23. Sudden attack; 2

1.2K 186 49
                                    

Sebelum ke dapur, Seungyoun kembali lagi menemui Loui di ruang tamu berniat untuk menanyakan sesuatu. Lantas begitu bertemu, Loui saat itu tengah sibuk cekikikan ketawa menertawai tayangan kartun di tv dan tidak menyadari sama sekali keberadaan Seungyoun. Mulanya si lelaki sempat terpaku beberapa detik demi memperhatikan cara ketawa Loui yang tak seperti dia lihat selama ini. Lucu banget, komentar Seungyoun dalam hatinya.

"Nath."

Loui menoleh ke samping dan ke depan layar tv secara bergantian. "Apa?

"Suka seafood?"

"Suka, kenapa?"

Seungyoun manggut-manggut. "Nanya aja."

"Lo masak menu itu?"

Begitu ditanyai Seungyoun mengunci bibirnya rapat-rapat, "Ada deh, yaudah lanjut aja nontonnya."

Seungyoun hendak beranjak kembali ke dapur, hanya sesekon, Loui memanggil dan membuat Seungyoun berbalik. "Boleh liat kam---eh, elo masak?!"

"Boleh," Seungyoun mengiyakan.

Di dapur apartemen Seungyoun yang sayangnya lebih besar dari ukuran kamar Loui ini, segala macam perabotan mahal lengkap tersedia. Ini yang sangat mencurigakan, pikir Loui, Seungyoun mungkin sudah tinggal di apartemen untuk waktu yang telah lama, bisa jadi di mulai sebelum dia mulai kuliah di kampus negeri yang tak jauh dari daerah apartemennya ini. Sedikit berasumsi kan tidak salah, Loui hanya malas memuntahkan isi pikirannya kendati sang mulut seolah hendak bertutur sekarang juga.

Seungyoun mengambil bahan-bahan segar dari kulkas yang ukuran tingginya menyamai tinggi dia sendiri. Dari sana ada semangkuk udang segar, sayur, spaghetti dan lain-lain. Wow, Loui berdecak kagum. Ini Seungyoun dulunya berprofesi sebagai chef, atau apa?

"Jago banget kamu ngiris bawangnya." puji Loui yang berdiri beberapa jengkal di belakang Seungyoun.

"Cuma bawang doang," sahut Seungyoun tanpa berbalik dan menyelesaikan segera kegiatannya.

"Dulunya chef? Atau punya bakat masak aja?"

Meski dalam keadaan memunggungi, Loui bisa merasakan bahu Seungyoun sedikit terangkat pertanda dia tengah tersenyum. "Bisa masak karena gue pikir hidup sendiri harus mandiri. Sebelum mutusin beli apartemen dan jauh dari nyokap, gue kadang suka bergaul sama chef-chef bintang lima kenalan Mama. Mereka ngajarin gue keterampilan dasarnya sewaktu gue masih SMA kayaknya, gue lupa."

Seungyoun menjeda kalimat sejenak ketika dia hendak merebus spaghetti, "Jadi ya.. gue coba belajar masak menu-menu western sampai yang khas negara sini. Awalnya nggak enak, keasinan, dan lain-lain. Tapi karena dilatih terus ya jadinya bisalah ya disebut chef ala-ala." lanjutnya.

Loui menyender ke tepian wastafel, cukup jauh dari posisi Seungyoun berdiri. Loui sekedar memperhatikan gelagat si lelaki tanpa banyak bicara atau bahkan menyela caranya memasak. Loui tahu secara pasti dibanding dirinya yang hanya tahu beberapa resep masakan, Seungyoun pasti jauh lebih mahir.

Tidak butuh waktu lama bagi Seungyoun menyelesaikan makanan buatannya. Sepiring Garlic lemon shrimp tersaji cantik di atas meja, begitu menggugah selera dan tentu mengundang cacing-cacing di perut Loui berdemo meminta segera diberi asupan.

Seungyoun menyeret Loui menuju meja makan, membuat langkah kakinya terhuyung-huyung mengikuti. "Nah, di cobain. Semoga lo suka." ujar Seungyoun seraya menarik kursi untuk di duduki si perempuan. Loui meneguk ludahnya susah payah, antar laper tapi gengsi.

RUMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang