitu Loui mencoba memahami. Secara garis besar hubungan Seungyoun dan Pei dimulai dari masa putih abu-abu. Cukup lama juga ternyata. Entah kenapa Loui tiba-tiba sesak sendiri membayangkan betapa dekatnya hubungan dua sejoli itu, dulu. Dia dan Seungyoun yang sekarang menjalin hubungan pastilah tidak ada apa-apanya dibanding jejak masa SMA yang telah berlalu.

"Lalu apa lagi yang mau kamu tanya?"

Loui terdiam beberapa detik. Setelahnya ia mulai kembali membuka gerak bibirnya. "Berapa lama Seungyoun pacaran sama Pei? Dan, tentang kakak yang waktu itu bilang Seungyoun cinta mati sama Pei, apa itu bener?"

Seungwoo memikirkan jawaban atas pertanyaan Loui barusan dengan kening berkerut. Semacam belum menemukan jawaban yang tepat untuk dia ungkapkan segera.

"Kak.."

"Ya.. Semacam itulah, hehe."

"Maksudnya apa?"

RUMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang