Anatha
Kepalaku mendadak pusing, perutku juga melilit, padahal aku gak lagi dalam masa period yang membuatku harus banget ngerasain tersiksa dan bedrest di atas tempat tidur. Tapi hari senin yang kulalui hari ini betulan mengubah moodku yang tadinya lumayan bersemangat, kini mendadak berganti suntuk sekali semalaman.
Enggak, ini bukan tentang Seungyoun, teman kuliahku, atau bahkan tentang uang bulananku yang bisa dibilang semakin menipis. Aku cuma terlalu memforsir neuron otakku bersinar lebih sering pada secercah masalah organisasi yang bikin pusing setengah mampus.
Sore tadi, ada rapat di DPR. Bukan dewan perwakilan rakyat, lho.. Tapi di bawah pohon Rindang--tak jauh dari perpustakaan kampus. Aku di sana, berbaur dengan sejumlah mahasiswa dari berbagai lintas jurusan. Kami duduk bersama membicarakan perihal yang aku nggak tahu sama sekali. Mereka sebut itu Journalist fair, event tahunan yang di gelar atas alasan komersil pihak kampus. Berkerja sama dengan beberapa brand ternama seperti merk pensil 2b yang terkenal di kalangan pelajar, juga ada merk produk buku, dan beragam alat tulis lainnya. Terang saja sponsor Journalist fair dikaitkan dengan merk-merk begitu sebab segala yang menjadi agenda di dalamnya saling berhubungan.
Aku nggak ngerti tadi sore kak Seungwoo bilang apa. Dia hanya menyampaikan informasi seperlunya tanpa mau berbagi lebih banyak denganku. Lalu aku dongkol dan memilih pulang ke indekost kendati di sana, di kelompok masing-masing divisi yang disusun, aku gak termasuk menjadi salah satu panitianya.
Kadang aku mikir, kenapa bisa aku nekat berkecimpung di dunia organisasi seperti ini kalau aku nggak tahu apa-apa. Percuma banget kan? Makanya aku pulang ke rumah dengan muka tertekuk sebal.Berbaring di kasur, aku menggelinding ke sana ke mari demi mengusir rasa bosan. Aku melirik layar ponselku sebentar dan berakhir dengan menghela napas panjang-panjang. Keningku mengkerut dan bibirku sengaja aku manyun-manyunkan seperti bebek, walaupun aku tahu Seungyoun gak ada di sini untuk memujiku imut, gemesin, dan lain sebagainya.
Mataku menyipit tatkala pesan dari Seungyoun yang ku nantikan ternyata di dahului oleh pesan seseorang yang lain. Kalau saja dia sebatas Lee Hangyul yang kerap bertanya apakah namanya sudah aku masukan ke dalam daftar nama anggota tugas proposal praktikum, aku mungkin akan malas sekali membalas pesannya. Tapi yang mengirim pesan di line ini kak Seungwoo, pesan singkat dengan tambahan emotikon senyum banyak-banyak.
Seungwoo ;
Td mau nganter kamu knp pulang nya cepet bgt?
Loui Anatha;
Habis gak ngerti td ngomongin apa
Aku jg gak kebagian jatah di divisi manapun
Seungwoo;
Terus yg masukin nama kamu jd sekretaris ketua siapa dong??
Loui Anatha;
Yakali aku tunjuk tangan sendiri
Gak tau :(
Seungwoo;
Besok ya kita obrolin lagi
Loui Anatha;
Besok?
Hhh, gak usah ah.
Seungwoo;
Jgn marah..
Loui Anatha;
Marah ke siapa?
Seungwoo;
Ke aku mungkin..
Loui Anatha;
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMOUR
FanfictionAsumsi berkeliaran tentang Dia. Tapi Loui tak pernah berusaha mencari tau. Karena tak selamanya asumsi menggariskan secara utuh bagaimana dia yang sebenarnya. Dingin tak selalu membekukan, hangat pun tak selalu meneduhkan. Loui hanya ingin tahu sec...