Ada hal yang membuat Loui tidak sabar datang ke kampus hari ini, untuk kali pertama memang perempuan sembilan belas tahun itu merasakan degup jantungnya seolah meletup-letup tak terkendali seperti halnya kembang api di kala tahun baru. Aduh, berlebihan sekali pengandaiannya, tapi memang betulan begitu kenyataan yang harus Loui akui.
"Melinda!!" seru Loui dari kejauhan. Yang di panggil sedang meneguk air putih dari botol minuman yang baru saja dia ambil dari lemari pendingin di sebelah ruko fotokopian lantai dasar gedung GB-V. Melinda sampai tersedak saking kencangnya seruan Loui barusan.
"Apesih ngagetin anak gadis aja lo."
"Hehe," Loui nyengir kuda. "Kelas yuk!!" ajaknya bersemangat, tak seperti Loui yang biasanya. Seusai membayar harga minuman yang dia beli, Melinda Langsung di seret paksa oleh Loui menuju kelasnya.
"Ayo buruan!"
Melinda berusaha melepaskan diri, pegangan tangan Loui di lengannya membuat Melinda meringis kesakitan. "Bentar dulu deh, lo lagi kesambet apaan sih? Kok kayaknya riang banget hari ini."
Loui berbisik pelan, "Gue mau cerita."
Alis Melinda terangkat satu. "Tentang?"
"Ada deh, udah buruan yuk ke lantai atas, Yuvin bilang kuliah hari ini di lantai tiga."
Begitu tahu dia harus naik tangga sampai ke lantai tiga, Melinda kontan menekuk wajahnya. "Jauh amat sih, capek gue."
Loui tertawa kecil. "Itung-itung diet, Mel."
-
Loui membalik kursinya ke belakang. Sejuta diksi memenuhi ruang di kepalanya, ingin segera dia muntahkan sekarang juga sebelum Loui semakin tak bisa bernapas teratur. Loui membeliak takjub begitu pandang matanya dan Melinda bersirobok. Melinda tersenyum geli, "cerita apaan sih, penasaran akut nih gue."
"Ah, tapi.. gue malu deh," Loui mendesah pelan. Tipikal Loui yang tak mudah bercerita mengenai ketertarikannya pada lawan jenis. Kendati orang itu bisa ia percayai sekalipun, tetap saja, Loui selalu malu bercerita, ia takut nantinya di ketawai.
"Soal cowok ya?" tebak Melinda tepat sasaran. Loui mengemut bilah bibirnya, keringat dingin bercucuran dari pelipis. "Aduh, nanti kalau cerita takut banget gue di ketawain sama lo."
"Enggak!! Ayo lah buruan cerita, gue tuh paling gak bisa dibikin penasaran. Siapa cowok yang mau lo ceritain ke gue, hmm??"
"Kemarin gue ketemu cowok, kayaknya sih temennya Seungyoun," ujarnya singkat.
"Udah, gitu doang?"
Loui mendelik, sesekali membetulkan tatanan poninya. "Iya, gitu."
"Terus?"
"Terus apanya?"
"Lo suka?"
"Sama siapa?"
Melinda mendesah. "Ya sama cowok itu, yang lo bilang temennya Seungyoun."
Ragu-ragu Loui mengangguk, selang beberapa detik ia malah menggeleng. "Gak tau deh, hehe."
"Gak jelas banget sih." cibir Melinda sinis, kalau tahu Loui hanya akan cerita sepotong-potong begini, lebih baik sejak di lantai bawah tadi dia tak perlu buru-buru masuk kelas.
Merasa tak enak sudah membuang-buang waktu temannya yang berharga, Loui memberanikan diri untuk cerita. Ia memulai kalimat pertama dengan, "Gue ketemu cowok itu kemarin sewaktu nemenin Seungyoun tanding futsal di gedung olahraga kampus. Gak sengaja, sih, ketemunya, tapi dari situ aja hati gue rasanya berdenyut-denyut gini deh, Mel. Pertanda apa ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMOUR
FanfictionAsumsi berkeliaran tentang Dia. Tapi Loui tak pernah berusaha mencari tau. Karena tak selamanya asumsi menggariskan secara utuh bagaimana dia yang sebenarnya. Dingin tak selalu membekukan, hangat pun tak selalu meneduhkan. Loui hanya ingin tahu sec...