BAGIAN 12: Do You Want To Die?

15.3K 1.3K 36
                                    

Rose POV

"Aku merindukan anjing kita."

Aku melirik Jennie yang sedang cemberut.

Kami sedang dalam perjalanan kembali ke asrama setelah keluar dari bandara.

"Aku juga."

Menguap keluar dari bibirku pada jawaban Jisoo unnie. Kami baru saja masuk ke dalam van kami dan aku tersenyum ketika melihat Blinks kami di luar, bersyukur bahwa mereka datang untuk menyambut kami bahkan jika itu tengah malam di Korea.

"Yah, Chae, lihat ini. Bukankah ini Ji Hyun? Dia ngetren," kata Lisa sambil menunjukkan ponselnya padaku.

Alisku berkerut mendengar apa yang dia katakan. Kenapa dia tren? Dia keponakanku dan tidak banyak orang yang mengenalnya.

Aku bergerak sedikit lebih dekat ke Lisa ketika Jennie dan Joe unnie bergerak lebih dekat juga. Napasku menegang dan mulutku terbuka lebar setelah melihat wajah Ji Hyun, tersenyum pada Jimin.

Selain itu, aku terkejut melihat Jimin tersenyum lebar pada keponakanku.

Mereka terlihat sangat lucu bersama-sama.

Aku mengambil telepon Lisa dari tangannya dan dengan cepat memeriksa foto-fotonya. Ji Hyun jelas berada di salah satu fanmeet BTS.

"Yah, Ji Hyun sedekat itu dengan Jimin sunbae?" Jisoo unnie bertanya.

"Pasti ada sesuatu yang terjadi. Aku tahu itu sejak pertama kali dia mengunjungi asrama kita." Jennie menambahkan.

Aku tersedak air liur sendiri pada apa yang Jennie katakan.

"Apakah kalian berdua berpacaran?" Lisa bertanya, mencoba mengorek informasi dariku.

"Aniyo!" Aku dengan cepat menyangkal sambil melambaikan tangan.

Para member hanya menyeringai padaku.

"Ngomong-ngomong, apakah kau memiliki foto Ji Hyun di SNS? Jika penggemar memperhatikan bagaimana Jimin sunbae tampaknya dekat dengan keponakanmu, aku tidak berpikir itu sebenarnya ide yang baik. Kau sangat tahu bagaimana penggemar begitu baik dalam memecahkan kode-kode. "

Aku menunduk pada apa yang dikatakan Jennie. Dia benar. Aku pemula dan di Kpop, penggemar sangat posesif dengan idola mereka.

"Apakah keluarga kalian benar-benar sedekat itu?" Jisoo unnie mengangkat alisnya.

Bagaimana aku bisa lolos dari situasi ini?

Bahkan sebelum aku bisa menjawab, ponselku mulai berdering, aku mengeluarkannya dari tas.

Baru saja orangnya dibicaran, tahu-tahu dia yang menelepon.

Aku menatap ponselku sejenak.

"Kenapa kau tidak menjawab?" Jennie menyilangkan lengannya di depan dadanya.

"Ah, aku--" Aku kehilangan kata-kata sejenak, tidak tahu harus berkata apa.

Bahkan sebelum aku dapat menolak panggilan, Lisa telah merebut ponsel dari tanganku.

"Tidak!" seruku.

"'Brengsek'? Siapa ini, Unnie?" tanya Lisa bingung.

Lidahku kelu untuk menjawab pertanyaannya. Aku melihat ke langit-langit untuk mencegah diriku menjerit.

"Ya Tuhan, mengapa kau memberiku beberapa teman gila?" Aku bertanya pada udara, lenganku terbuka lebar, memohon seolah menunggu jawaban.

"Karena hidup ini tidak mudah dan kami tahu kau menyayangi kami." Jennie menjawab, nyengir lebar.

"Ucapanmu benar. Tapi serius, tolong berikan kembali ponselku, Limario, sebelum aku memotong Timberlands-mu menjadi berkeping-keping." Aku menggoyangkan alisku padanya.

Bibirnya membentuk huruf o saat dia perlahan-lahan menggerakkan tangannya kembali ke arahku, siap untuk mengembalikan ponselku. Tapi mataku terbuka lebar ketika Jisoo unnie  tersenyum jahil padaku.

"Tidak, kau tidak akan. Ya, unnie!!!"

Aku mencoba mengambil ponsel dari tangan Lisa tetapi Jisoo unnie sudah menjawab panggilan dan mengaturnya pada mode speaker.

"Kita harus...."

"Tidak, berhenti!!!" Aku berteriak menghentikannya dari pembicaraan lebih lanjut.

Tangan kananku menyentuh bibir bagian bawah, detak jantungku bisa terdengar.

Ya Tuhan, aku merindukan suaranya.

"Apa?" Dia bertanya sedikit bingung.

Idiot.

Tangan kiriku mendarat di dahiku. Sangat terlambat. Gadis-gadis itu sudah mendengar suaranya.

"Anyeong sunbae. Ini Jisoo. Aku yang memegang ponsel Rose. Apakah kau ingin berbicara dengannya?" tanyanya tetapi matanya tertuju kepadaku, wajahnya terlihat usil.

"Oh, Anyeong. Ah, ne. Bisakah aku bicara dengannya sebentar Jisoo-ssi?"

"Oh, ottoke."

Aku menggigit bagian dalam pipiku karena betapa manisnya jawabannya.

Jennie dan Lisa saling menggapai, mencegah diri mereka dari tertawa sangat keras.

"Kembalikan ponselku." Aku berteriak berbisik.

Jisoo unnie memutar bola matanya tetapi tetap mengembalikan ponselku.

Aku menerima ponselku dan mematikan mode speaker.

"Sunbae .." Aku menyapanya sementara para gadis mengangkat alis ke arahku.

"Apa yang terjadi?" tanyanya.

"Aku minta maaf tentang itu." Aku menjawab dengan agak bersalah. Dia pasti kaget.

"Ngomong-ngomong, aku melihat kau sudah kembali dari Jepang. Kita perlu bicara." katanya, suaranya terdengar agak mendesak.

"Kenapa?" Alisku berkerut, tetapi kemudian tiba-tiba aku ingat keponakanku. "Ngomong-ngomong, apa yang dilakukan Ji Hyun di fanmeet grupmu, Sunbae?"

Aku mendengar dia mendesah di seberang sana. "Ibumu datang dengan Ji Hyun. Dan gadis kecil yang imut itu akhirnya berbicara dengan member lain, jika kau mengerti maksudku."

"Ommo, ottoke?" Aku berkata dengan panik.

Aku menutup mulut secara refleks. Ji Hyun selalu menyukai Jimin dan dia tidak pernah gagal membuatku malu setiap kali kami bertiga berkumpul.

"Karena itulah kita perlu bicara. Anak-anak di sini menganggap kita sedang menjalin hubungan."

Aku menggigit bibir bawahku. "Sebenarnya, gadis-gadis di sini juga berpikiran sama. Dan itu salahmu." Aku memberitahunya sambil memutar bola mata, dan aku melihat para menggoyangkan alis mereka, menggodaku.

"Ha ... ha...."

Aku mendengarnya terkekeh.

"Yahhh!"

Jennie langsung menegurku karena bertingkah agak kasar pada sunbae kami. Andai saja mereka tahu.

"Apakah kau sudah dekat dari asramamu?" tanyanya.

Aku melihat sekeliling dan menyadari bahwa kami tersisa beberapa blok jauhnya dari asrama kami.

"Kami hampir sampai, kenapa?"

"Karena aku berdiri di depan asramamu saat ini," balasnya dengan acuh tak acuh.

"Apa?" kataku sedikit terkejut.

Para member otomatis menatapku bingung.

"Dan aku tidak datang sendiri, aku bersama anak-anak Bangtan. Aku minta maaf tetapi mereka mendesakku. Aku harap anggotamu tidak keberatan," dalihnya.

Sebelum aku meminta persetujuan para member, aku sudah bisa membaca isi pikiran mereka. Para member tidak akan menyetujui ini.

"Apakah kau mau mati?"

💛

Cuma mau bilang, Part 13 ada unsur anunya

Secretly MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang