⬇⬆
Loui menyibukkan diri dengan segudang aktifitas sehari-harinya yang padat. Hingga waktu memikirkan perihal kisah cintanya yang kandas di tengah jalan tak lagi menyisakan ruang cukup untuk dia habiskan pada kisah-kisah demikian. Ada yang lebih menyita waktunya ketimbang mikirin hati, dan itu akan selalu berkutat dengan masalah kuliah yang luar biasa bikin dia pusing setengah mampus.
Loui baru saja tiba di rumah sewanya sekitar lima menit lalu. Masuk ke dalam, Loui dikagetkan oleh sosok Adinda yang dengan entengnya mejeng di atas kasur sambil nyemilin kuaci.
Loui melotot, "Lo sejak kapan punya kunci kosan gue terus masuk ke sini, huh?"
Dinda cengengesan. "Gue diusir sama nyokap, nih. Makanya gue kesini,"
Berangsur mendekat, Loui mendudukan pantatnya di tepian kasur dan menghadap Dinda yang konsen banget gigitin kuaci gede-gede satu persatu. Cewek ini memang penggemar kuaci dari bibit bunga matahari terbaik, katanya. Nggak tahu bener apa cuma bacotan dia saja.
Oh iya, selain suka kuaci. Dinda juga suka ngerokok, tapi bukan perokok berat. Sehari bisa dua batang dia habisin. Dan Loui sudah mengetahui fakta ini sekitar dua tahun yang lalu sewaktu orang tua Dinda sempat memutuskan bercerai meski akhirnya tidak jadi. Namun dampak dari masalah kedua orangtuanya sangat amat merubah merubah karakter Dinda jadi lebih bebas dan nggak pernah takut ancaman orang tuanya termasuk di usir dari rumah sekalipun.
Loui melirik Dinda memicing. Asap-asap mengepul melewati celah bibir Dinda yang tipis dan merah muda. Gadis yang cantik, baik wajah serta hatinya walau kadang dia suka bertingkah menyebalkan dan pelit---menurut Loui, selain dari itu gadis ini cantik tak bercelah.
"Lo nggak ada niat balikan lagi sama mantan lo?" tanya Dinda, membuat Loui mengendik dan buru-buru bangkit dari duduknya lantas berpindah alih ke arah lemari pakaian, mengambil satu kaos ternyaman untuk dia kenakan di siang bolong.
"Seungyoun udah perlahan ngilang dari hidup gue. Nggak ada alasan buat gue minta balikan sama dia," kata Loui, pasrah.
"Yeuy, lagian salah lo sendiri. Ganteng-ganteng gitu di sia-sia in."
"Iya-iya.." Loui kenyang sekali di salah-salahin banyak orang. Kendati dia merasa bersalah dan ingin meminta maaf, nasi telah menjadi bubur. Sekarang pasca lebih dari empat minggu mereka resmi putus, Loui tak pernah lagi berhubungan dengan Seungyoun, tidak bertukar pesan di line ataupun bertemu di kampus.
Sampai saat ini Loui tidak tahu siapa pacar baru Seungyoun. Laki-laki itu tak pernah mengenalkan padanya secara terbuka. Apalagi di ajak bertemu empat mata. Haha, itu tidak pernah terjadi. Loui hanya bisa tersenyum kecut apabila mengingat kenangan bersama Seungyoun. Sampai kapan pun tak akan ada yang kembali sekalipun Loui ingin sekali merajut asa.
"Lo masih belum bisa maafin masa lalu dia ya?" lagi, Dinda masih belum puas bertanya. Loui seolah kehabisan stok jawaban tatkala kembali dilempari pertanyaan yang sama.
Empat minggu lalu Loui akui dia sangat amat kekanak-kanakan. Tapi sekarang ceritanya telah berubah. Loui tak mau lagi ambil pusing. Putus yang tinggal putus, jalani saja apa yang ada.
Karena hidupnya memang Lebih baik begini.
Lebih baik jomblo lagi saja.
"Lo tau nggak gue bahkan dulu pernah pacaran sama cowok yang lebih bangsat lagi dari Seungyoun. Mantan lo itu, nggak ada apa-apanya dibanding mantan gue dulu." ujar Dinda, tiba-tiba saja gadis ini memulai suatu dongeng kisah masa lalunya yang hanya akan dia ungkapkan jika dilanda stress dan ada sebungkus rokok dihadapannya dimana dalam hal ini, Dinda kerap menghabiskan sisa waktunya dengan mengobrol ngalur ngidul bersama Loui, entah membicarakan apapun itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
RUMOUR
FanfictionAsumsi berkeliaran tentang Dia. Tapi Loui tak pernah berusaha mencari tau. Karena tak selamanya asumsi menggariskan secara utuh bagaimana dia yang sebenarnya. Dingin tak selalu membekukan, hangat pun tak selalu meneduhkan. Loui hanya ingin tahu sec...