⬆⬇
Akhir-akhir ini nama Cho Seungyoun memang santer sekali dibicarakan oleh hampir sebagian besar warga kampus. Tapi bagi Loui, membicarakan orang lain sangatlah menyita waktu di tengah urusan kuliahnya yang sangat memusingkan. Alih-alih peduli, Loui malah berencana keluar jurusan dengan mengikuti ujian tertulis tahun depan.
"Din.. Gue rasanya pengen banget pindah jurusan, deh. Capek tau kuliah di kelautan. Bikin kepala gue pusing." keluh Loui di siang hari tatkala cuaca begitu terik-teriknya.
Yang diajak bicara tak nampak mendengarkan lantaran sibuk stalking beberapa akun di instagram. Dinda--teman Loui sedari lama ini memang tak satu jurusan dengannya, namun mereka masih kerap kali bertemu sewaktu jam makan siang, itu pun kalau keduanya sedang tak sibuk.
Sayup, Dinda masih bisa mendengar keluhan teman di hadapannya tersebut meski tak serta merta mau repot memperhatikan. Yang kemudian membuat Loui terlihat merengut. "Din, elo dengerin gue nggak, sih?"
"Bentar-bentar, gue bales chat gebetan gue dulu, ya?" jawab Dinda sambil tersenyum kecil menatap layar ponselnya.
Loui memikirkan perihal ini dan itu sampai lupa kalau ia sebetulnya berniat menceritakan tentang sosok yang belakangan ini mengganggu pikirannya. Begitu urusannya dengan si gebetan usai, Dinda mengangkat wajah lalu memperhatikan Loui yang tiba-tiba berubah diam, padahal lima menit lalu gadis itu tampak cerewet dengan segudang keluhannya di siang hari.
"Lo mikir apaan, sih, beb?" Dinda bertanya. Loui memiringkan kepala, mencoba berpikir.
"Lo tau nggak sama yang namanya Seungyoun?"
"Siapa tadi?"
"Seungyoun. Lo pernah denger namanya?"
Dinda terkesiap. "Kenapa tiba-tiba lo nanyain Seungyoun sih? Emang lo enggak pernah tau tentang dia?"
Loui menyandarkan punggungnya ke pembatas kursi seraya menghela satu tarikan napas. "Lo tuh gimana sih, gue nanya malah balik nanya."
"Yeay.. Justru gue yang aneh sama lo, anak pertanian tapi nggak tau siapa Seungyoun."
"Astaga!! memangnya dia siapa, sih? Gue sering banget denger orang-orang di fakultas gue ngomongin dia. Tapi gue nggak pernah mau kepo tuh. Lo tau sendiri kan kalau gue bukan tipe orang yang suka ngerumpi, apalagi gibahin orang lain," Loui geleng-geleng kepala. "Nggak gue banget."
"Kepo dikit dong lo jadi orang biar tau gosip-gosip panas seantero kampus. Eh, Betewe nih ya.. Kenapa lo tiba-tiba ngomongin Seungyoun, sih? Emangnya cowok itu udah balik kuliah lagi, ya?"
Loui mendelik. "Lo kayaknya tau banget dia siapa?"
"Lumayan tahu sih, soalnya gosip tentang dia begitu merajelela ke seluruh fakultas."
"Gosip apaan?" Loui mendadak antusias mencari tahu, dan dia meyakini sekali Dinda bisa dijadikan sumber terpercaya.
Dinda memajukan wajahnya persis mendekati Loui yang kelewat penasaran. Hingga kedua wajah cantik anak perempuan ini saling menatap dalam jarak yang teramat dekat. "Jadi.. Semester lalu, ada gosip yang mengatakan kalau Se—
"Sorry, gue boleh duduk di sini?"
Sebuah suara mencoba menginterupsi, membuat kedua anak itu mendongak lalu mendapati sesosok laki-laki bertubuh tinggi dengan setelan casual berdiri di antara mereka.
Loui merasakannya sendiri bagaimana suara Dinda mendadak bergetar tak sampai satu detik pasca gadis itu melirik ke sumber suara. Seperti halnya Dinda yang menegang, Loui pun sama. Ia tak menyangka orang yang mereka hendak bicarakan malah muncul persis di dekatnya.
"Gue boleh duduk di sini juga nggak?Kayaknya nggak ada lagi kursi kosong di kantin ini. Satu-satunya yang gue lihat cuma di sini," ucap lelaki itu.
Dinda menggaruk kepalanya yang tak gatal. Perempuan itu mendadak menyesali keputusannya untuk setuju makan di kantin mahasiswa pertanian bersama Loui. Tahu gini mending ke kantin Fisip aja dari pada bertemu laki-laki di hadapannya—yang sudah jelas membawa aura negatif menyeruak ke permukaan.
Baik Loui maupun Dinda saling menatap dalam diam, kedua ujung bibir mereka tak kunjung mengeluarkan bunyi, yang ada hanyalah sisa-sisa ketakutan terlukis jelas di wajah.
"Lama amat sih mbak, gue udah keburu laper." tanpa diberi izin, pemuda itu menarik satu kursi di sebelah Loui dengan tak mengindahkan tatapan tajam menyoroti dirinya.
Satu porsi makanan di atas meja bersama satu gelas minuman menemani pemuda itu pada jam makan siang. Tampang polosnya, kacamata bulat yang bertengger manis di hidung mancungnya, serta senyuman menawan yang ia perlihatkan berhasil mengubur dalam-dalam prasangka yang hinggap di kepala Loui. Enggak tau dimana letak pesona visual pemuda di sampingnya ini. Yang Loui tahu, he looks so fine. Dan ia tak berniat menyambungkan prasangka lebih jauh.
Melalui gerak matanya Dinda berusaha meminta pamit.
Loui terbelalak kala Dinda perlahan
memundurkan kursi dan menarik tas tote bag ke bahunya. "Gue duluan ya, Loui. Lain kali aja gue traktir makan, hehe." Dinda tertawa canggung, tak lama sosok perempuan berambut hitam itu menghilang sejurus kemudian. Ia meningalkan Loui bersama pemuda itu yang mereka ketahui secara pasti, Dia lah Cho Seungyoun."Lo mau pergi juga?" tanya Seungyoun sesaat ketika ia usai menyeruput minuman sampai sisa setengah.
"I-iya." Loui menjawab terbata, ia kemudian berdiri dan memungut kembali tasnya sebelum memutuskan ikut berlalu.
"Di sini aja dulu, nanti gue anterin lo ke gedung kuliah kita."
"Hah??"
Mata sipit Seungyoun menatap Loui tajam, Loui seketika sulit menelan ludah. Kenapa atmosfirnya tiba-tiba berubah jadi mengerikan, sih. Loui mendadak takut.
"Di sini dulu sampai gue selesai makan, baru lo boleh kabur." Seungyoun menunjukkan intonasi suara yang memerintah, Loui yakin dia betulan dalam bahaya. Pantas saja Seungyoun ini dibicarakan banyak orang.
Ternyata dia preman kampus.
"Gue sibuk," kata Loui lalu berdiri dengan langkah terburu-buru hingga ia bisa menghilang dari hadapan Seungyoun secepat kilat.
Loui mengucap syukur sedalam-dalamnya ketika cowok itu nampak tak berusaha mengejarnya. Untung saja Loui masih bisa menghirup udara bebas selepas tak lagi ada Seungyoun di sekitarnya.
{}
![](https://img.wattpad.com/cover/194726817-288-k881245.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMOUR
FanfictionAsumsi berkeliaran tentang Dia. Tapi Loui tak pernah berusaha mencari tau. Karena tak selamanya asumsi menggariskan secara utuh bagaimana dia yang sebenarnya. Dingin tak selalu membekukan, hangat pun tak selalu meneduhkan. Loui hanya ingin tahu sec...