Loui mengencangkan ikatan rambutnya sewaktu berdiri di depan cermin toilet. Merasa penampilannya tidak ada yang salah, Loui pun segera memutuskan keluar dari area itu. Sampai diluar ternyata antrian masuk di depan pintunya sudah panjang, beberapa mahasiswi terlihat menunggu giliran mereka. Melihat pemandangan ini, Loui tak kuasa meringis menahan malu.
"Sorry ya kelamaan, abisnya tadi sewaktu gue selesai buang air kecil, tali bra gue gak sengaja kelepas." Loui beralasan terlalu jujur, sebab itulah satu persatu orang menatapnya sambil ketawa. "Jujur amat mbaknya."
"Hehe," Loui nyengir kuda sambilan buru-buru keluar dari sana.
Loui melirik jam di ponsel, pukul sepuluh pagi, sudah waktunya masuk kembali ke ruang rapat mahasiswa guna mengikuti agenda perkenalan UKM jurnalistik yang belakangan Loui putuskan menjadi wadahnya berorganisasi sesuai syarat mempertahankan beasiswa. Tiba di belokan persimpangan yang menghubungkan ruang rapat dan pintu keluar, seseorang tiba-tiba berjalan dengan langkah terburu-buru.
"Eh---Maaf!!" Loui dan orang itu saling bertabrakan. Beruntung hanya bagian bahunya saja yang sakit, dan karena itulah, Loui kini meringis memegangi bahunya yang terasa ngilu selepas insiden sepersekian detik lalu.
"Pelan-pelan jalannya dong mas, sakit tauk." Loui langsung kesal, sementara si penabrak malah cengengesan.
Loui fokus melirik ke depan dan bertemulah dia pada sosok yang belakangan sudah jarang ia pikirkan.
"Lho, kak Seungwoo?"
"Loui kan?" Seungwoo menunjuk si perempuan dengan satu jari seraya tersenyum. Senyuman termanis yang selalu Loui ingin lihat dan nantikan.
"Sakit?" Seungwoo merangsek maju, mengecek keadaan Loui. Sedang si Perempuan otomatis mundur perlahan. "Enggak apa-apa."
"Tapi kamu megang bahu gitu, pasti sakit."
"Enggak kok." Loui bersikukuh tak mau Seungwoo menyadari rasa sakitnya.
"Coba sini liat dulu," sebagaimana Loui yang bersikukuh tak mau insiden itu dilebih-lebihkan, Seungwoo pun sama ngototnya ingin tahu keadaan Loui pasca tak sengaja ia tabrak.
Loui terpaksa memamerkan rasa sakitnya, di bagian bahu terutama. "Di sini, sih, sakit. Abisnya tadi kebentur tulang kering kakak,"
"Iya emang aku terlalu kurus." sahutnya cepat. Loui geleng-geleng kepala--merasa asumsi Seungwoo tak seperti apa yang dia maksud.
"Enggak gitu atuh kak," Loui mendesah, Seungwoo justru tertawa.
"Bercanda, aku gak maksud bikin kamu bingung."
Loui tersenyum setelahnya. Rasa sakit di bahu tak berarti apa-apa dibanding pertemuan kesekian kali antara dia dan Seungwoo pagi ini. Cukup lama mereka tak bertegur sapa, Loui bahkan tak yakin Seungwoo masih mengingatnya. Tapi jauh dari pada itu, asumsi Loui terbantahkan segera lewat sikap ramah yang Seungwoo tunjukkan pagi ini.
"Jadi beneran gak apa-apa?"
Loui mengangguk. "Iya, beneran. Kita kan cuma gak sengaja tabrakan aja kayak di sinetron-sinetron indo gitu, haha."
"Untung kita gak lagi rebutan buku terus aku sama kamu gak lirik-lirikan, kamu juga gak jatoh, aku pun enggak tiba-tiba menangkap kamu dalam pelukan." racau Seungwoo yang membuat Loui terkikik geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMOUR
FanfictionAsumsi berkeliaran tentang Dia. Tapi Loui tak pernah berusaha mencari tau. Karena tak selamanya asumsi menggariskan secara utuh bagaimana dia yang sebenarnya. Dingin tak selalu membekukan, hangat pun tak selalu meneduhkan. Loui hanya ingin tahu sec...