8. To tell you the truth..

1.5K 221 4
                                        

Seungyoun mengemudikan mobilnya terlalu cepat, dia sudah seperti seorang pembalap mobil f1 cc2200. Saking cepatnya, Seungyoun mungkin bisa saja mengalahkan pembalap sekelas Rio Harianto yang keren itu.

Pemuda berwajah ganteng ini sudah tidak ingat bahwasanya dia tengah membawa siapa. Perempuan, tentu saja. Loui Anatha adalah perempuan tulen yang terkadang bisa spot jantung, bisa kagetan, bisa pusing-pusing dan mual bila dihadapkan pada situasi ngebut-ngebutan begini. Tak heran jika selama perjalanan Loui terus saja mengumpati laki-laki itu dengan berbagai macam kata-kata kasar. Perjalanan ke Bandung memakan waktu dan jarak tempuh yang ternyata cukup jauh dan lama. Kalau saja Loui tidak cukup kuat untuk bertahan, dia mungkin saja bisa pingsan di tengah jalan.

Tiba di tempat yang mereka berdua tuju. Di sebuah daerah yang Loui sayangnya tak ingat sama sekali. Gadis itu mengusap dada berulang kali dengan tak lupa memicingkan mata, mengarahkan tatapan tajam sedikit sinis pada laki-laki di sebelahnya.

"Gila lo bawa mobil, untung nyawa gue banyak."

"Kan' yang penting nyampe, sayang." sahut cowok itu jayus.

"Sayang pala lo peyang," sewot Loui tak suka. "Cowok kerdus."

Di katai begitu, Seungyoun hanya mengangkat kedua bahunya, cuek. Tak lama ia segera beranjak keluar dari mobil dengan membuka pintu terlebih dahulu, ia beringsut ke sayap mobil di sebelahnya, berniat membukakan pintu mobil untuk Loui, tapi perempuan itu sudah lebih dulu keluar bahkan sebelum Seungyoun yang membukakan. Loui masih nampak pias, masih nampak kagetan dan belum sepenuhnya bisa mengendalikan tingkat kecemasan level tertinggi dalam dirinya. Hanya saja, benar adanya jika seorang Cho Seungyoun segila itu, lho, nyetir mobilnya tadi. Tikungan tajam, belokan dan segala ruas area jalur tol pun dia lewati bak pembalap f1 sungguhan.

Bayangkan saja, selama lebih kurang tiga setengah jam, Loui harus bisa bertahan di dalam mobil bersama si pengemudi ugalan sejenis Seungyoun ini. Dia sepertinya memiliki cita-cita terpendam menjadi pembalap. Cuma mungkin tidak kesampaian saja.

"Are you okay dear?" tanya Seungyoun sesaat ketika Loui berdiri tepat di hadapannya. Wajah Loui masih terlihat pucat.

"Pake nanya lagi lo."

Seungyoun tersenyum kecil. "Mau gue peluk?"

Loui memutar bola mata, desahan napas kesal tak terelakan keluar dari bibir tipisnya. Satu tangan Loui terulur menjitak kepala Seungyoun. "Pikir ya kalau ngomong."

"Gue kan cuma nawarin peluk. Kalau lo gak mau yaudah." sahut Seungyoun sambil mengusap-usap kepala.

"Pelak peluk, mesumnya jangan kentara banget dong, jaga image dikit napa."

Seungyoun tersenyum lagi. "Hahah, gue dibilang mesum,"

"Emang lo mesum. Gila aja deh kepikiran mau peluk-peluk gue segala. Lo pikir lo siapa?"

"Emang harus jadi cowok lo dulu baru boleh peluk ya?" tanya Seungyoun, kali ini tampang cowok itu sengaja ia atur sepolos mungkin tatkala mencecar Loui dengan sebuah kalimat tanya yang gamblang.

"Hah?"

Seungyoun terpaksa mengulang pertanyaan. "Gue kalau mau peluk elo, kudu jadi cowok lo dulu baru di kasih ijin?"

Loui tergagu, "Hah? Eh.. Ehehhe. Paan sih lo. Gak.. Ehh enggak gitu, gue.."

"Gue pengen meluk lo padahal." gumam Seungyoun lirih. Sekalipun hanya diucapkannya lirih, Loui tentu saja mendengarnya dengan jelas.

Kok, tiba-tiba dia pengen meluk gue sih. Kesambet apaan?

Kediaman Loui selama beberapa menit terbuyar begitu Seungyoun menyemburkan tawanya yang luar biasa menyebalkan.

RUMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang