Mobil Messerati milik Seungyoun melesat cepat menuju ke suatu tempat beralamatkan di gang kecil yang untungnya masih muat untuk dimasukin mobilnya dia--jadi si pemilik mobil tak usah kuatir melewati jalan yang menurutnya sempit itu. Kendati akan cukup merepotkan juga bagi si empunya mobil berbagi jalan dengan para rakyat biasa yang lebih memilih jalan kaki ketimbang mengemudikan kendaraan.
Di pertigaan antara gang melati, mawar, dan anggrek, Seungyoun akhirnya menghentikan laju mobilnya di depan pagar deretan rumah kos cowok dengan tulisan papan nama 'Gandaria'. Tiba di depan pagar, cowok itu segera menyalakan klakson kencang-kencang layaknya suara lumba-lumba memekik berkali-kali seakan hendak memberitahukan pada semua penghuni gang khusus kos-kosan laki-laki di sana bahwa ada lho, anak orang kaya bawa mobil super duper keren di kawasan itu.
"Woiiii, buka pagernya??!!!" teriak Seungyoun berapi-api, persis seperti tuan besar di drama-drama tv yang luar biasa sombong.
Terlihat di balik pintu kayu kecoklatan kepala seseorang menyembul dari sana bersama tatapan kesal menghiasi rautnya. "Yaelah tai kuda, sabar napa." yang dibalik pintu tadi terdengar mengumpat pelan.
Pagar terbuka lebar-lebar, mobil Seungyoun tergiring masuk ke area di dalamnya yang mana muat untuk mobil dia doang.
"Yang lain mana?" tanya Seungyoun tatkala dia sudah lebih leluasa bergerak di area luar mobilnya. Yang ditanya menyender ke badan mobil seraya memasukan tangan ke saku celana jins selutut. "Ada noh di dalem, kecuali si Hangyul yang lagi dangdutan. Mereka semua pada makan siang bareng."
Seungyoun mengangguk dan segera berjalan gontai memasuki kawasan kos yang lebih mirip studio rental band. Iya, memang kawasan rumah itu terkhusus bagi siapapun mahasiswa atau mungkin orang biasa menyalurkan bakat dan hobi mereka di dunia musik. Sebuah tempat studio berisikan peralatan musik lengkap tersedia. Pemiliknya tak lain dan tak bukan yang tadi bicara sama Seungyoun, Si Brian--saudara jauh Seungyoun. Walaupun cuma mirip, semua orang tetap memanggil mereka saudara.
Derap langkah Seungyoun tiba di dalam ruangan bersama aroma asap rokok mengepul yang bercampur parfum menghiasi langit-langit ruangan. Kebiasaan cowok kalau ngumpul pasti gak jauh-jauh dari nyebat, makan, ngegame dan gonjrang-ganjring gitaran sambil nyanyi gak jelas.
Sama, populasi temen-temen Seungyoun juga sama saja seperti cowok-cowok dua puluh tahun kebanyakan. Kalau gak nge-band ya nongkrong-nongkrong di klab malam, atau kegiatan yang lebih fancy semisal di starbuck atau gak cafe-cafe autentik yang memiliki nilai aesthetic instagramable.
Cuma kali ini, Seungyoun cs lebih prioritaskan ngumpul di studio rental band milik saudara kembarnya yang beda ayah ibu, yakni, Si kokoh Brian.
Sudah lama group band The alcapone dibentuk, bahkan sejak Seungyoun duduk di bangku SMA. Mereka memang hanya manggung di acara-acara ulang tahun teman atau enggak festival indie yang cuma dapet bayaran gak lebih banyak dari harga bensin mobilnya Seungyoun. Berhubung ngeband bukan prioritas utama, karena sejujurnya mereka hanya sekedar senang bermain musik tanpa ada niatan serius mendalami. Tak heran, sih, jika hingga kini The alcapone tak pernah memiliki member yang bertahan lama. Hanya Seungyoun dan Seungwoo yang bertahan, sedang Hangyul, Hyunbin, sama Byungchan termasuk anggota baru. Kalau Jinhyuk beda lagi, dia gak ada bakat di musik, bakatnya jadi mak comblamg saja--walaupun dia sendiri belum punya tambatan hati, haha.
"Ngumpul semua, nih, kayaknya." seru Seungyoun di ambang pintu. Terlihat di depan dwi maniknya sendiri, sosok Byungchan lagi sibuk sama hape di tangan kanannya dan gorengan tahu isi di tangan kiri. "Woi.. datang juga lo," sahut Byungchan tanpa mendongak dan terus konsen ngepush rank.
Seungyoun merangsek maju dan menjulurkan tangan menarik satu sofa kecil untuk dia duduki di pojokan ruangan. "Mana si Hangyul, tadi katanya dia lagi dangdutan?!" tanya Seungyoun, menelurkan kekehan geli dari bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMOUR
FanfictionAsumsi berkeliaran tentang Dia. Tapi Loui tak pernah berusaha mencari tau. Karena tak selamanya asumsi menggariskan secara utuh bagaimana dia yang sebenarnya. Dingin tak selalu membekukan, hangat pun tak selalu meneduhkan. Loui hanya ingin tahu sec...