Loui sering kali ditanyai, entah oleh tetangga sebelah indekosnya atau mungkin teman satu kelasnya dan bahkan dirinya sendiri pun juga pernah bertanya. Kenapa Loui gak pernah kepikiran ikut gabung organisasi kampus?
Tidak harus seribet gabung di kegiatan BEM, deh. Bergabung di himpunan mahasiswa kelautan sajalah, setidaknya. Dan setiap kali di mintai perihal bergabung ke organisasi atau semacamnya, jawaban Loui sejak masuk kuliah tetap sama; malas dan malas.
Pekan kesekian di kala senin kembali bergulir. Loui tak pernah berpikir bahwa dia harus memilih minimal satu organisasi yang harus dia geluti, bukan dari keinginan Loui yang terdalam melainkan tuntutan badan Kemahasiswaan yang mengambil alih wewenang pemberian beasiswa yang menyarankan begitu.
"Lis, bisa kasih saran ke gue gak, gue harus gabung organisasi apa?" tanya Loui yang secara tak sengaja bertemu Elis di perpustakaan.
Elis tadinya fokus melirik layar laptop sembari mengayunkan jemari di atas keyboard dengan lihainya. Kala diberi pertanyaan, sejenak Elis pun menoleh ke samping, "Lo mau gabung kemana emang? Sesuai minat lo aja."
"Masalahnya gue gak minat apa-apa," balas Loui terkekeh.
"Tumben mau ikutan organisasi, biasanya lo gak mau tuh."
"Iya emang gue gak mau, soalnya gue sibuk kerja sambil kuliah. Gak mungkin gue masih bisa nyempetin waktu ikutan organisasi," Loui geleng-geleng kepala. "Bisa tepar gue pulang-pulang ke kos." lanjutnya.
"Gabung ke Himata juga sibuk, lho. Gue aja males gabung. Kenapa lo gak coba ikutan UKM paduan suara aja atau gak UKM keagamaan, gitu." saran Elis.
"Itu doang opsinya?"
"Masih banyak, sih. Tapi lo udah telat kalau mau daftar. Harusnya sewaktu kita masih sibuk ospek fakultas dan jurusan kemarin-kemarin lo gabung. Sekarang udah gak ada lagi perekrutan anggota baru."
Mendengar itu Loui sekedar ber-o-ria. Benar memang dia telat mendaftar keanggotaan organisasi, dan sekalipun Loui mau gabung, belum ada UKM yang menerima anggota baru. Menyadari keterlambatannya, Loui hanya bisa gigit jari, paling-paling di tegur pihak kemahasiswaan dan dianggap mahasiswa males, mungkin. Entahlah.
"Eh, gue duluan ya?!" Elis merapikan barangnya di atas meja termasuk laptop dan buku-buku yang dia pinjam. Loui belum beranjak dari perpus sebab dia juga hendak menyelesaikan tugas individunya. Selepas ditinggal Elis, Loui sendirian duduk di perpus. Suasana di sekeliling tampak ramai dan sesak. Ada yang hanya nongkorng sambil wifian, ada juga yang betulan serius mengerjakan tugas kuliah. Dan Loui tentu bagian dari yang kedua, sebab tugas kuliahnya menumpuk bak cucian kotor. Menjelang Pertengahan semester, ada begitu banyak yang harus dia selesaikan jika tak mau nantinya keteteran.
Selagi mengetik tugas fisika di laptop, pikiran Loui masih betah di penuhi jejak akan organisasi apa yang kelak dia geluti. Beberapa menjadi list yang dia pikirkan, tapi masih belum Loui tuntaskan segera. Seakan larut dalam lamunannya sendiri, Loui sampai tidak sadar kursi kosong di sebelahnya ternyata telah di duduki seseorang.
"Ketemu lagi," ujar sebuah suara lembut nan lirih yang mengundang Loui menoleh ke samping.
Kak Seungwoo.
Semula Loui tak mengira dia akan spontan membenarkan tatanan rambutnya hanya karena kehadiran Seungwoo tahu-tahu berdiri di sisinya. Loui juga tak mengira degup jantungnya kembali bertalu-talu seolah ada yang dengan sengaja menabuh alat musik genderang
di sana. Kemunculan Seungwoo di depan mata Loui mampu menerbitkan senyuman kecil di sudut bibir si gadis tanpa bisa dia kendalikan sebelumnya."Kamu ngapain kemari?" pertanyaan bodoh ini sempat Loui sesali kenapa harus banget keluar dari mulutnya.
Ya lo kira aja sendiri, emang mau ngapain lagi Seungwoo ke perpus? Dagang somai? Enggak, kan?!
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMOUR
FanfictionAsumsi berkeliaran tentang Dia. Tapi Loui tak pernah berusaha mencari tau. Karena tak selamanya asumsi menggariskan secara utuh bagaimana dia yang sebenarnya. Dingin tak selalu membekukan, hangat pun tak selalu meneduhkan. Loui hanya ingin tahu sec...