.
.
.Di dalam kelas, Loui sibuk menulis catatan tentang ekosistem bawah laut. Namanya juga cewek, catatannya pasti warna-warni, menarik, dan tentunya rapi. Tak heran bila di kelas, catatan Loui seringkali di oper kemana-mana, selalu dijadikan tameng bagi teman-temannya untuk di pinjam, lalu di fotokopi serentak. Jadi yang kebagian capek pasti Loui seorang, yang lain tinggal enaknya saja.
Kendati begitu Loui gak pernah mempermasalahkan, asal ada bayaran kompensasi dari rasa lelahnya, entah dalam bentuk apapun itu.
Kelas yang hening dan dingin menjadi suasana favorit gadis itu untuk menyendiri, jauh dari suara-suara bising dan teriakan banyak orang. Sebagai mahasiswi, Loui tidak begitu aktif di beberapa kegiatan. Jangankan mengikuti organisasi di luar jurusan, tergabung dalam Himpunan saja dia tidak. Itu juga bukan masalah, Loui gak merasa harus keki atau bahkan minder. Lebih suka menyendiri tanpa embel-embel mahasiswa aktif di belakang namanya malah lebih baik, setidaknya, ditinjau dari persepsinya sendiri.
Awalnya kelas memang hening selama berpuluh-puluh menit. Tak selang lama, riuh rendah suara-suara berat khas laki-laki mulai terdengar di luar pintu. Loui pikir akan ada bergerombolan cowok-cowok resek hendak masuk ke kelasnya. Dalam sekejap asumsinya terbantah dengan cepat ketika yang dia temui di depan pintu hanya ada Seungyoun sendirian.
Senyuman konyol yang memperkecil ukuran mata pemuda itu entah mengapa terus saja membayangi tidur Loui beberapa hari belakangan. Karena pun tak peduli betapa kecilnya intensitas pertemuan keduanya, Loui selalu akan berakhir dengan perasaan yang gugup dan juga resah.
"Sendirian aja, nih?" tanya cowok itu sok asik.
Loui memperkeras volume suara dari lagu yang dia dengarkan, berusaha mengabaikan sejenak eksistensi Seungyoun di sekitarnya.
"WOI!!" Seungyoun menggebrak meja, membuat gadis itu tersentak kaget sembari memegangi jantungnya. Merasa tak di gubris meski sudah mengagetkan, Seungyoun dengan paksa merampas kabel earphone dari kedua telinga Loui, menggulung kabel itu hingga ukurannya perlahan memendek. Loui memejamkan matanya kesal, ini cowok benar-benar nggak ada kerjaan banget selain bikin dia emosi. Menyebalkan.
"Lo kenapa sih?"
"Gak kenapa-kenapa."
"Gak usah rese' deh, gue lagi gak pengen di ganggu."
"Mesti gini banget biar lo mau ngomong ke gue ya, Nath." Seungyoun menoleh ke kanan, ia mendesah sebentar lalu kembali menunduk, menatap Loui yang tengah melotot kesal. "Lo ngapain sendirian di sini?" tanyanya, dengan intonasi suara lembut dan pelan.
"Gak sendiri, gue berduaan kok."
"Sama siapa?"
"Sama setan." jawab Loui tak acuh. Dwi netranya mematut tatapan tajam hanya pada Seungyoun, yang kemudian membuat laki-laki itu refleks menunjuk dirinya sendiri.
"Maksud lo gue setannya?"
Loui menahan tawa kecil di sudut bibir, "Itu tau."
"Wah.. Sialan, ganteng-ganteng gini dibilang setan." Seungyoun pura-pura kesal, Loui jadi tak sungkan tertawa secara terang-terangan. Seungyoun mulai mengerti, mengajak Loui mengobrol gak perlu bikin dia kaget segala atau bahkan menunjukan gelagat sok asik. Cukup di ajak bercanda saja, maka Loui pasti luluh.
Sejemang cowok itu menggeser kursi di depan Loui untuk dia dekatkan di sebelah kursi si gadis. Loui mengerjap ketika aroma khas parfum mahal Seungyoun begitu mengeriyangi penciumannya.
"Ngapain sih?"
"Nemenin lo, biar gak sendirian terus,"
"Sok baik." ketus Loui sambil nerusin catatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMOUR
FanfictionAsumsi berkeliaran tentang Dia. Tapi Loui tak pernah berusaha mencari tau. Karena tak selamanya asumsi menggariskan secara utuh bagaimana dia yang sebenarnya. Dingin tak selalu membekukan, hangat pun tak selalu meneduhkan. Loui hanya ingin tahu sec...