Beberapa hari kemudian, gedung kuliah Gb-5 terlihat sepi dan lengang. Pukul sebelas pagi harusnya menjadi waktu yang paling ramai diantara jam-jam lainnya di fakultas pertanian. Loui yang baru tiba di sana seraya berjalan gontai menuju kelas Pak Moses hari ini pun nampak mempertanyakan mengapa gedung kuliahnya sepi senyap sepagian ini.
"Kok kampus kita sepi ya? Pada kemana orang-orang?!" celetuk salah satu cewek yang duduk paling depan.
Seingat Loui cewek berstelan nyentrik itu namanya Devina. Anaknya lumayan tomboi lengkap dengan rambut pendek undercut yang semakin menambah kesan cewek boyish melekat di dirinya.
"Lah emang lo gak tahu, Dev?" sahut Monita, teman Devina yang juga gak terlalu akrab dengan Loui. Mereka cuma sekedar kenal tapi belum sempat ngobrol banyak.
Loui mengambil tempat di kursi bagian paling belakang. Untuk kelas Pak Moses, Loui lebih suka duduk-duduk sambil dengerin lagu favoritnya di earphone. Sebab kuliah Pak Moses seringkali bikin Loui ngantuk hingga berakhir tidur setengah sadar, setengah tak sadar. Begitu tiba di kursinya, kegiatan Loui hanya sekedar mendengar obrolan ringan teman-teman di kelas, sesekali membaca buku atau jurnal.
"Apa yang gue gak tahu?" serobot Devina. Meskipun tidak akrab dengan kedua perempuan di kelasnya ini, Loui tetap diam-diam mendengarkan.
"Kating kita pada berangkat PKL semua, All of them actually." jawab Monita.
"Siapa aja?"
"Mostly kating semester lima sama tujuh, sih."
"Waduh, pantes sepi banget kampus kita ternyata si biang perusuh pada gak ada." kekeh Devina, tertawa.
Selagi mengobrol ringan, kursi-kursi kosong mulai terisi satu persatu. Beberapa orang sibuk membicarakan berita ini dan itu, dan yang paling happening tentu mengenai kakak tingkat serta kegiatan PKL yang mereka laksanakan.
Obrolan teman-temannya memgundang rasa penasaran Loui akan seseorang. Selepas pertikaian dia dan Seungyoun beberapa hari lalu, Loui tak pernah lagi bertegur sapa dengan laki-laki itu. Tak ada lagi
jejak senyuman konyol yang kerap dia lihat setiap kali Loui pulang kuliah. Jangan kan bertemu, Loui bahkan tak lagi mendapat pesan spam di setiap malam menjelang tidur. Biasanya, tanpa perlu Loui bersusah payah menebak. Dia selalu tahu Seungyoun kerap mengirimkan pesan bahkan jika itu hanya sekedar ucapan selamat tidur.Tidak ada Seungyoun artinya hidup Loui kembali menemui titik ketenangan seperti hari-hari sebelum bertemu dengannya. Dan Loui merasa perlu mensyukuri hal tersebut sekalipun dihatinya terasa ada yang berbeda.
"Gue denger-denger, kating kita bakalan PKL dua bulan ya?" masih suara Devina yang bertanya, sementara Monita menanggapi seraya berdehem pelan.
Loui menelan bulat-bulat informasi tersebut dalam tempurung kepalanya. Dua bulan terbilang lama, untuk waktu selama itu, tanpa melihat eksistensi seungyoun di sekitarnya pasti akan terasa menyenangkan.
Atau justru malah berakhir sebaliknya?
Loui tersenyum nanar, "Bagus lah dia pergi selama itu gue gak harus liat muka dia lagi." gumam Loui lirih. Celakanya, gumaman Loui barusan terdengar sampai ke barisan depan.
"Lo ngomong sama siapa?" tanya Monita yang menoleh ke barisan belakang lalu menatap Loui keheranan.
Loui nyengir menahan malu. "Enggak, kok. Gak ngomong sama siapa-siapa."
****
Besoknya Loui berangkat pagi-pagi sekali ke kampus, ada kuis fenomena laut bersama pak Moses. Di tengah perjalanan menuju gedung kuliahnya, butiran hujan turun mendadak. Awalnya berwujud hanya rintik-rintik kecil lalu lama kelamaan air hujan membentuk butiran besar dan menerjang deras. Loui menepi di pinggiran gedung beratapkan plafon besi yang kokoh dan mampu melindungi puncak kepalanya dari guyuran air. Sekujur tubuh Loui basah termasuk tas selempangnya dan ponsel di dalam tasnya juga ikutan basah. Loui meringis melihat benda paling berharga baginya itu harus rela terkena percikan hujan deras. Untung layar LCD ponselnya masih beroperasi, tak sepenuhnya rusak.
![](https://img.wattpad.com/cover/194726817-288-k881245.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMOUR
FanfictionAsumsi berkeliaran tentang Dia. Tapi Loui tak pernah berusaha mencari tau. Karena tak selamanya asumsi menggariskan secara utuh bagaimana dia yang sebenarnya. Dingin tak selalu membekukan, hangat pun tak selalu meneduhkan. Loui hanya ingin tahu sec...