38. Ignored

998 150 26
                                    

So, do i have to tell you bout this one?

Once i hate someone, i never give the excuse to letting him coming back.

And once i ever fall, i dont need to lift up my body anymore.

But do you want to know what's more exhausting in me, my self, and i?

Dude, i only love you..

You're my someone who just break the rules.. and my heart, all at once.

.
.
.
.
.
.
.
.

"Aku bersihin ya noda lipstiknya?

Seungyoun tidak menjawab. Gerak matanya berpacu lurus ke depan seolah dia tengah menatap angin yang tak terlihat.

Loui menarik napas pelan, ia mengangkat satu tangan menyentuh leher Seungyoun dan membersihkan sisa noda lipstik di sana dengan hati-hati, jangan sampai membuat leher lelaki itu memerah.

"Should i ask him about what the hell is really going on?" Loui membatin ragu, menggigit bibir. "Shame on me, I dont have the confidence."

"Nath," Seungyoun mencengkram erat pergelangan Loui, gerak tangan gadis itu seketika berhenti.

"Iya?" kedua netra Loui tak berani menatap Seungyoun, mengangkat kepala pun terasa berat.

"Anatha," cara lelaki ini memanggil namanya bagai suara penyesalan di ujung tanduk. Seungyoun tak perlu bicara banyak, Loui telah membaca isi pikirannya.

"Bentar dulu nanggung, hehe." berbelas detik kemudian, Loui menurunkan tangan kanannya. Ia merapatkan bibir, membungkam penuh plum merah mudanya bersama satu senyuman simpul, senyuman penuh kepura-puraan.

"Udah ilang nodanya, udah aku bersihin."

Seungyoun mengalihkan tatapan ke arah lain kemudian menunduk. Ia terlampau sangat menyadari gumpalan awan kelabu tiba-tiba mampir di atas kepala Loui, dengan atau tanpa gadis ini sadari.

Loui tersenyum nestapa. "Udah malem, kamu pulang gih. Lain kali kita ketemu lagi... selama hari esok masih ada."

Gadis itu mundur perlahan, dia mengatur langkah sedikit lebih cepat.

"Anatha.."

"Makasih martabaknya. Aku mau gantiin uang kamu tapi lupa kubawa tadi ketinggalan di dalem laci, hehe. Besok ya aku kasih. Maaf ngerepotin kamu." Loui kembali mengangkat tangan, menggestur lambaian.

"Dah Seungyoun.."

Yang dia ajak bicara mengulum senyum kecut.

Tiba di dekat pagar, Loui membuka gemboknya tergesa, seperti hendak menghilang sekarang juga.

"Nath.." panggilan kesekian, Loui tak mau menoleh lagi meskipun raganya belum betulan masuk ke dalam rumah.

"Anatha.. gue sayang banget sama lo,"

Loui menunduk, tersenyum tipis.

"Kasih gue waktu, gue jelasin semuanya."

"Iya, oke, lain kali aja ya. Aku mau ngerjain tugas lagi."

"Anatha.."

Cara dia manggil nama aku rasanya kayak aku baru aja ditusuk-tusuk jarum tepat di ulu hati.

Aku tahu nggak seharusnya aku percaya dia seratus persen. Aku tahu nggak seharusnya aku mengulur waktu dalam lamunan indah dicintai oleh dia sepenuh hati.

Aku pernah bilang kalau aku nggak akan nyesel jadi pacar dia sekalipun suatu hari dia nyakitin aku.

Tapi aku cuma nggak nyangka, waktu ketika dia akhirnya nyakitin aku bisa tiba secepat ini.



RUMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang